Epilog

1.8K 91 2
                                    

                  🎍🎍🎍Happy_reading🎍🎍🎍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                  🎍🎍🎍Happy_reading🎍🎍🎍


















                Bergelimang harta sepertinya tidak membuat hidup seorang Min Yoongi bahagia, dua tahun lalu ia membuat kesalahan yang sangat besar hingga mengakibatkan sang adik pergi untuk selamanya. Penyesalan terus berjalan hingga detik ini, ingin rasanya dia  mengahiri hidup, tapi kalimat Jimin selalu perputar di kepalanya. "Hyung harus tetap tersenyum dan bahagia saat aku menyusul Eomma dan Appa nanti, jangan pernah bersedih karena aku"  seperti itulah kalimat yang sering sekali ia dengar dari bibir Jimin saat anak itu masuk rumah sakit, seolah-olah dirinya tahu kapan akan mati.
"Hyung..." suara seseorang terdengar di telinganya, namun ia enggan untuk menoleh. Ia juga mendengar helaan nafas lelah dari belakangnya.
"... aku pergi dul..."
"Taehyung-ah..." Ucap Yoongi.
Taehyung, remaja itu sudah satu tahun tinggal bersama Yoongi karena keinginan Yoongi sendiri, entah apa alasannya.
"Ya?" Taehyung bingung melihat Yoongi mendekatinya, lalu matanya melebar saat tiba-tiba Yoongi memeluknya erat. Selama mereka tinggal bersama Yoongi tidak pernah seperti ini sebelumnya.
"Hyung...."
"Aku belum bisa mengikhlaskan Jimin, Tae..." Taehyung bisa mendengar isakan lirih dari bibir tipis Yoongi,
"... Jimin pergi karena aku. Aku sangat egois dan jahat. Ya.. Jimin benar, aku memang jahat. Seharusnya aku bisa mengendalikan diriku sendiri..."
Tangan Taehyung mengusap punggung rapuh itu dengan pelan. Ia bingung apa yang harus di ucapkan untuk menghibur Yoongi sekarang.
".... Taehyung-ah..." Yoongi melepaskan pelukannya dan mengenggam kuat pundak teman adiknya itu. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan dengan perlahan.
"... kau mau ikut denganku?" Pertanyaan Yoongi membuat Taehyung bertanya-tanya, ia tetap diam mendengarkan kelanjutan dari perkataan Yoongi.
"...aku tau kau anak yang baik, kau membantu Jimin saat dia kesusahan, kau menemaninya saat dia kesepian, kau juga menghapus air matanya saat dia bersedih...." Yoongi diam sejenak lalu menatap mata Taehyung dalam.
"... kita akan bertemu dengan Jimin" kalimat terakhir Yoongi membuat Taehyung terkejut, ia melepaskan tangan Yoongi dan mundur beberapa langkah. Sepertinya Yoongi melupakan kalimat Jimin yang sering berputar di kepalanya.
"Apa maksudmu hyung?" Dirinya panik ketika melihat Yoongi mengambil pisau buah di atas meja dan berjalan pelan mendekatinya.
"Tidak,,,," ia menggelengkan kepalanya berharap Yoongi akan sadar dan kembali menjadi Yoongi seperti dulu lagi.
"Taehyung-ah cepat kemari, aku ingin sekali bertemu dengan Jimin..." Ucap Yoongi.
"Hyung sadarlah,,," dengan perasaan takut Taehyung mencoba untuk merebut pisau di tangan Yoongi, namun usahanya sia sia karena yoongi bisa menghindar dengan mudah.
Kilatan marah bercampur sedih terlihat jelas di wajah Yoongi, pria pucat itu mengayunkan tangannya ke depan Taehyung. Untunglah remaja itu bisa menghindar, dia memukul tangan Yoongi membuat pisau itu terlempar jauh.
"Kenapa? Kau tidak mau ikut dengan ku bertemu dengan Jimin?" Tanya Yoongi dengan nada dinginnya.
"Hyung kumohon jangan seperti ini,,," Taehyung tidak bisa lagi menahan air matanya, ia menangis melihat keadaan Yoongi yang sekarang. Kakak kandung dari Jimin itu seperti sudah tidak punya tujuan hidup lagi.
"Taehyung, ayo kita mati bersama..." Dia memeluk erat tubuh rapuh Yoongi, dan membisikan kata-kata penguat supaya Yoongi bisa bangkit kembali.
"Hyung Jimin sudah bahagia bersama Orang tua mu, bukankah Jimin memintamu untuk hidup bahagia walau tanpa dirinya?...." Jujur saja Taehyung sudah tidak bisa lagi melanjutkan kata-katanya, namun ia harus kuat untuk Jimin.
"... Jika fikiranmu terus menolak, maka hidup bahagialah untuk Jimin. Dia akan sedih saat melihatmu seperti ini..."
Taehyung menghela nafas sejenak.
"Taehyung, aku bisa hidup karena Jimin, adikku. Sekarang dia sudah pergi lalu untuk apa lagi aku hidup" Taehyung melepaskan pelukannya dan menyantuh dada Yoongi.
"Tidak, Jimin tidak pergi. Dia tetap ada di sini, Jimin hidup di dalam hatimu. Percayalah, sampai kapanpun dia tidak akan pergi"

Mereka menghabiskan waktu berdua dan saling menguatkan satu sama lain.

.
.
.

        "Sudah siap?" Tanya Yoongi pada Taehyung yang masih berdiri di depan cermin. Rencana hari ini mereka akan berkunjung ke tempat yang sudah dua tahun ini menjadi rumah bagi Jimin.
"Jangan lupa bawa bunganya,,," Teriakan Yoongi membuat senyum Taehyung merekah, ia bersyukur Yoongi sudah kembali bangkit dan bisa menerima kepergian Jimin.
Beberapa hari lalu dia sudah sah menjadi adik angkat seorang Min Yoongi, bukan untuk merebut posisi Jimin melainkan dirinya hanya menemani Yoongi dengan status yang berbeda saja.
"Lama sekali,  kau berdandan seperti wanita saja" Taehyung hanya tersenyum mendengar ocehan Yoongi.

Yoongi menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang,  ia senang hari ini ada waktu luang untung menjenguk adik manisnya...









Hidup dan mati memang berdampingan sangat dekat, kita tidak bisa mengelak kapan kita akan pergi. Tapi bukan berarti kita tidak bisa menikmati hidup di dunia yang fana ini dengan bahagia.














End
🤍🤍🤍

best brother (YoonMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang