9 › Terlambat

20 6 0
                                    


Happy reading♥♥

☜☆☞

Areezka

Ashley.

Itu adalah dirinya. Gadis yang kusukai, kembali menyelamatkanku. Entah kebetulan atau apa. Aku merasa beruntung namun juga kerap kali merasa selalu merepotkannya.

Gadis cantik itu bersandar di dinding sebelah pintu masuk kelas seraya menatap ponsel genggamnya. Lalu tatapan datar dari manik coklatnya itu tertuju ke arah kami. Walaupun menampilkan gestur santai, raut dingin khasnya berhasil membuat geng Lambe Tirra terkesiap.

Ashley menaruh ponselnya di saku baju, tubuhnya menegak. Dia melangkah maju dengan tempo pelan. Mereka yang ada di hadapanku meloncat mundur seiring Ashley melangkah. Menghindari terjadinya tubruk-menubruk, aku bergeser ke depan lemari penyimpanan di pojok kelas dekat papan tulis.

Menyadari sekumpulan orang bermulut pedas itu termundur takut hanya karena dipergoki seorang gadis pendiam—ralat, dingin—aku jadi makin penasaran, ada apa sebenarnya hingga Ashley menjadi siswi yang disegani seperti ini? Padahal aku yakin bahwa dirinya bukan tipikal remaja penggertak.

"Kata itu, kan, yang mau kalian dengar?" Ashley menghentikan langkahnya tepat di depan gadis berambut panjang bergelombang. "Kenapa diem? Takut? Lo pikir gue bakal mukul atau nampar pipi lo?" tanyanya diakhiri tawa remeh didukung alis yang terangkat sebelah. Ashley mengangkat tangannya, saat itu juga kudapati wajah terkejut dari mereka. Mungkin mengira Ashley akan benar-benar menghajar mereka. Padahal nyatanya Ashley tengah mengeluarkan ponsel dari saku bajunya. Tingkah konyol mereka membuatku menahan tawa.

Sang empu menunjukkan layar ponsel berisi unggahan media sosial Lambe Tirra tentang potret dirinya dan Ryan tadi pagi. Tatapannya menajam, menyusuri manik mata satu-persatu anggota geng penggosip itu. Seolah siap menyayat siapa saja yang akan membantah ucapannya. "Nggak perlu usik hidup gue buat nambah followers. Gue nggak minat jadi lebih tenar. So, silakan cari seleb lain." Sebuah seringaian ditampilkannya pada akhir kalimat.

Daripada menegang seperti yang dilakukan geng Lambe Tirra, aku justru terkagum. Tatapan tajamnya tetap terlihat menawan. Kharismanya ketika membuat nyali mereka menciut seolah bersinar hingga membuatku berbinar.

Dia mengagumkan.

Sempat kupikir geng penggosip itu akan memberikan argumen, ternyata Ashley malah disambut keheningan. Lantas dia memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan kelas ini. Ketika itu juga helaan napas mereka terdengar. Bahu yang sebelumnya menegak, kini agak menurun. Membuatku paham bahwa ketegangan mereka telah usai saat Ashley hengkang dari pandangan.

Aku pun beranjak menuju pintu keluar, hendak menyusul Ashley. Setidaknya kata terima kasih harus terucap.

"H-hah? S-seleb katanya?!" ujar seseorang agak jauh di belakangku. Aku tak tahu siapa, tapi kurasa salah satu dari mereka. Keberaniannya untuk membuka mulut baru kembali setelah tadi dipergoki orang yang mereka bicarakan. Aku tak menduga nyali mereka benar-benar menciut hanya karena seorang gadis.

☜☆☞

Ashley

Aku melirik jarum dari arlojiku yang menampilkan pukul 07.10. Artinya, lima menit lagi bel upacara akan berdering dan aku sudah harus berdiri tegap di barisan kelas 11 IPS-2. Pantas saja banyak siswa berlalu-lalang menuju lapangan upacara. Aku mempercepat laju langkahku, berharap cepat tiba di kelas guna mengambil atribut lengkap. Aku sungguh tak berminat terlambat dan berakhir kena hukum di upacara yang wajib dilaksanakan setiap hari Senin.

Setitik CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang