Lil Happy

33 8 4
                                    

"Gila. Baru kusadari, sekolah ini benar-benar besar." gumam Revibelle.

DUK!

"Perhatikan langkahmu, sialan!" Ujar seorang gadis dari kelas 12.

"Bukannya kau yang salah?"

"Apa?! Wah ternyata benar ya. Anak-anak baru tahun ini sangat kurang ajar! SADAR TAKHTA-MU BODOH!"

Sebelum gadis itu melayangkan tamparannya, Revibelle langsung mengeluarkan kekuatannya hingga gadis itu terdorong jauh.

Telekinesis, kekuatan yang Revibelle punya. Ia menatap gadis itu dalam waktu yang lama. Spontan, tubuh gadis itu melayang di udara, dan Revibelle membawanya keluar jendela.

"HEH, TURUNKAN AKU! SIAL—"

DUK!

Revibelle terkekeh pelan seraya melihat gadis yang ia jatuhkan itu. Untungnya, tak ada luka apapun.

"Oh iya, aku harus mencari anak itu."

SKIP

"Ternyata kau disini." ujar Revibelle.

Ia menemukan Xiulan di atas atap sekolah setelah lama mencarinya.

"Kita dipanggil Kepala Sekolah."

"Untuk?"

"Mana kutahu. Ayo pergi, hanya kita yang belum hadir."

Xiulan menganggukan kepalanya pelan, dan mereka pun berjalan berdampingan.

"Sedang apa kau disana?"

".... Entahlah, cari angin mungkin."

"Kenapa tidak minta Joanne saja? Dia pengendali angin tau, hihi."

Wajah datar Xiulan yang tak menandakan respon apa-apa membuat Revibelle sedikit kesal.

"Permisi." sapa kedua anak itu.

"Masuklah." jawab seorang wanita dengan suara yang dalam.

Revibelle masuk lebih dulu, menyapa mereka yang sudah ada di sana.

"Nah semua sudah berkumpul. Saya akan bicara langsung ke intinya. Mulai besok, satu per satu dari kalian akan dipilih untuk melawan musuh dari sekolah lain." jelas Verona Casey, si Kepala Sekolah.

"Tidak, saya tidak mau. Kami bahkan baru masuk!" tegas Xiulan.

"Xiulan Qionglin, kau pikir ini sekolah biasa? Kalau kau tak mau mengikuti peraturan disini, silahkan keluar. Tidak ada yang memaksamu untuk menetap."

Xiulan menggertakkan giginya. Dari matanya, terlihat jelas bahwa emosi-nya sudah naik ke ubun-ubun.

Nayyie yang tak sengaja melihat tangan Xiulan yang mengeluarkan bongkahan es, langsung menggenggam tangannya dan merubah es itu menjadi coklat. Tentu saja hal itu membuat Xiulan terkejut.

'Brengsek.' umpat Xiulan dalam hati.

"Yang lain bagaimana? Apa kalian setuju?"

Mereka bertatapan satu sama lain, seperti berdiskusi melalui kontak mata.

"Baik, kami setuju." jawab Joanne mewakilkan.

"Pilihan bagus. Dan Xiulan, apa yang akan kau lakukan? Mau bergabung, atau keluar?" 

Xiulan melirik tajam ke arah Casey.

"Ikut ... aku ikut." ujarnya setelah beberapa menit kemudian.

"Anak pintar. Sekarang, kembali-lah ke kelas kalian."

"P - permisi, kau berdarah!!" kata Sahara saat melihat tangan Xiulan yang menggenggam erat bongkahan es-nya yang tajam.

R.U.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang