Mark berjalan lebih dulu, rasanya sekarang Mark ingin cepat-cepat mengantarkan anak ini lalu kembali ke kelasnya, karena jujur saja Mark tidak pernah mendengar rumor separah ini sebelum nya, di sekolah mereka semua anak bersikap baik dan tidak pernah menimbulkan masalah yang sangat serius seperti yang anak perempuan ini lakukan.
"Kak." Panggil perempuan tersebut yang membuat Mark menghentikan langkahnyaMark menoleh kebelakang sambil menaikkan sebelah alisnya "Kenapa?"
"hm.. kaka tadi dengar alasan aku pindah kesini kan?" Mark tertegun mendengar pertanyaan nya.
"Iya maaf, tadi enggak sengaja kedengeran." Jawab Mark, perempuan itu terlihat bingung.
"Kak, aku minta tolong sama kaka jangan kasih tau siapa-siapa ya? aku mau mulai hidup baru tanpa masalah masa lalu aku disini." Mark terdiam.
Perempuan tersebut memegang tangan Mark, membuat Mark sedikit tersentak "Please kak.. aku mohon sama kaka."
"Iya, enggak bakal gue bilangin ke siapa-siapa kok." Mark tersenyum simpul.
Perempuan itu tersenyum lebar, "Makasih ya kak, makasih banget"
"Iya yaudah ayok gue anterin ke kelas lu, dikit lagi udah mau masuk soalnya" Ujar Mark.
"Siap kak"
-*-*-*-
Pagi ini langit terlihat sedikit mendung, mungkin sebentar lagi langit akan menumpahkan hujan ke si bumi padahal tadi malam hujan sudah turun dengan derasnya, hal ini membuat udara terasa sangat sejuk atau menurut Haechan ini lebih ke dingin.
Anak itu mengeratkan jaket berwarna hitam miliknya, "Gila, ini Jakarta lagi cosplay jadi bogor ya?"
"Haechan, kamu lebay banget." Celetuk Rania, yang langsung mendapat tatapan tajam dari Haechan.
"Lu enggak pernah ngerasain mandi air dingin kan, Ran? diem deh kalau enggak tau." Haechan menekuk wajahnya.
"Loh emang kamu enggak pakai air hangat mandinya?" Tanya Rania meledek.
"Diam Ran, kasta kita beda." Laki-laki itu mengalihkan pandangan nya dari Rania, sedangkan Rania asik tertawa melihat muka Haechan yang cemberut.
"Ran, udah ngerjain PR?" Tanya Jisung.
Rania menetralisirkan tawanya, "Udah Ji, PR nya cuman satu kan?" Jisung menganggukan kepalanya.
"Eh Ji, itu ada guru" Panggil Yangyang menyadarkan Jisung yang sedari tadi menghadap ke meja belakang.
Jisung langsung membenarkan duduknya, disana Bu Widya sudah menatap tajam Jisung membuat anak tersebut tertawa tidak enak "Maaf, Bu."
Bu Widya menatap buku absen yang ada di meja, "Baik, berarti hari ini yang tidak masuk hanya satu orang ya?" Guru tersebut melihat kesekeliling kelas.
"Iya Bu." Jawab mereka serempak.
Tok Tok Tok!
Semua orang menatap ke arah pintu, Mark berjalan ke dalam sana bersama anak perempuan itu, membuat seluruh murid kelas bingung dengan sosok perempuan tersebut.
Mark menyalimi Bu Widya, "Kenapa, Mark?"
"Maaf bu menganggu, saya mau mengantarkan anak baru ini bu" Mark menatap ke arah perempuan yang berdiri disamping nya.
"Oh.. ada anak baru ya, makasih ya Mark"
"Iya Bu, kalau begitu saya kembali ke kelas ya bu" Mark lalu menyalimi tangan guru tersebut, kemudian pergi keluar kelas, tapi sebelum itu ia mengepalkan tangan ke arah Jisung, Yangyang, Rania, Haechan, Jaemin dan Shotaro tanda semangat.
"Baik nak, kamu boleh perkenalkan diri kamu terlebih dahulu" Suruh Bu Widya.
"Baik, Bu" Ia menatap ke depan kelas, lalu menarik nafas untuk menetralisirkan rasa gugupnya,
"Perkenalkan nama saya Gianira Mila Arselyn, kalian bisa panggil saya Mila, saya pindahan dari sekolah SMA Cahaya Negeri 1 Bandung, salam kenal semuanya"
"Salam kenal juga" Teriak seseorang dibelakang sana.
"Okey Mila, bisa diceritakan alasan kamu pindah ke sekolah ini?" Tanya Bu Widya, Mila terdiam.
"Saya, pindah kesini karena.. karena pekerjaan ayah saya dipindah tugaskan ke Jakarta, jadi saya dan keluarga saya terpaksa harus pindah ke Jakarta" Jawabnya gugup.
"Baik, kamu bisa duduk di belakang tempat duduk Jaemin, disana" Guru itu menujuk ke arah Jaemin.Jaemin mengangkat tangan untuk membantu Mila mengenalinya, disana terdapat dua meja dan bangku yang kosong, sepertinya teman duduk Mila hari ini sedang tidak masuk sekolah.
Mila pun berjalan kearah tempat duduknya, ia menaruh tasnya kemudian mengeluarkan buku untuk memulai pelajaran.
Sedangkan didepan sana Rania yang sedari tadi mengamati Mila tiba-tiba menyenggol lengan Haechan, membuat orang itu merengut.
"Kenapa si Ran?" Ucapnya berbisik, karena guru mereka sudah memulai pembelajaran.
"Nanti jam istirahat kamu pindah ke belakang ya? aku mau duduk sama Mila" Suruh Rania.
"Dih! gak mau, meja ini kan gue yang milih waktu itu" Jawab Haechan, ia memeluk permukaan mejanya seperti tidak mau meja itu diambil oleh siapa pun.
"Ih Haechan enggak kasian apa sama si Mila duduk sendiri?" Tanya Rania tak mau kalah.
"Enggak" Jawabnya singkat.
Rania menjitak kepala laki-laki tersebut, "Enggak punya hati nurani, pokoknya nanti jam istirahat pindah" Kekeuh Rania.
"Enggak mau" Ucap Haechan masih pada pendirian nya, malah sekarang ia semakin erat memeluk meja tersebut.
"Haechan, emang apa bedanya si? sama-sama tempat duduk juga" Rania mulai emosi.
"Be-"
"Haechan, Rania, kalau kalian masih mau mengobrol silahkan keluar" Potong Bu Widya.
Rania dan Haechan langsung terdiam, "Iya, maaf bu" Ujar Haechan.
*-*-*-*
Halo kawan.. gimana nih ceritanya? boleh dong ceritain perasaan kalian pas baca cerita ini ahaha, kritik dan sarannya juga enggak apa-apa kok😉
Jangan lupa vote cerita ini, biar aku makin semangat ngelanjutinnya okeyy!! See u guys(☞゚ヮ゚)☞
KAMU SEDANG MEMBACA
Invenire Alstroemeria
Teen FictionErat dan kompak persahabatan bukan diukur dari seberapa lama kita kenal, tetapi tentang seberapa percaya kita antara satu sama lain. . . . "Harusnya kita bisa lebih percaya antar satu sama lain, tapi kenapa akhirnya malah kayak gini?"