Messy

44 11 0
                                    

"Aku pulang ...."

Sunyi, tak ada jawaban. Xiulan menggigit bibir bawahnya, masuk ke dalam rumahnya yang gelap dan menutup pintunya kembali.

Padahal, 12 tahun sudah berlalu. Ia masih lupa kenyataan bahwa ia tinggal sendirian di rumah yang besar ini.

"GUK GUK!"

"Chichi!"

Seekor anjing putih gemuk dan buntal dengan bulu yang lebat melompat ke tubuh Xiulan. Ia menjilati seluruh wajah Xiulan, seakan-akan itu seperti ucapan selamat datang.

"Haha, pasti kau lapar ya? Ayo sini."

Chichi dengan semangat mengikuti Xiulan sampai ke dapur. Gadis berambut panjang itu berjinjit meraih makanan Chichi yang ada di rak piring.

"Nah, makan yang banyak ya, manis."

Xiulan menarik kursi dapurnya dan berpangku dagu.

'PEMBUNUH!'

'HANCURKAN DIA!'

'USIR DIA DARI SINI!'

'DASAR TAK PUNYA HATI!'

'MATI KAU, ANAK SIAL!'

"ARGH!"

KRANG!

Xiulan terkesiap, tanpa sadar, tangannya mengeluarkan sebuah bongkahan es dan pecah begitu saja karna genggamannya yang kuat.

Chichi yang melihat hal itu gemetar ketakutan hingga bersembunyi di bawah rak piring.

"C - Chichi, aku minta maaf. Kemarilah."

Wajah memelas Chichi semakin membuat Xiulan merasa bersalah.

"Maafkan aku, lagi-lagi aku lepas kendali." ujarnya sembari mengelus-elus dagu Chichi.

""Kita tidur saja ya? Nanti sore akan kubelikan camilan kesukaanmu aku janji."

Ia menghempaskan tubuhnya ke kasurnya yang empuk, dan mengusap-usap tubuh Chichi.

"Sweet dream, anak baik."

——————————

"Selamat datang kembali, siswa-siswi baru kami. Sesuai perkataan saya kemarin, hari ini kalian masih harus bertarung melawan senior kalian. Yang dipanggil namanya harap maju ke depan. XIULAN QIONGLIN!"

Joanne dan yang lain spontan menoleh ke arah gadis bercepol 2 itu.

"Cih, menyebalkan." gumam Xiulan.

Xiulan menghembuskan nafasnya, mengkomat-kamitkan bibirnya seolah mengatakan sesuatu.

"Lawanmu adalah Liv Scout, anak kelas 11. Saya mengharapkan pertarungan yang serius." kata Jeffrey.

'Gila ya? Aku kan masih anak baru.'

Ia menatap tajam bola mata Liv yang berbentuk permata.

"Apa? Aku ada hutang?" serobot Liv, dan Xiulan hanya mencibirkan bibirnya.

"Pertarungan dimulai. 1 ... 2 ... 3!!"

KRAK!

Liv melompat kaget saat di belakang-nya muncul bongkahan es yang mencuat ke arahnya.

"TUNG—"

TRANG!

"Fokus, pertarungannya sudah mulai kan."

Liv menggertakkan giginya, ia merogoh saku celana-nya dan mengambil sebuah jarum, lalu menusuk jari-nya hingga cairan merah segar keluar dari situ.

WUSH!

"Jangan nangis kalau kau kalah nanti." jawab Liv. Xiulan melirikkan bola matanya ke belakang, menatap darah Liv yang berubah menjadi pedang tajam.

Jika Xiulan bergerak, darah itu sudah pasti akan mengenai-nya. Sejatinya, posisi Liv juga seperti itu. Mereka berdua sama-sama terjebak.

"Wah wah, jadi mereka akan diam saja disitu nih?" ujar Nayyie.

"Tidak. Anak baru itu, ia akan bergerak duluan." kata Tobias yang sedang bersama Shabiel. Kedua anak itu menyaksikan pertarungan mereka dari bangku bagian atas.

"Liv akan baik-baik saja kan?" tanya Shabiel.

"Tentu. Lagipula, ini bukan pertarungan benaran kan?"

Xiulan lagi-lagi menghembuskan nafasnya. Ia genggam tangannya sekuat tenaga, dan spontan muncul bongkahan es dari rambutnya.

Es itu membentuk seperti tentakel dan mengangkat Xiulan ke atas.

"Dumb." gumam Xiulan sembari menyeringai.

Namun, beberapa saat kemudian, matanya membulat saat ia melihat Liv melakukan hal yang sama dengannya.

"Kau tahu? Kegunaan kekuatan kita tidak ada bedanya. Hanya saja, kau itu es dan aku darah. Jadi—"

"BANYAK BACOT!" teriak Xiulan.

Ia menjentikkan jarinya dan mengeluarkan sebuah es berbentuk anak panah. Tanpa basa-basi lagi, ia melempar anak panah itu ke arah Liv.

Sialnya, Liv bisa menghindar dan dalam hitungan detik, ia menghilang dari hadapan Xiulan.

"K - kemana dia?!"

"Kalah kau, anak baru." bisik Liv yang berada di belakang Xiulan.

Ia menghantam Xiulan dengan tangan palsu yang ia buat dari darahnya hingga Xiulan jatuh tersungkur.

Beberapa lama, tak ada respon dari Xiulan. Ia tak bergerak seolah-olah ia pingsan.

"Sepertinya anak itu pingsan. Shabiel, bawa dia ke UKS!" pinta Jeffrey.

"Baik Pak!"

"TUNGGU, JANGAN BIEL!" tahan Tobias.

"E - eh? Kena—"

ZRASH!!

Belum sempat Shabiel turun, tiba-tiba muncul gelombang air yang membuat arena pertarungan dipenuhi dengan air itu.

Liv yang masih berada di atas tertarik oleh gelombang air-nya yang deras hingga ia tenggelam.

"HENTIKAN, HENTIKAN ANAK ITU! IA BISA MEMBUAT SEKOLAH INI TENGGELAM!" teriak Jeffrey.

Semuanya meneriakkan nama Xiulan untuk berhenti, akan tetapi, gadis itu tak menghiraukan-nya.

"XIULAN QIONGLIN, BERHENTI!"

Teriakan seorang laki-laki membuat Xiulan tersentak dan berhenti memakai kekuatan-nya. Ia berdiri tegak di arena itu layaknya patung.

"L - Luke ...." gumam Liv.

Luke, teman sekelas Liv dengan kekuatan brainwashing. Ia melakukan brainwashing dari suaranya, karna itulah, Xiulan bisa berhenti atas suruhan dari Luke.

"Go rest, kiddie."—Luke.

Xiulan pun ambruk dan menutup matanya. Ia tampak tertidur dengan lelap layaknya Aurora, si Putri Tidur.

Shabiel dan Tobias dengan sigap turun ke bawah menopang Xiulan juga Liv ke UKS.

"Awas, biar aku yang bawa Liv." kata Luke pada Tobias. Ia merebut Liv dari Tobias dan menggendongnya ala Bridal Style.

"TURUNKAN AKU, SIALAN. AKU BISA JALAN SENDIRI!" ronta Liv.

"Tidak usah banyak bicara. Kau pasti shock karna gelombang air tadi." ujar Luke.

Liv terdiam, perkataan Luke ada benarnya. Jika Luke tidak datang tepat waktu, ia mungkin akan mati di tangan Xiulan akibat air yang Xiulan munculkan.

"Terima ... kasih." gumam gadis itu.

"Anytime, Liv."














Leave ur comment and press the star!

R.U.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang