"Ini kok ga bisa ya nadanya?" Malica sedikit berdecak kesal, di hadapan piano yang terdapat di ruang musik itu.
"Kenapa ga bisa, sih?" Malica kembali memainkan jari jemarinya, sembari melihat ke sebuah kertas yang terdapat not not angka yang sudah ia tulis. Namun, lagi-lagi nadanya serasa tak pas di telinga milik Malica.
"Ih! Ngeselin!" Malica menatap kertas di genggaman tangannya gusar.
"Kenapa?"
Suara seseorang dari belakang Malica, membuat Malica dengan cepat menoleh.
"Eh? Mahes?" Malica tersenyum tak enak, menyadari Mahesa mendengar kekesalannya. Mahesa menghampiri Malica, mengambil alih kertas di genggaman Malica.
Dengan melihat not di kertas itu, Mahesa mulai memainkan jari nya di atas piano, dengan Malica yang memperhatikannya.
"Lah? Kok?" Malica mendengar lantunan piano tersebut dengan seksama, namun tak ada yang keliru disana.
"Tadi tuh aku ga bisa terus!" Geram Malica, membuat Mahesa menaikkan alisnya bertanya.
"Lagu ini emang range nya banyak, kak." Ujar Mahesa, mengambil posisi disebelah Malica.
"Iya sih, aku baru inget!" Balas Malica menyengir.
"Kamu ga latihan sama Kak Uci?" Tanya Malica, membuat Mahesa menghentikan aksinya yang tengah memainkan piano.
"Udah tadi, kebetulan lagu yang nantinya aku bawa udah aku apal." Balas Mahesa menoleh.
"Oh gitu ya! Hufft! Aku ga tau deh bisa all out atau ngga!" Malica bergumam dengan setengah kesal disana, membuat Mahesa mengernyitkan dahinya.
"Emang nya lagu apa?" Balas Mahesa penasaran.
"If I ain't got you." Malica membalas dengan menunduk.
"Susahnya dimana?" Tanya Mahesa penasaran.
"Ih! Kamu ngeledek ya, Sa! Aku kan ga bisa kalo banyak power gitu!" Malica memaparkan kekurangannya dengan bibir yang cemberut.
"Bisa kak." Balas Mahesa singkat.
"Ngga!"
"Bisa, kak."
"Ngga, Mahesa!"
"Bisa kak."
"Ngga ih!" Malica mengalihkan pandangannya ke lain arah, membuat Mahesa menatapnya bingung harus apa.
"Ini aku bantu." Mahesa berkata, membuat Malica menoleh.
"Aku main piano nya aja." Ujar Mahesa mengambil posisi duduk di hadapan piano, dan Malica yang sudah berdiri. Tangan Mahesa pun mulai bergerak di atas piano mengiringi Malica yang bernyanyi.
"Itu bagus." Puji Mahesa setelah mendengar suara Malica yang terdengar indah, tanpa ada cacat.
"Ih! Masa, sih?" Tanya Malica seperti tak setuju dengan pujian yang Mahesa lontarkan.
"Bagus itu, kak!" Mahesa menatap Malica jengah.
"Makasih ya, Mahes!" Ucap Malica senang, kini dengan memeluk Mahesa yang diam mematung. Baru pertama ini, Mahesa merasakan getaran yang seakan timbul dari hatinya. Ia pun ikut membalas pelukan Malica, sedikit mengusap rambut panjang nan indah milik Malica.
"Mahes?" Panggil Malica dalam dekapan itu, membuat Mahesa menunduk, dengan posisi yang sama.
"Hm?" Balas Mahesa bergumam singkat.
"Hm--
"Kalo aku udah mulai ada rasa sama kamu, gimana?" Ucap Malica lirih, namun masih sangat jelas di telinga Mahesa. Mahesa membelalakkan matanya tak percaya mendengar kalimat yang baru saja Malica lontarkan. Malica melepaskan dekapannya, beralih menatap Mahesa yang kini tak tahu harus berkata apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
MALICA (On Going)
Teen FictionDia, Malica. Seperti namanya, yang berarti 'ratu'. Dengan kehidupan sempurna yang dimilikinya, membuat ia bisa dengan mudah menggapai apa yang ia inginkan. Sampai suatu hari, ia bertemu dengan Mahesa, laki-laki dingin berhati batu, yang membuat ia...