15...

65 9 23
                                    

Sebelum benar-benar menjejakkan tungkainya di atas panggung, Haechan menarik nafas perlahan. Rasa gugup kian menyeruak seolah memenuhi paru-paru yang juga membuat anak itu sedikit merasa sesak.

Walau Haechan benar-benar ahli bermain piano, tapi jika ditonton begitu banyak orang, pada akhirnya ia akan gugup juga. Manusiawi.

"Peserta kedua Lee Haechan, silahkan naik ke atas panggung."

Suara MC menggema di seluruh penjuru aula memanggil namanya. Haechan benar-benar harus naik ke atas panggung karena selain penonton menunggu, Sang bunda juga duduk di salah satu kursi ramai itu.

Tak ingin mengulur waktu, Haechan naik ke atas panggung dengan gagah. Anak itu terlihat elegan dengan setelan jas senada bewarna hitam, tak lupa dasi pita menempel di kancing teratasnya.

Kemudian anak itu duduk di kursi, tepat berhadapan dengan piano. Sebelumnya, ia memejamkan mata. Merilekskan pernapasan juga satu-persatu jari tangannya. perlahan jemari lentik itu mulai menyentuh tuts piano yang menghasilkan irama. Ia menikmati, begitu juga para penonton yang terlihat damai disana.

Haechan memainkan instrumen dari Yiruma, River flows in you. Tingkat kesulitan yang lumayan untuk ukuran anak SMP sepertinya. Namun anak itu memainkannya dengan khidmat. Gugup perlahan memudar digantikan dengan rasa damai karena alunan yang ia bawa begitu menyejukkan hati.

Beberapa menit setelahnya, saat ia menyentuh tuts terakhir pertanda berakhirnya musik, gedung aula langsung meriah karena tepuk tangan langsung menyeruak di indera pendengarnya. Haechan berdiri, kemudian membungkuk hormat pada para penonton yang ada.

Netra-nya sempat bersinggungan dengan Sang bunda. Haechan tak dapat menahan senyum ketika menatap wajah cantik wanita paruh baya itu. Sang bunda bertepuk tangan sangat gembira, ia merasa bangga. Setelah benar-benar memberi hormat untuk semuanya, Haechan mulai beranjak dari sana. Melangkah dengan perasaan yang sangat lega karena bisa menyelesaikan permainan dengan mulus tanpa salah.

"Wah...keren banget tadi," ucap salah satu gadis, ketika ia baru saja duduk di kursi peserta.

Gadis dengan nomor 4 di bagian dada sebelah kirinya tampak tersenyum bangga menatap Haechan seraya bertepuk tangan kagum. Anak laki-laki yang terbilang sangat gampang berinteraksi itu langsung membalas senyuman Sang gadis.

"Beneran?" Tanya Haechan pada akhirnya. Kemudian menempelkan bokong pada kursi yang sebelumnya juga ia duduki.

"Iya, keren banget tau!" Mengacungkan jempol ke arah Haechan, kemudian Si wanita mendekat.

Karena peserta nomor 3 sudah berdiri dan naik ke atas panggung, ia jadi punya kesempatan mengobrol lebih dengan Haechan.

"Makasih banyak,"

"Sama-sama. Ngomong-ngomong, kamu gak kesusahan waktu latihan? Lagu Yiruma kan, agak sulit?"

"Biasa aja. Mungkin karena suka, jadi...bawain lagu itu gak jadi beban sama sekali."

"Wahh Haechan hebat banget! Eh, iyakan Haechan?" Sedikit ragu gadis itu, ia bertanya seraya jari telunjuk terulur mengarah ke Si lelaki.

Haechan mengangguk. Kemudian bertanya.

"Kalau boleh tau, kamu bawain lagu apa?" Haechan sedikit berbisik, tak ingin orang lain mendengar suaranya.

"Ada deh...nanti juga kamu tau."

"Yah..." Kecewa Haechan yang otomatis membuat lengkungan bawah di bibirnya.

Si gadis tertawa di waktu yang bersamaan. Menurutnya, wajah Haechan sangat lucu. Suara anak laki-laki itu juga unik.

The Predator || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang