20

102 16 0
                                    

              Rasanya Ariel ingin berteriak saat ini juga karna sangat pusing dengan isi buku dan kilasan masa lalu hidupnya. Semuanya seharusnya sudah selesia, tapi kenapa malah semakin rumit?!

"Siapa si orang itu? Mukanya kaya ga asing tapi siapa?" gumam Ariel pelan, ia kembali membaca buku yang ada di pangkuannya lagi lagi ia dibuat bingung oleh kalimat yang ada di dalam situ.

Diam diam 'iblis' itu mengetahui sesuatu, tapi diam diam ada seseorang yang mengetahui keberadaanya. Tanpa 'iblis' ketahui bahwa orang itu adalah orang sekitarnya.

Iblis? Kenapa sepertinya menyeramkan sekali membawa bawa mahkluk itu?  

"Iblis? Kalau emang ini buku buat ngasih petunjuk buat gue, seharusnya iblis yang di maksud itu manusia. Kan ga mungkin hidup gue ikut campur tangan tu mahkluk serem" monolog gadis itu kepada dirinya sendiri, tiba tiba ia teringat beberapa hari yang lalu saat Rafli memanggilnya ke ruang kerja

"Atau ada sangkut pautnya sama itu album? Gue belum pernah ngeliat isinya sama sekali"

"Arielle!"

Pekik seseorang tiba tiba membuat Ariel terjengkit kaget, saat melihat disana tak jauh dari posisi duduknya ada abangnya yang menatapnya tajam tapi raut wajahnya kentara sekali bahwa ia sedang panik.

"Lo ngapain malam malam disini? Mamah papah panik nyariin lo karna ngeliat gaada di bankar" tanya Arno datar, jika sudah seperti ini Arno benar benar terlihat menyeramkan bahkan Ariel yang biasanya melawan kini hanya menunduk diam

"Gue ga bisa tidur tau" ujar Ariel pelan, Arno mendengus pelan mendengar jawaban adiknya tapi ia juga tidak bisa memarahi gadis ini

Arno memutuskan untuk menggendong koala adiknya sembari mendorong pelan tiang infus milik Ariel

"Ish turunin" pinta Ariel padahal dia sudah melingkarkan tangannya di leher kakaknya dan menaruh kepalanya di bahu Arno. Benar benar seperti anak kecil

"Diem"

Ariel mengalah ia memilih diam dan membiarkan Arno membawanya kembali ke kemar rawat, toh ia juga sudah nyaman dengan posisi ini. Eh?

'Lama banget rasanya ga gendong lo kaya gini, jangankan gendong meluk aja rasanya udah bertahun tahun lo ngehindar. Kenapa lo cepet banget besarnya? Andai aja waktu itu' batin Arno, tidak bisa di pungkiri pertumbuhan adiknya semakin lama akan semakin dewasa, sedangkan dia pernah melewati masa masa kecil adik kandungnya.

Sesampai di ruang rawat terlihat Vani yang masih panik dan Argus menenangkannya, saat mendengar suara pintu terbuka keduanya langsung menengok dan menghampiri mereka berdua.

"Asataga sayang kamu darimana aja? Tengah malem gini kamu keluar?" tanya ibunya khawatir, sedangkan sang pelaku menyengir tak berdosa

"Maaf mamah, tadi Ariel gabisa tidur jadi ke taman yang di depan buat baca buku" ujar gadis itu, membuat kedua orang tuanya bernafas lega mereka pikir Ariel kenapa kenapa

"Lain kali jangan gitu lagi Ariel, jangan buat panik tengah malem" ucap Argus yang diangguki polos oleh Ariel, Argus tersenyum tipis dan mencium kening putrinya singkat.

Arno hendak mendudukkan kembali Ariel di bankar tapi gadis itu malah menolak dan mengertakan pelukannya.

"Gini aja sampe gue tidur, kasurnya ga enak ga empuk kaya di kamar gue" pinta Ariel yang dengan senang Arno iyakan, jadilah ia seperti seorang ayah yang tengah menidurkan anaknya.

...

Sang surya sudah memunculkan kehadirannya di bumi meski masih malu malu, sinarnya memasuki satu kamar lewat celah celah horden yang masih menutupi jendela kamar tersebut, hingga tak lama pemilik kamar merasa terusik dengan cahaya tersebut dan memutuskan untuk bangun.

"Skala ayo bangun, siap siap sekolah" ujar seorang ibu membangunkan putra sulungnya

"Iya bunda" 

Lea geleng geleng melihat tingakah anaknya yang tidak pernah berubah, tidak akan bangun jika tidak di bangunkan. Bagaimanapun Skala adalah anak laki laki yang lebih dominan memanjakan diri kepada ibunya.

Skala sudah siap untuk berangkat ke sekolah tapi sebelum itu dia berniat untuk mengunjungi Ariel terlebih dahulu di rumah sakit, ia tau mungkin ini masih terlalu pagi untuk menjenguk tapi tidak apalah.

"Tumben pagi bangunnya" tanya Wijaya kepada putranya, Skala hanya mendengus mendengar pertanyaan ayahnya yang berniat menggodanya 

"Skala mau ke rumah sakit dulu sebelum ke sekolah" 

"Oh iyaa Ariel lagi sakit ya? Bunda pengen jenguk deh nanti siangan" Lea memang benar belum sempat menjenguk Ariel, karna ia dan Wijaya baru kembali tadi malam dari luar kota

"Terserah bunda, Skala pamit Assalamualaikum" 

"Waalaikumussalam"

...

Di tempat yang berbeda ada seorang pemuda yang sedang adu mulut dengan orang di telfon, terlihat sekali ia sedang kalut dengan menelfon sambil mondar mandir di balkon kamarnya.

"Rencana itu harus di lakukan segera! Saya ga mau tau, dalam jangka 3 bulan mereka sudah harus hancur" ucapnya kesal

Dia terkekeh sinis "Kau takut heh? Kau takut rencanamu terbongkar sebelum di laksanakan? Maka dari itu cepat suruh putramu lakukan rencana ini"

"Lihat saja jika kau bergerak sangat lambat ataupun gagal, maka aku sendiri yang akan turun tangan"

Tut!

Pria itu mematikan telfonnya kasar, matanya menajam memandang kedepan seolah olah sedang memantau apa yang akan terjadi di masa depan. Senyum menyeramkannya tercetak disana, menandakan bahwa dia benar benar ingin semua yang dia rencanakan cepat di laksanakan.

...

"Jadi lo pagi pagi kesini cuman buat jenguk gue?" Ariel tidak percaya dengan laki laki dihadapannya saat ini, bagaimana tidak ia terkejut ketika bangun tidur sudah melihat Skala yang sedang berbicara dengan kedua orang tuanya

Skala mengangguk membenarkan "Emangnya kenapa? Salah?" tanya Skala santai, what the-

"Ya lo gila aja pagi pagi gini udah di rumah sakit, orang dimana mana pagi otw ke sekolah lah lo ke rumah sakit"

"Gue mau jenguk lo"

Ariel pasrah, Ariel mengalah, Ariel diam dan hanya mengangguk mengiyakan ucapan Skala. Ia akan kalah berdebat dengan laki laki ini.

"Terserah lo deh"

Skala tersenyum tipis melihat tingkah Ariel, meski gadis itu terlihat judes tapi hampir semua sifat yang dia miliki sangat menggemaskan dimatanya.

"Gue pergi ke sekolah dulu, cepet sembuh lo" pamit Skala 

Pria itu menepuk pelan kepala Ariel lalu pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Ariel, sedangkan gadis itu sudah merona sendiri akibat perlakuan Skala kepadanya.

...

PART INI KAYANYA PENDEK DAN GJ BANGET :) 

Tapi insyaAllah next part bakal lebih panjang ya guys, ini diakibatkan author sedang buntu dan udah lama juga ga up :(

See you next part!


ARIELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang