Where's Xiulan?

35 8 5
                                    

Di Rumah Xiulan.....

"Memalukan. Bisa-bisanya kau hidup tenang setelah apa yang sudah terjadi." ketus seorang Pria jangkung.

Taoran Yong, ayah Xiulan sekaligus pemilik perusahaan Hotel terkenal di kota tersebut.

Xiulan hanya diam, tidak merespon kata-katanya.

"Iblis, dasar Iblis. Kau bahkan tidak ada rasa bersalah sedikit pun!" Kali ini Xia He Yong, Ibu Xiulan.

"Kalau aku Iblis, berarti kalian orang tua Iblis kan?"

DUK!

Xiulan dilempar oleh Taoran ke dinding, dan mencekik lehernya. 

"Anak setan kau. Tidak salah kami mengasingkan-mu disini. Brengsek, NYAWA DIBAYAR NYAWA! GANTI NYAWA ANAK PEREMPUANKU, SIALAN!"

KRAK!

Xiulan terpaksa menusuk tubuh Taoran dengan pedang es-nya. Tangan Taoran pun terlepas dari leher anaknya itu.

Gadis itu mengatur nafasnya berkali-kali, menatap dingin ke arah Taoran yang terluka. Tubuh Taoran yang terkena tusukan tersebut kembali menjadi normal.

Kekuatan Taoran adalah tidak bisa terluka. Mau bagaimana pun orang lain membunuhnya, ia bisa membuat luka itu hilang dalam sekejap.

"Bahkan sekarang pun kau mencoba untuk membunuhku?"

"Tao, ayo pergi. Kalau kelamaan disini, aku yakin kita akan mati di tangannya." ajak Xia.

Kedua orang tua itu pergi meninggalkan Xiulan yang masih mengatur nafasnya. Cekikan Taoran membuat gadis itu hampir kehilangan nafasnya.

"Bukan aku ... bukan aku ...."

Chichi dan Choco berlarian mendekati Xiulan yang sedang merunduk. Mereka terlihat khawatir dan mengelus-elus kepala Xiulan.

"BUKAN AKU PELAKUNYA! KALIAN HANYA MELIHAT SISI YANG INGIN KALIAN LIHAT SAJA! SIALANNN!!!"

Spontan, keluar bongkahan es dari mata Xiulan.

Saat Xiulan emosi, bongkahan-bongkahan es akan keluar dari mana saja.

Yang lebih parah, ia bisa mengeluarkan gelombang air yang deras dan membuat semua orang tenggelam.

Xiulan terkesiap saat melihat kedua peliharaan-nya yang merintih ketakutan.

"Menjauh kalian dariku, makanan kalian sudah kusiapkan. Jangan ganggu aku hari ini." kata Xiulan.

Ia berjalan dengan langkah gontai ke kamarnya.

"Kalian orang tua-ku ... tapi kenapa tidak bisa percaya pada anak kalian sendiri?" isaknya.

Malam itu ditemani angin yang berhembus kencang, Xiulan menangis sambil sesekali berteriak. Suaranya bercampur dengan sunyi-nya malam. Sang Bulan pun enggan untuk memberi cahaya-nya.

Hanya Chichi dan Choco yang setia menunggu-nya dari luar kamar. Sampai pagi datang, ia tertidur. Mata-nya sangat lelah dan sakit, mengingat berapa banyak air mata yang ia keluarkan semalaman.

Hal itu menimbulkan pertanyaan besar bagi teman-temannya karna ia tak masuk sekolah.

"Kemana dia? Biasanya dia yang paling awal disini." ucap Nayyie heran.

"Mungkin terlambat? Kita tunggu saja sebentar lagi." timpal Aluina.

"Ayo Biel!"

Mereka menoleh ke arah Tobias dan Shabiel yang terlihat buru-buru.

"K - Kak, ada apa?" tanya Sahara.

"Ah, kami ingin ke rumah Xiulan." jawab Shabiel.

"Hah? Memangnya dia kenapa?" kata Joanne.

"Entahlah, kami juga tidak tahu. Tiba-tiba, Kepala Sekolah menyuruh kami kesana." Kali ini Tobias yang berbicara.

"Ah ... apa kami boleh ikut?"—Aluina.

"Boleh, tapi jangan semua. 2 orang saja."—Tobias.

"Aku dan Lui saja yang ikut."—Revibelle.

"Baik, ayo."—Tobias

"Kabari kami nanti!" teriak Joanne.

"Pasti!"

——————————

"Benar kan ini alamatnya?" tanya Tobias pada Shabiel.

"Ya, Miss Casey tidak akan memberi kita alamat palsu seperti lagu Ayu TinkTink kan?" tawa Shabiel.

"Ayo turun." ajak Tobias.

Keempat anak itu turun dari mobil dan terkesima sesaat dengan rumah Xiulan yang besar.

"Euh ... kita tekan bel-nya?" Tobias ragu-ragu.

"Ck, tinggal tekan begini saja apa susahnya?"

Revibelle menekan bel rumah Xiulan 2 kali. Hening, tak ada jawaban.

"GUK GUK!"

"MIAW!"

"Choco! Itu Choco!" seru Aluina.

"Hei Choco! Oh? Xiulan punya anjing juga toh." kata Shabiel.

TAP TAP TAP!

Seketika, keempat anak itu langsung menengadah, melihat Xiulan yang turun dari tangga.

"Ngapain kesini?" 

Tidak ada satu pun yang menjawab, mereka sibuk menatap mata Xiulan yang bengkak.

"Kubilang ngapain kalian kesini?!" bentak Xiulan sambil mengeluarkan bongkahan es.

"Woah woah santai Xiulan. Kami hanya ... khawatir denganmu." ujar Tobias.

"Pergilah, aku tidak menerima tamu." usir Xiulan.

"Oi! Kita jauh-jauh dari sekolah sampai kesini. Setidaknya beri kami minum kek." ucap Revibelle.

"Aku tidak pernah menyuruh kalian kesini."

"Huft. Miss Casey yang memerintah kami untuk menjenguk-mu, Xiulan. Bolehkah kami masuk sebentar?" Shabiel angkat bicara.

"Cih, wanita tua itu." gumam Xiulan.

Ia pun membukakan pintunya dan membiarkan mereka masuk.

Beberapa menit kemudian....

"Aku cuma ada teh dan biskuit. Terserah kalian mau makan atau tidak." ujar gadis bermata sipit itu.

"Wah, ini enak! Teh lavender ya?" tanya Tobias.

"Iya."

"Hm! Iya enak, wangi-nya juga menenangkan sekali." kata Aluina.

Dalam beberapa saat, suasana kembali hening. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing, tidak ada yang berani membuka suara.

"Ekhem. Xiulan, apa kau baik-baik saja?"—Shabiel.

"Menurutmu? Aku hanya telat bangun, tidak usah berlebihan."

"Tapi—"

"Oh, Liv menelepon." potong Tobias.

"Hei Liv, ada apa gerangan?"

"Dimana anak itu?" tanya Liv dari seberang sana.

"Ini, ada disini." Tobias menunjukkan hp-nya ke arah Xiulan, namun, gadis itu tampak menghindari wajahnya.

"JANGAN MEMPERLIHATKAN-KU SEENAKNYA BEGITU!" gertak Xiulan.

"Ups- maaf."

"Ah, Nayyie juga telepon." ujar Revibelle.

"Ck, APA SIH? MEMANGNYA AKU ARTIS? SANA PERGI KALIAN, MENGGANGGU SAJA!" kesal Xiulan sambil pergi ke kamarnya.

"Well ... kurasa kita memang harus pergi."—Shabiel

"Kue-nya kita taruh saja disini?"—Tobias.

"Ya, taruh saja. Aku yakin dia akan mengambilnya nanti."—Shabiel.

Keempat anak itu pun melangkah ke pintu keluar. Tanpa mereka sadari, Xiulan memperhatikan mereka dari balkon kamarnya.

'Menyebalkan, menganggu saja.' batin gadis itu.

R.U.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang