11 › Pigura

15 7 0
                                    

Happy reading♥♥

✧◦𖣘◦✧

"Lagi obrolin apa sih? Seru banget." Ryan dengan santai duduk di samping mereka.

Jangan tanya keadaan mereka, setara dengan datang ke sekolah saat gerbang sudah tertutup dan hanya seorang diri. Alias panik banget! Dari jauh saja sudah ganteng banget, apalagi sedekat ini, 'kan? Tapi yang lebih membuat mereka panik, ialah mereka yang baru saja membicarakan Ryan dan Ashley. Mereka hanya bisa berharap, semoga Ryan nggak dengar yang tadi.

"Emmm, anu ...." gumam Dewi sambil menyenggol lengan Rhea, sang empu hanya meringis.

"Kalian siapa, sih?" tanya Ryan. Kedua cewek itu hanya bergeming, masih loading.

Sampai akhirnya Rhea tersenyum malu-malu kegirangan. "Aku Rhea," katanya. Dia mengulurkan tangan, berpikir Ryan akan menjabat tangannya untuk berkenalan. "Dan ini Dewi," katanya menoleh ke cewek di sampingnya lalu kembali memandang kagum sosok Ryan. Sementara Dewi masih kebingungan. Rasanya aneh karena tiba-tiba Ryan mengajak berkenalan.

Ryan tersenyum tipis. "Maksud gue, siapa kalian sampai seolah paling tahu tentang gue dan Ashley?"

Kedua gadis itu melotot. Hanya mampu berkedip dengan jantung yang berdetak cepat. Apalagi Rhea yang mengenalkan dirinya tadi. Dia menarik tangannya yang agak gemetar.

Raut wajah Ryan berubah total. Sangat tidak bersahabat. "See? Bahkan gue nggak kenal kalian. Tapi kalian seolah paling tahu tentang kami. Lain kali, nggak usah komentari hidup kami. Perhatiin sikap kalian yang malu-maluin itu." Tanpa pamit Ryan pergi dengan tangan terselip di saku celana abu-abunya. Masuk ke dalam kelas. Meninggalkan kedua cewek yang tengah menanggung malu dengan wajah tercengang.

✧◦𖣘◦✧

Bel pulang telah berbunyi. Kini Ryan sedang membonceng Ashley, hendak mengantarnya ke rumah. Sesuai rencananya tadi, Ryan telah mentraktir Ashley makan di kantin. Namun, tak sepatah kata pun mereka ucapkan selain ketika menyebutkan menu makan. Ryan hanya sibuk dalam lamunannya, memikirkan gosip yang beredar tentang hubungan sahabatnya dengan cowok lain—Areezka. Sementara Ashley memang terbiasa diam. Banyak bicara bukanlah dirinya.

Sejujurnya Ryan tak tahan ingin bertanya langsung pada Ashley. Apalagi Ashley tak ada cerita, membuat Ryan berpikir Ashley mungkin menyembunyikan sesuatu. Namun melihat raut wajahnya yang bukan seperti biasanya, ya walaupun biasanya tetap datar, Ryan yang sudah berteman sejak kecil tahu betul Ashley sedang tidak baik-baik saja. Maka dia urung untuk bertanya tentang hal itu.

"Ashley, mau ke mana dulu nggak? Jalan-jalan? Atau mau ke rumah?" Ryan membuka percakapan.

"Ada Bunda?" Ashley sedikit mencondongkan badannya.

"Oh iya, Bunda kerja."

Bahu Ashley menurun, kembali lesu. "Antar pulang aja."

"Benar? Nggak mau beli camilan gitu buat di rumah?"

"Nggak perlu. Di rumah masih ada," jawab Ashley. Mengakhiri pembicaraan mereka di sepanjang perjalanan. Saat itu pula, Ryan mengerti. Ashley sedang butuh waktu sendiri, menenangkan pikirannya sejenak sebelum siap untuk menuangkan pikirannya kepada Ryan.

Motor berhenti melaju tepat di depan gerbang rumah Ashley. Rumah berdesain minimalis itu cukup luas untuk ukuran rumah yang ditinggali satu orang. Tak bertingkat namun terdapat rooftop yang dimanfaatkan Ashley untuk relaksasi sambil menatap gemerlap bintang di malam hari.

Ashley melepas helmnya, memberikannya pada Ryan, lalu turun dari motor itu. "Nggak mampir?" tanya Ashley.

"Kamu butuh sendiri, 'kan?" Ryan tersenyum tulus dan tanpa disadarinya, Ashley pun tersenyum sekilas.

Setitik CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang