15.ADOLESCHENE || HYUCKREN

2.2K 169 2
                                    

.
.
.

Orang-orang bilang masa remaja adalah masa yang paling indah. Masa dimana kita masih bebas bermimpi dan berangan-angan tentang seperti apa masa depan kita nanti. Dan masa dimana kita belum berpikir jauh tentang tuntutan pekerjaan dan kerasnya kehidupan.

Padahal jika dipikir lagi, masa remaja adalah masa yang berat, dimana terkadang kita dipaksa dewasa oleh keadaan, dimana kita kehilangan jati diri kita, dan dimana ego terkadang jauh lebih penting dibanding perasaan.

Seperti Huang Renjun, masa remajanya sama saja dengan remaja pada umumnya.

Waktu itu Renjun hanyalah remaja labil, tak memiliki pendirian kuat dan selalu melakukan hal-hal ceroboh. Bahkan ia cukup buruk dalam menentukan sebuah pilihan besar.

Renjun juga bukanlah siswa populer, hanya memiliki beberapa teman dan ia juga bukanlah siswa aktif yang selalu mengikuti kegiatan-kegiatan penting.

Jika boleh jujur Renjun lelah, hidupnya terlalu monoton dan membosankan. Selalu terbesit tekad untuk berubah, namun selalu gagal, Renjun terlalu bingung untuk memulai semuanya darimana.

Hidupnya terlanjur abu-abu.

Namun itu sebelum datangnya pemuda tan bernama Lee Donghyuck di kehidupan abu-abu nya.

Sedikit demi sedikit, namun mampu mengubah abu-abu itu menjadi pelangi.

Donghyuck itu bagaikan matahari, mampu menyinari dan membangkitkan suasana bagi sekitarnya.

Donghyuck itu periang, sangat cerewet dan terkadang sangat menyebalkan.

Namun itu adalah poinnya. Segala sifat yang ada pada diri Donghyuck membuat orang-orang menyukainya.

Tak terkecuali Renjun.

Entah sejak kapan namun yang pasti Renjun menyukainya, ah tidak, lebih tepatnya mencintai Donghyuck yang saat itu berstatus sebagai sahabatnya.

Donghyuck selalu mengajarkan arti kehidupan yang sesungguhnya. Menjelaskan bahwa kita tak perlu mempedulikan ucapan orang lain.

"Kenapa kau selalu bertingkah konyol? Apa kau tidak lihat mereka menatapmu dengan tatapan aneh?" tanya Renjun jengah melihat tingkah konyol sahabatnya itu.

"Kita sering kehilangan jati diri kita karena terlalu memikirkan perkataan orang lain, padahal mereka hanya menilai tanpa benar-benar peduli. Jadi aku juga tidak akan peduli, ini adalah hidupku, jadi aku bebas menjadi seperti apa yang aku mau."

Donghyuck menyampaikannya dengan senyuman, dan itu menyadarkan Renjun bahwa selama ini ia bukannya tak bisa berubah, tapi ia terlalu takut akan pendapat orang lain. Terlalu khawatir tentang bagaimana cara orang memandangnya, padahal jika dipikir lagi ini adalah hidupnya, dimana ia bebas menjadi dirinya sendiri.

Remaja itu sangat emosional, dan ada kalanya mereka akan menjadi egois, mementingkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain.

"Terkadang kita berpikir bahwa kita akan selalu menjadi peran utama sehingga kita bersikap egois, padahal bisa saja kita hanyalah peran pembantu di kisah orang lain."

Dan sekali lagi Donghyuck menyadarkan Renjun, bahwa hidup itu bukan hanya tentang dirinya.

Ada miliyaran orang di dunia ini, dan tentu saja setiap orang memiliki kisah hidupnya masing-masing.

Ada kalanya kita akan berada dibawah, dan ada kalanya juga kita akan berada diatas.

Mengalah, ikhlas, dan merelakan.

Itu adalah tentang bagaimana kita melepaskan sesuatu sebagai konsekuensi atas apa yang kita pilih.

Dan Donghyuck mengajarkan semuanya.

Membuat pikiran kekanak-kanakkan Renjun menjadi dewasa.

Membuat Renjun tak hanya memikirkan apa yang tengah ia jalani namun juga mulai menata diri untuk bersiap menghadapi masa yang akan datang

Dan Renjun selalu mengingatnya, setiap perkataan Donghyuck, dimana ia tak boleh mementingkan egonya sendiri dan belajar menjadi dewasa hingga saat ini.

Seperti sekarang, Renjun hanya bisa tersenyum tulus meski hatinya terasa sakit.

Karena tepat didepan sana, Lee Donghyuck tengah menyematkan cincin pertunangan pada jari manis kekasihnya, Shin Ryujin.

Suara tepuk tangan terdengar berbarengan dengan cuitan godaan dari para hadirin yang mendatangi acara pertunangan sepasang kekasih ini.

Dan Renjun ikut berbahagia meski dadanya terasa sesak.

Renjun memang mencintai Donghyuck, sangat.

Mereka bahkan sudah bersama sejak remaja.

Tapi seperti yang Donghyuck katakan, kita tak bisa mementingkan ego kita sendiri.

Jika orang yang kita cintai mencintai orang lain, maka kita harus melepaskannya.

Karena cinta itu bukan hanya tentang memiliki, namun juga tentang rasa ikhlas dan merelakan.

Ya, setidaknya Renjun bersyukur karena Tuhan telah mendatangkan Donghyuck di kehidupannya, membuat masa remajanya yang semula abu-abu dan monoton menjadi lebih berwarna dan hidup.

Dan Renjun sadar, Tuhan mendatangkan Donghyuck bukan untuk menjadi pasangannya, tetapi untuk menjadi perantara Tuhan menyampaikan arti kehidupan kepadanya.














End

Gaje banget nggak sih?
Maaf deh, masih bocil soalnya hehe

Jangan lupa vote and komen<3

RELATIONSHIP || ALL×RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang