Nih karena banyak yang mintaaaa😘
.
.
."Kakak bawa apa aja sih, ka? Kok kopernya berat banget, deh?" Tanya Mahalini yang sedang mencoba mengecek bawaan sang anak yang terbilang cukup membuat koper terasa berat. Malica menyengir tersenyum ke arah sang mama yang tengah berjongkok melihat isi kopernya.
"Banyak baju mi, aku ga ada baju di rumah yang di Solo." Balas Malica.
"Bawa gitar ga kamu? Katanya mau ada visit radio juga, kan?" Tanya Mahalini lagi pada sang putri. Malica menepuk pelan jidatnya yang melupakan gitarnya.
"Ye! Si kakak!"
"Tapi gitar aku senarnya ada yang rusak mi, gimana dong?" Malica bertanya menejelaskan kondisi senar gitarnya yang rusak.
"Pinjem papa atau ga adek aja, emangnya ga bisa?" Tanya Mahalini.
"Ada, cuman lebih enak pake punya aku, mi." Balas Malica.
"Coba aja tanya papa, siapa tau bisa dibenerin!" Titah Mahalini. Malica menuruti perkataan sang mama, lalu membawa gitarnya pada Nuca yang tengah duduk bersama Rizky di ruang tamu.
"Papa." Panggil Malica, membuat Nuca menoleh.
"Kenapa, cantik?" Tanya Nuca dengan lembut ke arah sang putri, menepuk sofa di sebelahnya yang kosong, memberi isyarat agar Malica duduk disampingnya.
"Pa, masa Oliv senarnya rusak, pa." Malica mengadukan senar gitarnya yang rusak pada Nuca, dengan memperlihatkan gitar pink hadiah pemberian sang papa yang Malica beri nama Oliv.
"Rusak kenapa, kak? Kok bisa?" Nuca bertanya sembari melihat senar gitar milik sang anak.
"Ga tau pah, aku tadi malem abis coba ngaransemen lagu yang aku orat-oret gitu kan yang lagu bikinan aku sama adek waktu itu, terus pas baru mau coba pasang capo nya malah copot senarnya, jadi gini deh." Malica menjelaskan.
"Gapapa kakak, nanti papa benerin, buat nanti pake punya ade atau ga pake punya papah, ya?" Nuca berusaha membujuk putrinya dengan lembut, Malica pun mengangguk.
"Emang nanti ga ada band ngiringin, kak?" Tanya Mahalini yang baru datang dengan sudah berpakaian lengkap dan rapi, membawakan tas selempang miliknya dengan dompet hitam kulit milik Nuca di tangannya.
"Kayanya sih ga ada, kalo radio emang ga pernah ada yang nyediain band ga sih mi?" Tanya Malica pada sang mama.
"Iya, mereka palingan cuma nyediain gitar atau piano, ya semacam alat musik aja paling sih, setau mami gitu sih." Mahalini membalas.
"Ya udah nanti papa atau ga adek aja yang coba ngiringin." Nuca berujar.
"Emang boleh, pah?"
"Boleh aja, kan yang penting keliatan di kamera kalo kakak yang nyanyi, papa ga usah di shoot jadinya." Balas Nuca.
"Tapi pah, mi, suara aku lagi serek tau, gimana, ya?" Malica memegangi tenggorokannya, menjelaskan apa yang kini tengah ia rasakan.
"Emang semalem abis makan apa sih, kak?" Tanya Nuca mengusap lembut rambut panjang putrinya.
"Abis minum es, pah." Balas Malica dengan jujur.
"Minum es darimana? Perasaan kakak kemaren malem ga ada pergi keluar buat beli es? Apa kiriman?" Tanya Nuca lagi, kini sedikit dengan nada interogasi.
"Iya pah kiriman."
Malica yang memang sudah ditanamkan untuk selalu berbicara dan berlaku jujur pun tak pernah bisa berbohong pada orang lain, terlebih lagi kedua orang tuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MALICA (On Going)
Teen FictionDia, Malica. Seperti namanya, yang berarti 'ratu'. Dengan kehidupan sempurna yang dimilikinya, membuat ia bisa dengan mudah menggapai apa yang ia inginkan. Sampai suatu hari, ia bertemu dengan Mahesa, laki-laki dingin berhati batu, yang membuat ia...