Happy reading all
_____________________________________Nafasnya terengah-engah, jantungnya berdetak lebih cepat. Cuplikan mimpi itu terus mengelilingi kepalanya. Dia benar-benar tidak paham maksud mimpinya sendiri. Membingungkan.
"Hyung, lihatlah kelakuan par- kau kenapa hyung?" tanya seseorang yang baru saja masuk kekamarnya. Awalnya ia ingin mengadu tapi di untungkaannya.
"Jam berapa sekarang?" Bukannya menjawab malah memberi pertanyaan.
Pemilik kamar mengambil ponselnya di nakas lalu memperhatikan jam yang tertera disana. Dia bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi.
"Kau, ingin bicara apa?" tanyanya sebelum masuk ke kamar mandi. Pemuda yang menghampirinya itu hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.
"Apa para maknae sudah berangkat?" tanyanya lagi. Pemuda itu lagi-lagi mengangguk sekali. Dia tidak banyak bicara.
"Bersama Yoongi hyung," ucapnya.
"Aku akan ke sekolah mereka setelahnya akan berangkat ke kantor. Kau dirumahkan bersama Hoseok? Aku dengar kau tidak ada jadwal les."
Pemuda yang menghampiri adalah Namjoon. Entah dengan alasan apa dia menghampiri hyungnya itu. Tapi sepertinya niatnya tidak terselesaikan.
"Iya hyung, aku keluar." Namjoon melangkahkan kakinya keluar kamar. Membiarkan Hyung tertuanya bersiap untuk melakukan aktivitas melelahkan hari ini.
Seokjin. Ia yang di hampiri Namjoon pagi ini. Pemuda ini sepertinya gelisah tapi tak tau apa yang tengah ia gelisah kan.
Tentang datang ke sekolah para maknae. Seokjin sudah lama di panggil wali kelas Taehyung dan Jimin tapi, tak sempat datang karena sibuk di kantor. Jadi hari ini mungkin sedikit senggang.
~~
Setelah mematikan sambungan telpon pria setengah baya itu menatap pemuda yang sangat menyebalkan di hadapannya.
"Yakh, aktingmu payah sekali, samcheon," ledek pemuda di depannya. Pria yang disapa Samcheon olehnya itu hanya menghela nafas pelan.
"Apa harus sampai membohonginya? kau bisa jujur padanya, tae." Pemuda didepannya adalah Taehyung. Pasien nakalnya. Taehyung menghela nafas lalu menatap dokternya.
Taehyung hanya menatapnya lekat tanpa mau berbicara. Sang dokter yang mengerti hanya menutup mata dan menyenderkan tubuhnya.
Dirasa tak ada jawaban. Taehyung ingin beranjak dari tempat duduknya.
"Kau tidak sekolah, lagi?" Pertanyaan itu menghentikan pergerakan Taehyung. Dia menatap dokternya lagi. Dengan dalam.
"Pria tua ini benar-benar tidak paham juga," batinnya.
"Apa kau tidak kasihan pada Yoongi dan Seokjin yang sudah mencari uang untuk masa depanmu?" tanyanya lagi.
Kini mata Taehyung sendu. Dia tahu yang dilakukannya salah tapi tak sepenuhnya salah juga. Dia hanya ingin mereka membenci dirinya saja. Lalu melupakannya.
"Setidaknya beritahu salah satunya saja. Yoongi sudah bekerja mati-matian demi pengobatanmu dan kau malah membohonginya." lagi. Ucapnya lagi.
Taehyung menunduk. Dia menutup matanya sebentar lalu menatap sang dokter di depannya. Wajahnya sangat meyakinkan bahwa perkataanya kali ini adalah yang terbaik.
"Aku melakukan ini karena sayang pada mereka. Aku tau seberapa lelahnya mereka, kurasa dengan tidak adanya aku. Itu akan mengurangi beban mereka...,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae~
FanfictionFollow dulu sebelum baca:) "Benci aku seumur hidupmu jauh lebih baik daripada harus melihat kalian menangisi detik-detik kematian ku!" - Kim Taehyung. Senyum kotak yang selalu ia pamerkan kini tertutup rapat dengan wajah damai yang sedari tadi masi...