Happy reading all💜
Don't forget
Komen
Vote nya yaaa
**Seorang gadis sekitar berumur 10 tahun panik saat mendengar kabar temannya masuk rumah sakit. Setau nya temannya itu selalu datang untuk check up saja tidak untuk dirawat.
Putaran roda itu bergegas menuju ruangan yang di katakan suster tadi."Oppa!"
"Tidak bisakah kau memberitahuku. Aku khawatir, Oppa!" Dia meletakkan kedua tangannya di pinggang. Matanya melotot pada temannya. Dia marah.
"Maafkan aku." Temannya mencubit kedua pipi chubby nya. Dia menggemaskan saat marah. Apalagi bibirnya yang mengerucut. Seperti bebek. Sangat panjang.
"Dan kau." Gadis kecil itu dengan tidak sopan menunjuk sang Dokter. "kau juga tidak memberitahuku." Gadis kecil itu melipat kedua tangannya dan meletakkannya di depan dada.
Temannya dan sang dokter hanya menggelengkan kepala. Si kecil ini kalau sudah marah sesukanya saja. Dokter itu menendang pelan kursi roda yang di gunakan gadis itu untuk berpergian kemanapun.
Gadis kecil itu memukul lengan sang Dokter kesal. Bisa bisanya dia menendang sesuka hatinya."Kau urus gadis cerewet ini, aku keluar." Dokter itu melangkah keluar. Tapi pasien itu senang sekali memanggilnya. Dan ini sudah kedua kalinya. Pasien itu butuh jawabannya.
"Tapi," ujarnya.
"Tidak didepan kurcaci ini, Tae." Dokter itu menunjuk gadis kecil. Dia juga pasiennya. Sama dengan Tae. Iya, itu Taehyung.
"Aku hanya belum tinggi saja!" protes gadis kecil itu. Taehyung dan sang dokter tersenyum. Mereka bertiga selalu begitu jika sudah bertemu.
Saat sang dokter sudah tak terlihat lagi. Gadis itu menatap Taehyung. Taehyung berutang penjelasan padanya.~~
Seorang pemuda bertubuh pendek dengan mata bulan sabitnya sedang duduk lesu di sofa ruang tamu. Matanya terpejam tapi ia tidak tidur. Sedari tadi dia sedang menunggu adiknya. Mereka berencana ingin membeli sesuatu untuk hyungnya yang akan berulang tahun dalam waktu dekat ini.
"Ah, sudah kuduga. Si kelinci besar itu tidak bisa di percaya," gerutunya.
Sudah hampir satu setengah jam lebih dia menunggu Jungkook. Si kelinci besarnya. Jungkook mengatakan dia akan ke rumah Soobin, mengerjakan tugas bersama. Tapi, bukan Jungkook dan Soobin namanya jika sudah bertemu tidak bermain. Bahkan terkadang sampai lupa waktu.
"Sudahlah, aku pergi dengan yang lain saja." Pemuda menegakkan tubuhnya. Masih ada kekesalan diwajahnya.
"Taeh- ah, aku lupa." Dia diam. Harusnya dia pergi bersama adik seumurannya. Taehyung. Tapi dia baru ingat jika Taehyung telah di usir dengan kasar oleh Hyung tertua mereka.
Biasanya dia. Jimin. Akan pergi bersama Taehyung untuk membeli hadiah setiap saudaranya yang berulang tahun. Tapi kalau ini, tidak. Dia tidak bisa.
"Tidak. Kalau dengan hyung itu akan sangat membosankan. Belum lagi dia susah sekali diajak jika sudah bekerja atau tidurnya terganggu. Aku akan mati jika mengganggunya." Jimin menggeleng saat nama Yoongi melewati kepalanya. Pergi bersama Yoongi bukan ide yang bagus untuknya.
"Hoseok, Hyung," panggil Jimin saat Hoseok lewat tepat di depan matanya. Jimin menghampiri Hoseok dengan senyumnya. Dia memegang lengan sang Hyung. Ini adalah cara terbaik untuk membujuk orang.
Wajah Hoseok seakan bertanya 'ada apa?' pada Jimin. Jimin hanya tersenyum.
"Pergi denganku, ya? Aku ingin membeli hadiah untuk Namjoon hyung," katanya. Hoseok tampak menimbang-nimbang perkataan Jimin. Hoseok tersenyum padanya tiba-tiba. Dengan sangat tiba-tiba juga Hoseok melepaskan pegangan Jimin pada lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae~
FanfictionFollow dulu sebelum baca:) "Benci aku seumur hidupmu jauh lebih baik daripada harus melihat kalian menangisi detik-detik kematian ku!" - Kim Taehyung. Senyum kotak yang selalu ia pamerkan kini tertutup rapat dengan wajah damai yang sedari tadi masi...