3 › Penyakit Areezka

37 12 3
                                    

Happy reading ♥♥

☜☆☞

Ashley

Aku sangat kesal ketika anak baru bernama Areezka itu menyentuh tanganku. Namun, sebenarnya aku tahu bahwa dia tidak bermaksud begitu. Aku juga tahu bahwa dia menyukaiku. Terlihat dari tingkah dan tatapannya padaku.

Temanku Ryan yang mengetahui bagaimana diriku, kini sedang akan meluapkan amarah kepada Areezka karena sikap kurang ajarnya. Tetapi aku bukan wanita lemah yang perlu dibela seperti itu.

Sebelum kepalan tangannya mengenai wajah Areezka, aku menahan pergelangan tangannya. "Ryan, udah. Ini urusan gue."

"Tapi dia kurang ajar, Leya," jawabnya tanpa menurunkan tangannya. Terlihat betul dari raut wajahnya bahwa emosinya belum mereda.

Perlahan, aku pun menurunkan tangannya. Lalu berdiri diantara dua lelaki tersebut menghadap Ryan. "Kalau lo lakuin itu buat gue, maka tolong dengerin kata gue," kataku, "stop, Ryan."

Akhirnya Ryan menuruti perkataanku, walaupun ia harus menahan amarahnya. Aku berbalik menghadap Areezka. Namun ia masih memejamkan mata. Ah, sungguh. Dia membuatku kesal.

"Buka mata lo!"

Matanya membuka, lalu menatapku kaget. Aku menarik kerah berdasinya sambil memasang ekspresi dingin dengan tatapan tajam. Dia tidak boleh meremehkanku hanya karena aku wanita.

"Gue tau lo naksir gue, tapi gue paling benci cowok kurang ajar."

Aku melepas kerahnya, ku rapihkan ikatan dasinya masih dengan menatapnya tajam, lalu berbalik untuk kembali ke kelas. Namun, Ryan menahanku.

"Kamu nggak jadi ngantin?"

"Nggak selera."

"Tapi harus makan walaupun sedikit, Leya."

"Bener kata Ryan. Makan yuk, Leya, gue yakin lo juga laper," kata Zhyne menggenggam tanganku seraya tersenyum hangat. Kurasakan emosiku mulai mereda, tetapi aku mencoba tetap pada pendirian. Aku pun menggeleng tanda tetap menolak.

"Ayo dong, Leya, lo mau makan apa? Gue traktir deh," bujuk Jane, lalu menunjuk salah satu kios makanan langganan kami, "siomay batagor nya Ceu Lastri keliatan enak banget tuh! Yakin nih lo nggak mau gue traktir sepuasnya?"

"Bener tuh! Uh, jadi pengen buru - buru," timpal Zhyne.

"Deal," jawabku. Bukan karena tergiur godaan traktiran Jane, tetapi setidaknya aku berusaha untuk menghargai usaha mereka.

☜☆☞

Areezka

Ya, gadis itu menyelamatkanku lagi. Aku sangat bersyukur akan itu. Namun, jantungku masih berdegup keras. Otot - otot ku menegang hingga aku masih membeku disini.

Hal yang baru saja terjadi begitu cepat membuatku tertampar. Ucapannya soal dia tahu aku menyukainya. Dan ucapannya yang mengatakan bahwa dirinya membenci pria kurang ajar sepertiku.

Aku tidak sengaja menyentuh tangannya, namun dia begitu marah padaku. Apakah aku sangat keterlaluan?

Aku tidak merasa kesal. Hanya saja hatiku terasa sakit atas tamparan tak langsung itu. Aku seperti, ditolak sebelum memulai.

Namun, aku tidak akan menyerah, Ashley. Aku akan menggapaimu, sampai benar - benar memilikimu.

☜☆☞

Ashley

Lonceng telah berbunyi. Kini waktunya siswa - siswi SMA Tirta Amarta untuk pulang.

Setitik CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang