(Not) a Nightmare

31 2 0
                                    

"MAU, AKU MAU!"—Aluina

"IH SEBENTAR DONG!"—Shabiel

"HEI, JANGAN DIHABISIN!"—Liv

"OI, AKU BELUM KEBAGIAN!"—Revibelle

Xiulan menghembuskan nafasnya. Sudah sedari tadi, ia menyaksikan 'pertengkaran' keempat anak itu. 

Sebelumnya, Xiulan membuat pancake berisi nutella. Siapa sangka, pancake buatannya itu disukai oleh mereka.

"Diam! Aku bisa membuatnya lagi besok, berikan pancake itu!" hentak Xiulan.

Liv dan yang lain spontan terdiam, mereka memberikan pancake-nya dengan berat hati.

Xiulan mengambil sebuah pisau kecil dan membagi pancake tersebut menjadi 4 bagian.

"Kalau sampai bertengkar lagi, kubunuh kalian. Ini sudah kubagi rata, makanlah." ujar Xiulan.

"YEAYYY, TERIMA KASIH MA! MAMA XIULAN MEMANG PALING BAIK!"

"Hm."

JDER!

Kelima anak itu terkejut. Petir menggelegar dengan kuat, angin mulai bertiup dengan kencang, membuat jendela kamar mereka terhentak-hentak.

Para gadis itu berteriak saat tiba-tiba mati listrik. Mereka mulai merapatkan diri pada Xiulan dan memeluknya dengan erat.

"Ah minggir! Panas tau!" kesal Xiulan.

"Ih jangan usir kami dong, gelap banget. Aku takut." rajuk Shabiel.

"Haruskah kita ke kamar Tobias dan yang lain?" tanya Liv.

"Untuk apa? Mereka pasti sudah tidur." Xiulan menghidupkan lampu di handphone-nya sambil bangkit berdiri.

Ia mulai mencari-cari lilin dan korek api di laci meja riasnya.

TUK TUK!

"H - hei, kalian dengar itu?" ujar Revibelle.

"A - aku dengar. I - itu pasti cuma ranting pohon kan?" timpal Aluina.

TUK TUK TUK!

"KYAAA, XIULAN!"

"APA SIH?! ITU CUMA RANTING POHON, TIDAK PERLU TAKUT!"

"T - TAPI ... SUARANYA SEMAKIN KERAS!" panik Shabiel.

"Ck, akan kubuktikan tidak ada apa-apa, dasar penakut."

Xiulan kembali mendekat ke jendela kamarnya, ia membuka jendelanya seraya menunjuk ke luar. Membuktikan bahwa tidak ada yang perlu ditakuti.

"Lihat? Tidak ada apa-apa."

"X ... Xiulan ... di belakangmu ...."

"BOO!"

DUAK!

"E - eh? Luke??"

Xiulan menahan tawanya. Ternyata, yang sedari tadi mengetuk jendela kamar mereka adalah Luke yang jahil. Anak itu tumbang setelah terkena tinjuan spontan dari Xiulan.

"MAMPUS KAU, BRENGSEK! BERANI-BERANINYA KAU MENAKUTI KAMI!" teriak Liv.

"M - maaf, aku tak menyangka kalian akan benaran mengira ada hantu." kata Luke sambil masuk ke kamar.

"Yang lain? Sudah tidur?"

"Iya, aku diam-diam keluar."

"KYAAAA, TOLONGGG!!"

"Apalagi sekarang?" imbuh Xiulan.

Tobias dan yang lain terlihat berlarian ke kamar Xiulan, mereka tampak ketakutan, tubuh mereka basah oleh keringat.

"DI DI DI, D - D - DI LORONG, A - ADA, ADA ...."—Joanne.

"Ada apa?! Tidak pernah ada hantu disini!"

"TAPI TADI KAMI MELIHAT ADA WANITA YANG BERPAKAIAN SERBA PUTIH, BAHKAN KULIT DAN RAMBUTNYA JUGA PUTIH! IA, IA, IA BISA MENEMBUS KE KAMAR KAMI, DAN BERTANYA, APA XIULAN ADA DISINI!" sambung Matteo.

"Apa? Aku?"

"IYA, KALAU TIDAK PERCAYA AYO KESINI!" kata Nayyie sambil menarik tangan Xiulan.

Ia melompat kaget saat wanita yang dimaksud itu tiba-tiba ada di depan kamar yang ditempati Xiulan.

"I - ITU ITU, ITU HANTUNYA!" teriak Tobias.

"Awas, biar kuserang dia!"

Xiulan mendengus, ia menjetikkan jarinya dan membuat sebuah pedang es. Ia mendekat ke arah hantunya dan....

"XIU! WOOF!"

"C - Chichi?!"

"Benar, ini aku! Woof woof! Xiuuu!!"

Semuanya melongo termasuk Xiulan. Chichi, anjing minipom putih miliknya itu menjelma menjadi seorang wanita cantik! Namun...dengan sikap yang kekanakan.

"Bagaimana ... bagaimana bisa kau berubah jadi manusia?" kata Xiulan tak percaya.

"Ekhem, biar kuceritakan. Jadi tadi, aku pergi ke rumah Bibi Casey dengan wujudku yang masih menjadi anjing. Aku pergi bersama Choco tentunya, tadinya dia tak mau pergi tapi kupaksa. Setelah sampai, aku bilang pada Paman Chen(suami Casey) untuk merubahku dan Choco jadi manusia. Dan yah singkat cerita, aku dan Choco berubah lalu kami pergi kesini menyusulmu." cerita Chichi panjang lebar.

"Begitu ... dan dimana Choco sekarang?"

"Dia ada di luar. Oh iya, perlu kau tau, aku dan Choco hanya bisa berubah seben— WOAH! GUK!" Chichi berubah kembali menjadi wujud asalnya, dan hal itu membuatnya sangat kesal.

Xiulan menghembuskan nafasnya dan mengangkat Chichi, ia juga pergi keluar sambil membawa Choco masuk ke dalam.

"Maaf, kalian pasti bosan ya di rumah? Malam ini, tidurlah disini bersama kami." ucap Xiulan.

"Hei hei, Choco biar tidur sama kami saja, kau bawa Chichi bersamamu, boleh?" kata Tobias.

"Tentu, ini. Choco kalau tengah malam suka kelaparan, kau bisa memberinya makanan yang ada di rak piring." pesan Xiulan.

"Baiklah baiklah, ayo tidur lagi. Selamat tidur semua!"

"Selamat tidur!"

















Press the star and leave ur comment!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

R.U.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang