Hari ini adalah hari Sabtu, hari untuk bersantai. Malica memutuskan untuk pergi bersantai hari ini, dengan pergi ke cafe favoritnya. Sesudah bersiap dengan memakai cardigan hitam yang melapisi kaos putih, berbalut dengan rok selutut, menambah kesan feminimnya. Ia melangkahkan kakinya untuk kebawah, berpamitan pada kedua orangtuanya.
"Mau kemana, kak?" Tanya Mahalini yang tengah duduk bersebelahan dengan Nuca, menyenderkan kepalanya di pundak sang suami.
"Cafe, mi. Boleh kan?"
"Boleh kok. Boleh pa?" Tanya Mahalini pada sang suami. Nuca menepuk pelan sofa, mengisyaratkan agar putrinya duduk di sebelahnya. Malica menurut, menduduki posisi di sebelah papanya.
"Boleh kok. Sama siapa?" Nuca bertanya, mengelus pelan rambut panjang Malica.
"Sendiri aja, pa. Tapi, gatau juga. Tadi katanya Lala sama Ka Michael mau ikut gitu." Malica menjelaskan pada sang papa.
"Lala? Mekel?" Tanya Mahalini sedikit menyampingkan tubuhnya agar bisa menatap Malica yang berada di sebelah Nuca.
"Iya, mi." Malica mengangguk mengiyakan.
"Haha. Deket ya mereka?" Mahalini bertanya seakan mengetahui hubungan anak dari kedua sahabatnya itu.
"Kayaknya, mi." Jawab Malica takut-takut.
"Haha, santai kak! Mami ga bakal kasih tau ke tante Tiara kok!" Mahalini berucap menyadari perubahan raut wajah sang putri.
"Emang kenapa?" Nuca bertanya menatap Mahalini di sebelahnya.
"Ish! Kamu kaya gatau Titi sama Sam aja! Mereka gabolehin Lala deket sama cowo! Apalagi, Michael kan beda agama sama Lala." Jelas Mahalini membuat Nuca mengangguk paham.
"Kakak juga ga boleh ya." Mahalini sedikit tersenyum jahil menatap Malica.
"Ngga, mi." Balas Malica menatap kedua orangtuanya.
"Pokoknya kalo ada yang deketin kakak harus berani ketemu papa!" Nuca berucap sembari mengelus pelan rambut putrinya, lalu mendekap erat tubuh putrinya. Mahalini yang menyaksikan hal itu, hanya tersenyum atas sikap protektif Nuca.
"Iya, pa." Malica mengangguk dalam dekapan itu.
"Mau naik apa kak?" Tanya Mahalini pada putrinya yang masih memeluk papanya. Malica melepaskan pelukannya, dan menjawab pertanyaan mamanya.
"Jalan aja mi, kan deket." Balas Malica singkat.
"Hati-hati ya! Kabarin kalo ada apa-apa!" Mahalini menasihati sang putri. Malica berpamitan, menyalami kedua orangtuanya bergantian.
****
Sesudah memesan makanan kesukaannya, Malica kini tengah membaca novel yang ia bawa dari rumah, sembari mendengarkan musik dari headset di telinganya.
"Selamat pagi semua! Kali ini saya ingin membawakan sebuah lagu berjudul 'Sempurna dari Andra & The Backbone' "
"HUAAA"
"MAHESAAAA"
"BLI MAHESSSS!!!"
Suara gemuruh dari cafe itu pun membuat Malica menatap kedepan, melihat apa yang terjadi. Ia sedikit memicingkan matanya, menatap laki-laki yang tengah duduk sembari memainkan gitarnya. Ia kenal laki-laki itu. Berpikir sejenak, dan itu adalah Mahesa, teman adiknya yang beberapa waktu lalu menginap dirumahnya.
"Kau adalah darahku..
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku

KAMU SEDANG MEMBACA
MALICA (On Going)
Novela JuvenilDia, Malica. Seperti namanya, yang berarti 'ratu'. Dengan kehidupan sempurna yang dimilikinya, membuat ia bisa dengan mudah menggapai apa yang ia inginkan. Sampai suatu hari, ia bertemu dengan Mahesa, laki-laki dingin berhati batu, yang membuat ia...