Happy reading
________________________________________🌼
________________________________🌼
________________________🌼
Itu kau?
Tapi kenapa?-Jimin
___________________________________"Seberapa parah?" Pemuda itu terus memainkan jarinya tanda cemas, kepalanya tertunduk dan berbagai macam kemungkinan kemungkinan terburuk sedang berkeliling di kepalanya.
Dia memenuhi panggilan Kang ajhussi yang memintanya menemuinya kemarin. Pemuda itu mendongakkan kepalanya menatap sang Dokter penuh kecemasan, wajah Dokter itu sulit diartikan membuatnya bertambah cemas.
Kang ajhussi menatap pemuda di depannya dengan tenang, dia sadar wajah cemas pemuda itu bukan gayanya sama sekali tapi itu wajar jika menyangkut adiknya.
"Bicaralah," singkatnya lalu memalingkan wajah cemasnya itu ke lain arah.
Dokter itu menarik nafasnya lalu menghembuskannya kembali mencoba menenangkan diri.
"Semakin parah. Kerusakannya 60% dan kemungkinan selamatnya 40%." Pemuda itu menatap dokternya dengan wajah cemas yang sangat mendominasi.
"Dia terus melakukan hal hal gila untuk memicu kecepatan jantungnya, aku sudah mengatakan untuk tidak terlalu aktif tapi dia melakukan kebalikannya. Aku khawatir jika terus begini dia ak-" Dokter itu menggantungkan ucapannya membuat pemuda itu semakin penasaran.
Pemuda itu memegang pundak sang dokter dan menatapnya begitu lekat. Pemuda itu menelan paksa salivanya dan pegangannya pada pundak sang dokter semakin menguat.
"Akan apa?" Dia menekan setiap katanya, menatap sang dokter dengan kesal. Ia pikir sang dokter terlalu bertele-tele.
Kang ajhussi memalingkan wajahnya ke arah lain lalu menghembuskan nafas entah yang ke berapa kali tapi dia sama khawatirnya dengan pemuda di depannya.
Kang ajhussi kembali menatap pemuda di depannya yang masih setia memegangi kedua pundaknya. Kang ajhussi melepaskan pegangan tangan pemuda itu dan memegangnya mencoba meyakinkannya."Jantung eomma mu. Itu bisa menyelamatkannya! Kau hanya perlu menjaga kesehatannya saja." Penekanan di awal kalimat membuat pemuda itu tak bersuara.
Pemuda itu kini tengah menundukkan kepalanya. Dia mengingat semua perubahan yang dialami sang adik. Dia terus bertanya tanya 'bagaimana aku bisa menjaganya jika dia terus seperti ini?'
"Dia bahkan menutup diri sekarang. Tak pernah sarapan dan makan malam bersama, di saat kami semua sedang berkumpul dia selalu dikamarnya. Aku tau saat kami semua telah dikamar dia diam diam keluar kamarnya. Aku sungguh tak bisa mengerti dia!" Pemuda itu menjelaskan setiap perubahan adiknya.
Pemuda itu ingin sekali memeluk adiknya dan menyemangati juga tapi, dia tau ini bagian dari usaha adiknya mencoba untuk tidak memberitahu sesakit apa dirinya.Sama hal degan adiknya dia juga menutupi apa yang adiknya coba tutupi dari semua saudaranya. INI AMANAH! -pikirnya- Pemuda itu menutup matanya lalu menghela nafas berat.
"Dia makan malam bersamaku setiap hari." Pemuda itu membuka matanya dan menatap Kang ajhussi dengan tatapan aneh, Kang ajhussi hanya mengangguk pelan. Kang ajhussi mencoba mengurangi kekhawatiran.
![](https://img.wattpad.com/cover/273745177-288-k41466.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae~
FanficFollow dulu sebelum baca:) "Benci aku seumur hidupmu jauh lebih baik daripada harus melihat kalian menangisi detik-detik kematian ku!" - Kim Taehyung. Senyum kotak yang selalu ia pamerkan kini tertutup rapat dengan wajah damai yang sedari tadi masi...