1...

335 60 168
                                    

Agustus, 2019

Seorang pemuda tampan dengan seragam SMA-nya yang begitu rapi berjalan seorang diri menyusuri trotoar. Jalanan tampak ramai dan udara lumayan panas membuatnya sedikit merasa lelah. Dia baru saja pulang dari sekolah beberapa menit lalu dan memilih untuk berjalan kaki saja dari pada menaiki angkutan umum.

Selama berjalan, pemuda itu tak merasakan apapun selain rasa gerah dan keringat yang nyaris membasahi sebagian seragam yang ia kenakan. Tapi tentu dia tidak mengeluh karena dari awal, pulang sekolah berjalan kaki sudah menjadi pilihannya.

Pemuda itu bahkan tidak berhak menyalahkan Sang surya karena memang sudah menjadi tugasnya untuk menghangatkan bumi.

Selagi berjalan, pemuda bernama Mark menoleh ke segala arah. Memandangi setiap sudut kota yang bisa ia tangkap dengan ekor mata elangnya. Ah iya, dia lupa harus membuang sampah minuman botol yang ia beli di minimarket tadi lantas berjalan mendekati tong sampah terdekat. Mendapati sesuatu yang aneh, matanya memicing. Tidakkah dirinya salah lihat?

Seseorang tergeletak tak bernyawa di dalam sana. Matanya terus menelisik bersama dengan langkah kaki yang tidak berhenti. "Aku gak salah lihat, kan?" Mark bermonolog.

Ketika sampai tepat di depan seseorang yang ia curigai, tubuh Mark seolah mati kutu. Bibirnya kelu dan jantungnya seolah dipompa dua kali lebih cepat dari biasanya. Betapa dia terkejut setengah mati dengan apa yang ia lihat barusan. Betapa anak itu syok hingga kaki yang dibuat untuk berpijak seolah goyang membuatnya limbung dan terjatuh.

Dia melihat seorang pemuda berseragam yang sama sepertinya mati mengenaskan di dalam tong sampah dengan baju yang sudah robek sana-sini serta tak terkancing. Mark bergetar mencari sebuah benda yang selalu ia bawa di dalam kantung celana. Ponsel.

Sial, tangannya terlalu bergetar hingga sulit meraih benda yang ia cari.

Untuk saat ini tidak ada yang lebih penting selain menelfon polisi. Dengan tubuh yang bergetar hebat, bahkan mengetik sebuah nomor harus membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Akhirnya Mark bersyukur sambungan telepon berhasil. Sebisa mungkin dirinya berbicara walau lidahnya kaku efek dari syok. "Halo..." Pemuda itu mulai memberanikan diri.

"Baik, dengan kepolisian...ada yang bisa saya bantu?" Mark bisa mendengar jelas sahutan suara dari seberang sana.

"To... tolong, saya menemukan seorang mayat tergelatak mengenaskan di sudut trotoar."

"APA? BISA BICARA DENGAN JELAS DAN LEBIH DETAIL?"

"Sepertinya...lebih baik jika anda segera datang. Saya tidak sanggup melihatnya lebih lama lagi." Mark menutup mata saking tak kuasa.

"Baik, tetap di situ dan jangan pergi ke mana-mana. Kami akan segera ke sana."

"Akan kukirim alamatnya."

"SEGERA!!"

...

"Saya yakin itu teman saya..." Alisnya hampir menyatu. Meyakinkan petugas bahwa yang dia lihat tidak salah.

Mark yakin jasad di dalam tong sampah itu adalah temannya. Tidak, bukan teman dekat. Hanya sebatas satu sekolah itu saja. Tapi...tentu dia panik dan merinding di waktu bersamaan saat tak sengaja menemukan seseorang yang dia kenal sudah tergeletak tak bernyawa, apalagi di tempat yang tidak semestinya. Mark ketakutan.

"Ada yang mencurigakan di sekitar sini?"

Mark menggeleng. "Saya tidak tau apapun selain melihat jasad itu dan segera menelfon Anda, pak." jelas Mark. Dari air mukanya tampak sekali kalau anak itu sedang ketakutan.

The Predator || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang