21...

60 13 11
                                    

Mark tengah bersiap. Malam ini seperti yang dikatakan detektif Kang, mereka akan bertemu di suatu tempat dengan catatan, jangan beri tahu siapapun. Intinya, pertemuan ini rahasia dan hanya mereka berdualah yang mengetahuinya.

Berjalan sedikit ke trotoar, tak lama Mark dapat melihat mobil sedan hitam milik Kang Daniel menepi tepat di hadapannya. Pemuda bersurai legam dengan pakaian hitam-hitam itu segera masuk dengan cepat demi menghindari tatapan orang lain.

Di dalam mobil, anak itu sedikit berdebar saat melihat Kang Daniel menyetir dengan tenang, namun memiliki aura yang sangat kuat seolah bisa menerkamnya kapan saja. Dengan keberanian yang ia punya, Mark bertanya. "Kita mau kemana, kak?"

Sejenak, Daniel menoleh kemudian menjawab dengan suara berat nan tenang. "Ikut saja."

Mark tak bisa berkata-kata lagi selain diam. Entah mengapa...ia merasa sesak tiba-tiba. Pasokan oksigen di sekitarnya seolah menipis ditarik kuat oleh aura yang Daniel pancarkan.

"Kenapa perasaanku gaenak?"

...

Sesampainya di tempat tujuan, pertama kali yang Mark lihat adalah gelap. Kemudian disusul hamparan lapangan berisi rumput ilalang yang tersebar luas. Entah untuk apa tujuan Kang Daniel membawanya kemari. Ke tempat gelap yang ia sendiri pun tak tahu daerah mana ini.

"Sini, duduk!"

Melihat ada batu besar yang cukup untuk diduduki dua orang, Daniel langsung menepi ke sana. Mengajak Mark, lantas melekatkan bokongnya pada benda keras itu.

"Ini dimana kak?" Tanya Mark polos.

"Langsung ke intinya aja ya?"

Mark tidak mengerti saat melihat tatapan aneh yang Daniel lontarkan kepadanya. Seperti tatapan tidak bersahabat. Bukan layaknya Daniel, yang biasa ia kenal.

"Intinya?"

"Malam itu, di samping gang kecil toserba. Itu kau, kan?"

"Ehmm?" Mark terlihat uring-uringan. Tiba-tiba tubuhnya berkeringat tanpa alasan. Keringat dingin?

"Sa--saya..."

"Cukup drama mu itu!" Muak Kang Daniel. Ia menaikkan satu oktaf suara kepada pemuda di depannya.

"Drama? Saya gak ngerti."

Daniel menyeringai. Terkekeh pelan, "kau gak takut sama sekali?"

"Saya gak ngerti kak Daniel ngomong apa." Mark berdiri, sedikit menjauh dengan pria yang lebih tua. Sejak tadi yang ia lihat, Daniel menyeringai dan Mark sulit mengartikan apa maksud seringaian itu.

"Cuma ada kita berdua. Ayo blak-blakkan. Kau harus mati, Mark!"

Diam mereka beberapa saat. Hening...senyap...hanya ada suara jangkrik yang sesekali terdengar. Mark mati kutu di tempatnya. Dan Daniel merasa jengkel karena itu.

Namun sedetik setelahnya, Daniel mendengar suara tawa. Entah tawa yang seperti apa, tapi Mark terlihat sangat bahagia.

"Hahaha, ternyata kau pintar juga, detektif Kang Daniel."

Bersamaan dengan itu, Mark membuang pandangannya. Tatapan polos yang biasa anak itu pasang, seolah lenyap ditelan gelapnya malam. Digantikan dengan seringaian yang tampak menjijikkan di mata Daniel.

The Predator || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang