.
.
.Jaemin menatap kearah langit. Kemudian memejamkan mata saat merasakan terpaan angin yang menerbangkan surai hitamnya. Menikmati setiap ketenangan yang sudah lama tak ia rasakan.
Membuka mata kemudian melirik ke bawah, dimana ada aliran sungai yang cukup deras. Sepertinya jika ia melompat dari posisinya sekarang maka semua masalah hidupnya akan selesai.
Terkekeh miris menertawai dirinya sendiri yang terlihat menyedihkan. Hidupnya berantakan, keluarganya hancur, belum lagi rasa sakit baik secara fisik maupun mental yang orang-orang sekitarnya berikan padanya.
Jaemin lelah sungguh, meskipun banyak orang yang memberikan ia semangat, namun tak ada yang benar-benar peduli pada keadaanya.
Tak sadar air matanya mulai turun membasahi pipinya yang nampak tirus.
Mendongak keatas sekali lagi, Jaemin berharap Tuhan memaafkan nya atas keputusannya yang satu ini, keputusan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Menaiki pembatas jembatan dan bersiap untuk melompat sebelum seseorang menariknya kebelakang sehingga sekarang ia terjatuh di trotoar.
Plakk!!
"Apa yang kau lakukan bodoh!!" maki orang yang baru saja menamparnya itu.
Jaemin mendongak, matanya langsung bertemu tatap dengan seseorang baru saja yang menamparnya. Jaemin tahu orang ini, dia adalah Huang Renjun teman sekelasnya.
Berjongkok dihadapan Jaemin lalu menarik kerah baju pemuda itu.
"Apa kau sudah gila?! Apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan?!" teriak Renjun sambil mengguncang tubuh Jaemin tanpa memperdulikan orang disekitarnya.
Sedangkan Jaemin masih diam, pandangannya nampak kosong memandang pria mungil dihadapannya ini.
Sedetik kemudian Jaemin terkejut saat tiba-tiba Renjun memeluk tubuhnya erat dan menangis keras.
"Kenapa kau melakukan ini hiks! Kenapa?!
Apa kau tak kasihan pada orang tuamu?! Pada teman-temanmu?!"
Ucap Renjun lirih tapi terdengar tegas.
Jaemin menunduk, air matanya kembali jatuh. Orang tua? Teman-teman? Bahkan mereka saja tidak peduli.
"Bahkan mereka tak peduli padaku" lirih Jaemin yang masih bisa Renjun dengar.
"Tapi seharusnya kau tak melakukan ini! Seberat apapun masalah hidupmu kau pasti akan bisa melewatinya! Jika bukan orang tua dan teman-temanmu maka kau masih punya Tuhan yang selalu bersama mu!" menjeda kalimatnya.
"Percayalah bahwa Tuhan sudah menyiapkan saat dimana rasa sakit mu akan berakhir." Lanjut Renjun.
"Kau tidak mengerti" lirih Jaemin putus asa, bahkan suaranya terdengar bergetar.
Menegakkan badannya sebelum berkata,
"Maka buat aku mengerti! Aku memang tak tahu apa masalahmu karena itu buatlah aku tahu! Jadikan aku orang pertama yang menyediakan bahunya untuk kau bersandar! Kau pasti bisa! Kita bisa berjuang bersama-sama!" kata Renjun mantap yang diakhiri dengan senyum yang begitu tulus.
Senyum yang tak pernah Jaemin lihat dari siapapun.
Tangis Jaemin pecah. Jaemin tak pernah merasa diperhatikan seperti ini. Bahkan orang-orang terdekatnya hanya memberikan semangat tanpa memberikan bahunya juga untuk Jaemin bersandar.
Dibawanyalah tubuh mungil itu ke pelukan nya. Jaemin memeluk tubuh itu erat.
Membalas pelukan Jaemin tak kalah erat, Renjun mulai mengusap-usap bahu lebar itu guna memberikan ketenangan.
Dimulai dari sebuah pelukan yang menjadi awal dari takdir keduanya.
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELATIONSHIP || ALL×RENJUN
Novela JuvenilBerbagai kisah tentang Huang Renjun dan orang-orang yang berbeda. -BXB -Renjun × All -Renjun Bottom -Oneshoot/Twoshoot/Threeshoot Jangan sampai salah lapak^^