PROLOG

228 58 112
                                    

"TAMA, BUKA PINTUNYA"

Pria paruh baya dengan busana tuxedo hitam itu terus berteriak lantang di depan pintu rumah seseorang sembari mengetuknya keras.

"Dobrak pintunya" titah pria itu kepada bodyguardnya setelah jengah karena sang pemilik tidak juga keluar dari persembunyiannya.

"Siap bos"

Pria bertubuh kekar selaku bodyguardnya itu segera mendobrak pintu di hadapannya dan berhasil dengan mudah. Setelah itu dia mempersilahkan tuannya untuk masuk terlebih dahulu.

Pria paruh baya beserta bodyguardnya sudah berada di dalam rumah yang entah siapa pemiliknya ini. Mereka lalu mengobrak-abrik barang-barang yang tersusun diruangan tersebut.

"Om mau ngapain om?"

Tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki yang berusia sekitar 8 tahunan. Anak itu dengan sekuat tenaga menahan lengan sang pria asing yang saat ini tengah berusaha menghancurkan seisi rumahnya. 

Pria itu mendorong anak kecil tersebut sampai terjatuh ke arah meja ruang tamu hingga meninggalkan luka dipelipis kanannya.

"TAMA" pria baruh baya itu lagi-lagi meneriaki nama yang sama sembari terus merusak barang-barang dirumah tersebut.

Nama yang diteriaki akhirnya keluar bersama istrinya.

"Ayah, mamah, om itu udah hancurin rumah kita" ucap anak kecil tadi sembari memegang lengan ibunya.

"Nak, kamu masuk kamar sekarang, oke? jaga adik kamu" ucap wanita paruh baya yang diduga ibu dari anak kecil tersebut.

Anak itu berlari ke kamar yang jaraknya tidak jauh dari ruang tamu.

"Pak, kasih saya kesempatan sekali lagi pak, saya janji akan lunasin semua hutang-hutang saya pak" ucap lelaki yang bernama Tama itu sembari menyatukan tangannya seraya memohon.

"Kesempatan?" ucap pria paruh baya itu dengan angkuh.

"Iya pak, kasih kami kesempatan satu minggu lagi pak" mohon wanita yang diduga istri Tama kepada pria dihadapannya.

Pria tersebut hanya tertawa layaknya pemeran antagonis sembari mondar-mandir.

"Kita sudah sepakat dengan perjanjian yang kita buat sebelum kalian meminjam uang dengan saya"

"Lalu, kenapa sekarang kalian mengingkari janji tersebut dengan alasan tidak ada uang?"

"Hahaha, ga ada kesempatan, kesepakatan ya kesepakatan, kalau kalian tidak bisa bayar sekarang, it's ok"

Pria tersebut diam sejenak dan berdiri tegak lalu mengeluarkan senjata api yang ada disaku jas nya.

"Bayar saja dengan nyawa" ucap pria yang sudah siap dengan posisi tangan memegang pistol lalu di arahkan ke kepala wanita itu.

"DORRR" satu peluru melesat dari tembakan dan tepat mengenai pelipis istri dari Tama.

"MAMAHHH"

Kedua anak laki-laki yang tadi berada di dalam kamar pun berteriak keras lalu segera berlari keluar untuk melihat ibunya yang sudah terjatuh dengan banyak darah berlumuran di bagian kepalanya.

Wanita paruh baya itu menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan suami dan di tengah tengah kedua anaknya.

Tama menatap sedih dan putus asa wanita di hadapannya, wanita yang sangat dia cintai harus meninggal dengan sadis di tangan rentenir keparat.

Di sisi lain tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang berusia sekitar 6 tahun berlari dari arah pintu masuk dengan memegang mainan robotnya.

"Ayah, Gavin tadi denger suara balon, duaarr gitu" ucap anak itu sembari memeragakan suara tersebut.

"Apa ada yang ulang tahun yah disini?" tanyanya.

"Ga ada sayang, ayo kita pulang" ucap pria baruh baya yang segera menggendong anak itu dan pergi meninggalkan korban, diikuti oleh bodyguardnya.

Putra sulung Tama menatap intens ketiga orang dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun sudah berbalik arah meninggalkan mereka yang sedang berduka.

Sementara keluarga kecil Tama masih terus menangis melihat kematian korban.

______________________________________

hayoo kira kira sape ya
mari kita berpikir sejenak kawan wkkw.

ayo di vote kalo kalian suka sama ceritanya, kalo ga suka, ya vote juga gua maksa.ga

ENDURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang