› PROLOG

74 17 5
                                    

Hidupku terasa berat.
Layaknya berada dalam ruang kelam, tanpa cahaya dan pintu keluar.
Kala kehilangan mereka yang kucintai.
Bahkan mungkin, tak lama lagi aku akan menyusul mereka, karena tubuh yang semakin rapuh oleh sel - sel tumor yang bersarang di otakku.

Namun, tak ada rasa takut atas itu.
Karena aku tak memiliki apapun selain diriku sendiri.
Takkan ada yang berduka menangisi batu nisan bertuliskan namaku nanti.

Di tengah kehampaanku, apakah kau tahu apa yang terjadi?
Bukan, bukan sesuatu seperti membangkitkan motivasi maupun keinginan untuk bertahan.

Tetapi sebaliknya.

Selalu ada saat dimana aku merasa ini kutukan untukku.
Seperti, saat berakhir menjadi pria kelam yang merupakan sasaran empuk untuk mereka yang gemar melakukan hobi para remaja sebaya.

Tentunya ini bukan hal baik.

Alih - alih berusaha menghindarinya, aku mencoba pasrah saja.
Lebih baik jika mereka mengantarkanku menuju alam baka, daripada aku memilih jalan mandiri, bukan?

Namun, sepertinya garis hidupku berkata lain.

Karena tibalah kala yang tak pernah aku duga.
Kala seorang gadis dengan keberaniannya, membawa ku kembali merasakan terang dan hangatnya dunia.

Mungkin bagi mereka,
Dia segelap langit malam tanpa bulan dan bintang.
Dan mungkin bagi mereka,
Dia sedingin angin malam diatas puncak.

Namun dimataku, dia adalah setitik cahaya hangat dengan harapan di ruang kelam.

☜☆☞

Aku Areezka Pradipa.
Hanya seorang pria kelam yang bertekad menggapai cahayanya.
Demi terang dan hangatnya hidup, demi harapan, dan demi kebahagiaan.

☜☆☞

Writter's note :
Halo semuanyaa!
Setitik Cahaya adalah karya pertama kami, jadi mohon dukungannya :-D
Jangan lupa tekan bintang, berikan kritik maupun saran di kolom komentar, dan share ke teman - teman yaa. Agar kami tambah semangat dan dapat meningkatkan kualitas cerita ini.
See you in the next part!

26 Agustus 2021

Setitik CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang