Heart Less

42 6 4
                                    

"Segini saja kekuatanmu?" Xiulan tertawa kecil sembari menggelengkan kepalanya pelan.

Dalam beberapa detik, ia menghancurkan shadowy dengan gelombang airnya.

"Die you piece of shit."

Gadis itu segera berjongkok dan langsung menggenggam kuat kaki Cielo dengan tangannya yang dipenuhi duri es.

"UARGHHH!! AGHHH!!" pekik Cielo.

Shabiel dan yang lain menoleh ke arah kedua anak itu. Mereka mematung melihat kaki Cielo yang sudah bercururan darah.

"L - Liv, hentikan dia!" kata Shabiel.

Namun, Liv tetap mematung. Ia kembali mengingat saat dirinya pertama kali bertarung dengan Xiulan. Liv masih terbayang akan tatapan Xiulan yang benar-benar terlihat ingin membunuhnya.

"LEPAS KAU, BRENGSEK!" teriak Liam sambil melempar bola apinya ke arah Xiulan. Entah beruntung atau sial, bola api itu berhasil ditepis oleh Xiulan.

Cielo ambruk, kakinya sudah tak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Berapa kali pun ia minta berhenti, Xiulan tetap tak melepas genggamannya.

Liv mendecakkan lidahnya. Mau tak mau, ia harus membuat Xiulan tak sadarkan diri. Ia memukul kepala belakang Xiulan hingga gadis itu pingsan.

Tak lama kemudian, Casey datang dengan nafas yang tak karuan.

"Kalian, naiklah ke mobil!" pinta Casey pada anak-anak.

"Ciel, bangun! Bagaimana bisa kau dikalahkan oleh seorang gadis?!" ujar Liam.

Yang dipanggil tidak menjawab, matanya sangat sayu, ia tak bisa berdiri dengan kondisi kaki seperti itu.

"Minggir, aku akan bertanggung jawab." kata Casey. Wanita cantik itu berjongkok dan meletakkan tangannya di kaki Cielo yang terluka parah.

Penghisap luka, itulah kekuatan Casey. Ia bisa menghisap lukanya dan juga luka yang diderita orang lain. Dalam sekejap, kaki Cielo kembali normal.

"Aku minta maaf atas kesalahan muridku. Aku akan memberinya pelajaran atas apa yang sudah dilakukannya padamu. Aku pamit, semoga kalian selalu baik-baik saja."

"Cih ... brengsek! Kau pikir kata maaf saja cukup? Lihatlah, akan kubuat muridmu itu menderita saat aku sudah lebih kuat!" gumam Cielo.

"Hei, yang penting kan dia sudah bertanggungjawab. Kakimu bisa normal kembali karna-nya, setidaknya ia masih baik hati kan?" kata Yoanna.

"Diam, ini urusanku. Tidak usah ikut campur." Cielo bangkit berdiri, meninggalkan Liam juga yang lain.

"Dasar kepala batu." umpat Liam.

Tanpa ia sadari, shadowy yang lain berada di belakangnya dan memukul punggung Liam dengan kuat.

"Bodoh, harusnya kau sudah tahu kalau shadowy ada dimana-mana. Ayo pergi, Yoanna."

"Agh ... SIALAN!!"

——————————


"Aku tidak menyuruhmu untuk membunuhnya kan?"

Gadis yang ditanya hanya diam, kepalanya terus menunduk.

"Sudah kubilang ini hanya simulasi saja kan? KALAU DIA MATI BAGAIMANA?!"

"BERISIK! TINGGAL KUBUR SAJA KALAU MATI!"

PLAK!

Sebuah tamparan keras melayang di pipi sebelah kirinya.

"SEENAKNYA KAU BICARA! NYAWA ITU BERHARGA!"

Xiulan mengusap pipinya yang ditampar dan melirik tajam ke arah Bibi-nya itu, Casey.

Ya, Casey adalah pemilik sekolah R.U sekaligus adik ipar dari Xia He. Ia menikah dengan adik laki-laki Xia He dan tinggal di kota ini bersamanya.

Sampai sekarang, hanya Casey yang masih peduli pada gadis malang tersebut.

"Bukan urusanku kalau dia mati. Itu hanya karna ia terlalu lemah." kilah Xiulan sambil berlalu ke kamarnya.

"Xiulan! Aku belum selesai bicara! XIULAN!"

Casey menghembuskan nafasnya kasar. Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa.

'Keras kepala. Ia tidak akan bisa berubah.' batin Casey.


Di Hari Sabtu, sesuai janji, Xiulan dkk kembali ke Pet Cafe milik Tobias. Kebetulan, cuaca-nya juga mendukung untuk mereka bermain.

"Hei hei heiii, akhirnya kalian datang!" teriak Tobias. Ia sudah menunggu Xiulan dan yang lain sedari tadi.

"Maaf, kami terlambat ya?" kata Joanne.

"Tidak sama sekali. Pesanlah apa yang kalian mau, setelah itu duduk disini." pinta Luke.

"Siap Kak!"

Beberapa menit kemudian....

"HUAAAA, MOCCA LATTE-NYA ENAK BANGETTT!! seru Aluina.

"Rainbow cake-nya juga enak! Harus kesini sering-sering sih!" tambah Matteo.

"Wah, aku senang kalian suka! Pesan saja sepuas kalian ya, anggap aku ini adalah kakak kalian!" pinta Tobias.

"HOREEEE!! PUJA KAK TOBIIII!!"

Para senior itu tertawa melihat kelakuan junior mereka yang lucu.

"Oh iya Lin, Choco dan Chichi gak dibawa?" sahut Joanne.

"Tidak ... tadinya aku memang mau membawa mereka tapi, mereka tidak bisa disatukan di satu keranjang sepeda. Jadi kuputuskan untuk meninggalkan mereka." jawab Xiulan.

Joanne dan yang lain terdiam mendengar Xiulan yang mau bicara. Itu adalah jawaban terpanjang Xiulan yang pernah mereka dengar.

"Apa sih? Mau kucongkel bola mata kalian satu-satu?" kesal Xiulan.

"SINI KUCONGKEL BOLA MATAMU DULUAN!" gertak Liv.

"Ngomong-ngomong, aku ada ide bagus. Ini baru jam 12, bagaimana kalau kita main di Play Zone sampai sore?" usul Shabiel.

"Ayo ayo! Pas sekali aku juga tidak pernah bermain kesana sejak 3 tahun lalu." kata Sahara riang.

"Yang lain?"

Semuanya tampak menyetujui usul Shabiel. Sebelum mereka pergi, Tobias membungkuskan makanan dan juga minuman untuk mereka makan di jalan.

Luke dan Liv pulang sebentar ke rumah untuk mengambil mobil.

Singkat cerita, kesebelas anak itu akhirnya pergi dengan hati yang gembira(kecuali Xiulan). Layaknya anak-anak TK yang sedang berpariwisata.

Mereka terpisah menjadi 2. Luke membawa Xiulan, Liv, Aluina dan Joanne. Sedangkan Tobias membawa sisanya.

Saat sampai, mereka berbondong-bondong turun dengan tak sabaran. Anak-anak itu melompat-lompat saking senangnya.

"SUDAH TURUN SEMUA? AYO KITA MAINNNN!!"—Tobias.

"AYOOOOO!!!"












Don't forget to press the star and leave ur comment!

R.U.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang