33... ( end )

62 11 7
                                    

Tempat itu terasa sangat pengap. Ia merasa sesak dan ingin muntah saja ketika disatukan dengan orang-orang berbadan kekar juga berwajah sangar di dalam sel tahanan. Walau bisa dibilang mereka juga seumuran dengannya, namun Mark tidak bisa beradaptasi dengan mudah. Ia merasa jijik.

Entah di luar langit sedang cerah atau bahkan hujan, Mark tidak tahu. Yang terpenting saat ini adalah, dirinya terkurung di dalam satu tempat sempit yang sangat menyebalkan. Pemuda itu tak merubah posisinya sejak kemarin. Ia duduk sembari bersandar pada dinding dan menatap kosong dinding lain di hadapannya.

"Woy!"

Seruan dari salah satu orang—bisa dibilang itu adalah bos-nya, tidak membuat Mark merubah posisinya yang duduk tenang. Ia tak mengindahkan itu dan tetap menikmati acara rileksasinya. Kedua tangan ia lipat di depan dada, kemudian berusaha menormalkan pernapasan agar sewaktu-waktu tidak mudah emosi, karena sebenarnya ia pun tak memiliki emosi.

"Woy anak baru! Budek?!" Orang yang duduk di dekat pintu sel itu sedikit kesal. Wajahnya yang penuh dengan tindikan dan juga tato terlihat sangat menyeramkan.

"Kayaknya beneran budek, bos," pria di sebelah Si bos ikut mengompori.

"Seret aja gak sih, bos?" Yang lainnya bertanya. Pria berbadan cungkring yang berdiri di sudut ruangan itu menatap bos sedetik, setelahnya merubah pandangan ke arah Mark. Menatap bengis serta tak suka. Seolah-olah ia mengatakan 'ga sopan anjing, mati mampus lu'

"Heh anak baru, sini kaga lu?!"

Teriakan Si bos semakin kencang. Mark memutar kepalanya dengan perlahan. Kemudian menatap datar wajah pria bertato menyeramkan itu tanpa ekspresi. Karena ia tak terancam sama sekali.

"Muke lu biase aje dong!" Pria berbadan bongsor di sebelah Mark tiba-tiba menoyor. Serta perkataan yang sangat tidak sopan itu mencelos tiba-tiba di depan wajahnya.

Mark tidak takut sama sekali. Ia hanya melirik tajam ke arah pria yang menoyornya tadi dan dibalas pelototan mata mengancam.

"Apa?!" sengit seseorang itu.

"Kalian jangan mengusikku!"

Dengan suara yang tenang, namun penuh penekanan, seseorang yang berada di sekitar Mark bisa merasakan betapa kuat aura yang dikeluarkan oleh anak itu. Tatapannya yang datar namun menusuk sejenak membuat Sang bos meneguk ludah.

Bos megakkan duduknya. Ia berdeham, kemudian menatap nyalang ke arah pemuda di depannya itu. "Jangan berani tatap mataku!" Sarkas-nya. Dia benar-benar tidak suka jika ada orang yang menatap matanya dengan terang-terangan seperti itu.

BRAKKK

"TURUNKAN MATAMU!"

Mulai emosi, pria bertato itu memukul meja di sebelahnya. Ia kesal karena pemuda di depannya tak mau menurunkan pandangan bahkan setelah di perintah olehnya tadi.

Mark tetap tenang pada posisinya. Menatap datar wajah pria itu dengan tatapan meremehkan. "Cih, dasar menyedihkan."

Bughh

Tiba-tiba pria berbadan cungkring mendekat dan langsung meninju wajah Mark menggunakan tangan kurusnya hingga membuat pemuda itu limbung, nyaris tersungkur ke lantai.

Yang lainnya mendekat, menarik paksa tubuh pemuda yang nyaris gelonsoran di lantai itu. Mereka desak Mark untuk berdiri lantas membawanya ke sudut ruangan. Sementara, Mark sempat melirik bahwa Sang bos tengah duduk sambil menyaksikan. Menikmati dia yang tengah diseret oleh tiga anak buahnya.

"Berdiri yang bener!" Perintah Si cungkring. Panggil saja begitu, karena Mark bahkan tak peduli dengan nama-nama mereka.

Ada Si cungkring, bongsor, tindik, dan tentunya Si bos yang tampak paling berkuasa.

The Predator || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang