Holiyeay for One Day

16 3 0
                                    

Pohon-pohon runtuh, darah bercucuran dimana-mana, jalanan terlihat sangat hancur.

"Cih, bebal sekali kalian. MENYERAHLAH! KALIAN TIDAK AKAN BISA MENGALAHKANKU!" teriak Cronus. Seluruh tubuhnya tampak dipenuhi luka, efek samping dari setiap permintaan-nya yang buruk.

"Haha ... bisa-bisanya kau masih berkata seperti itu setelah melihat luka di tubuhmu." ujar Luke. Ia mengatur nafasnya sambil berusaha meraih tangan Liv yang hampir tak sadarkan diri.

"DIAM, ATAU KEPALAMU AKAN KUHANCURKAN!"

"Hancurkan saja."

"Apa?!"

"Hancurkan saja. Toh, aku tidak takut padamu. Kau bukan Tuhan yang harus kami takuti."

DUK!

Spontan, kepala Luke ditimpa oleh sebuah kayu pohon yang cukup berat.

"SIALAN SIALAN SIALAN! KALIAN JUGA HARUS TAKUT PADAKU! AKU INI BAWAHAN TUHAN! TUHAN KEDUA! MATI KALIAN MATI!"

JLEB!

Cronus lupa akan sesuatu. Jika ia meminta atau melakukan hal buruk, maka, tubuhnya akan terluka. Ia memekik kencang saat lengan bagian kirinya tertusuk pisau.

"Tidak ada ... yang namanya Tuhan kedua, Tuhan hanyalah satu. Benar kan ... Xiulan?" gumam Tobias.

Gadis bermata kecil yang berada di hadapan Tobias itu menatap semua temannya yang tumbang, setengah dari mereka tak sadarkan  diri.

"Oh? Rupanya ada satu orang lagi? Wah wah, kalian menyembunyikan yang tercantik ya." kata Cronus sambil tersenyum miring.

Saat ia ingin menyerang Xiulan, sebuah rantai besi berduri terikat di tubuhnya.

"A - APA-APAAN INI?!"

Di belakang Cronus, ada Casey yang memegang ikatan rantai-nya.

"Tidak semudah itu kau sentuh keponakanku. Xiulan, hajar dia."

Cronus bergidik ngeri, ia berusaha untuk lepas namun tak bisa. Kekuatannya juga tak berguna lagi karna ia sudah memakainya berkali-kali untuk hal yang buruk.

Xiulan mengangguk, ia menggoyangkan tangannya seperti sedang memercikkan air, dan turun sebuah hujan es yang tajam di sekitar Cronus.

"UARGH, AGH! APALAGI INI?! SAKIT, AKU SEPERTI DITUSUK PAKU! HENTIKAN!"

"Apa? Mau lebih? Akan kuberi."

Xiulan mempercepat goyangan tangannya, membuat es-esnya semakin banyak. Salah satu dari es-nya mengenai tepat di bola mata Cronus hingga anak itu menjerit.

Karna mulutnya terbuka, es-es itu masuk ke dalam mulutnya dan menusuk bagian dalam mulutnya.

"He .. gnt ... kan ...." rintih Cronus. Lidah dan bibirnya tidak bisa lagi mengucapkan satu patah kata pun.

Terakhir, Casey menarik Cronus ke dekatnya dan membuat Cronus tak bisa bernafas. Beberapa detik kemudian, 'Tuhan Kedua' tersebut mati di tangan Casey, juga Xiulan tentunya.

"Good. Sekarang kita—"

"Tinggalkan, anak-anak ini lebih penting." potong Xiulan.

"Aku sudah menelepon polisi dan ambulans, biarkan saja mereka mengurus ini." sambungnya.

"Baiklah ... bantu aku angkat mereka ke mobil."

Di Rumah Sakit....

"Hai, sudah bangun?" sapa Casey saat melihat mata Liv yang terbuka perlahan.

R.U.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang