That Mysterious Girl

34 9 1
                                    

Di UKS....

"Kau apakan dia?" tanya Liv pada Luke. Kini, ia, Luke, Shabiel dan Tobias masih menunggu Xiulan terbangun dari tidurnya.

"Luke hanya membuatnya tertidur, dan kebetulan ia sedang lelah. Kita biarkan saja ia disini." kata Shabiel.

"Benar. Ia akan mengamuk padamu karna sudah menghentikan pertarungannya." ujar Tobias sembari melirik ke arah Luke.

"Kalian mau Liv mati di tangannya? Dan lagi, ia bisa saja menenggelamkan sekolah!" seru Luke.

Shabiel dan Tobias bertatapan. Kedua anak itu sebisa mungkin menahan tawa mereka.

"Udah deh udah, ayo tinggalin. Anak itu bentar lagi bakal bangun."

Mereka mengangguk dan pergi dari UKS secara bersamaan, tanpa tahu bahwa Xiulan sebenarnya sudah bangun sedari tadi.

Xiulan bangkit duduk di ranjang UKS, mengingat apa yang sudah ia lakukan tadi.

GREK!

Suara pintu UKS membuatnya spontan menoleh.

"Oh, hai ... kurasa kau sudah tahu aku kan? Euh ... ini. Kau pasti lelah, minumlah ini dulu." kata Tobias. Ia menaruh sekotak susu vanilla di meja dan duduk di kursi.

"Pergi, ngapain disini?"

"Wah jahatnya. Padahal aku khawatir padamu."

"Kha-wa-tir?"

Xiulan tertawa pelan. Namun, bisa didengar bahwa nada tertawa-nya adalah nada yang jahat. Gadis itu mengambil susu yang Tobias berikan dan melemparnya.

"Kau pikir aku bakal percaya? Orang-orang busuk seperti kalian memang seharusnya mati. PERGI SANA, BRENGSEK!!"

"Maaf, aku benar-benar minta maaf kalau aku mengganggumu. Aku pergi." pamit Tobias.

Shabiel menoleh ke arah temannya itu dan tak sengaja melihat ke arah tangan Tobias yang membawa sekotak susu yang dilempar Xiulan tadi.

"Sabarlah, aku yakin dia bukan anak seperti itu." hibur Shabiel sambil menepuk bahu Tobias.

"Hei hei aku tak apa kok. Lagipula, aku kan sudah tahu akan jadi seperti ini. Aku-nya saja yang bebal." tawa Tobias.

"Tapi ... seperti katamu, ia bukanlah anak yang seperti itu. Ia hanya ... hancur." sambung anak laki-laki tersebut.

"Kuharap, kita bisa mengubahnya." kata Shabiel.

"Suara kalian terdengar, orang-orang tolol." ketus Xiulan sambil membuka pintu UKS.

Kedua anak itu melonjak kaget.

"A - ah ...."

"Bego, kalau mau nge-ghibah tau tempat dong."

PLAK!

Gadis bermata sipit itu kaget saat Liv menampar pipi putihnya.

"Jaga bicaramu, brengsek. MEREKA ADALAH KAKAK KELASMU!"

"Liv, sudahlah." kata Luke.

"TIDAK BISA, DIA SUDAH KETERLALUAN! BARU ANAK BARU SAJA SUDAH BELAGU! KURANG AJAR!"

Xiulan tidak berkata apa-apa. Ia pergi begitu saja meninggalkan keempat seniornya.

"HEI—"

"Liv, hentikan. Dia punya alasan kenapa dia seperti itu." ujar Shabiel.

"Tapi, tapi dia sangat keterlaluan."

"Akan kuceritakan. Nanti malam, berkumpulah di rumahku, kita bahas ini bersama-sama."

R.U.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang