Scene agak sensitif, yang gak terlalu suka cerita pembunuhan bisa skip aja ya...
Hawa dingin menyeruak, merambat masuk ke dalam pori-pori yang sejenak membuat lelaki itu bergidik merinding merasakan terpaannya. Bisa dibilang, ia sedang dalam mood yang tidak baik. Maka malam ini ada hasrat seolah iblis berbisik ke telinganya.
"Ayo cari mangsa bersama."
"Malam dingin ini sangat cocok untuk bersenang-senang."
Entah ia harus melakukan atau tidak, tapi, satu manusia yang tidak sengaja ia jumpai tadi di minimarket memang sedikit menyebalkan. Mark jadi berfikir untuk memangsanya. Haruskah?
Tungkainya terus melangkah. Menyusuri jalanan gelap sembari mengedarkan pandangan ke segala penjuru arah. Mark benci dengan manusia sombong. Dan perkataan anak laki-laki tadi terus berputar di kepalanya. Pilihan itu akhirnya jatuh kepada,
"Aku akan menghukumnya atas kesombongan itu."
Lelaki bersurai legam itu mempercepat langkah kakinya menuju perempetan jalan yang teramat sepi. Ia lihat seseorang yang sempat mengumpatnya tadi sedang berjalan seorang diri sembari menyesap sebatang rokok. Mark terus mengikuti langkah pria itu. Jalannya sedikit melambat saat dirasakan orang itu tengah merasa diikuti.
Ia sedikit bersembunyi pada tembok yang tak jauh berada di dekatnya. Kemudian melanjutkan perjalanan setelah mengurangi rasa kecurigaan terhadap calon korban. Ia menendang kerikil sembari bersenandung kecil. Memasukkan satu tangan ke saku celananya, terlihat seperti predator yang telah mengunci mangsa di balik tatapan datar itu.
Sementara itu, pria bersurai keriting sudah tahu bahwa dirinya tengah diikuti oleh seseorang yang sama sekali tidak ia kenal. Tak takut sama sekali, walau siulan yang terdengar samar sedikit membuatnya merinding, ia memilih langkah menuju tempat yang lebih sepi lagi.
Pria bersurai keriting itu berjalan menuju gang sepi. Gang tak berpenghuni, masuk ke dalam sana, kemudian bersembunyi pada sebuah tempat kecil. Lantas ia mengintip. Benar saja, seorang pemuda sedang mengikutinya.
Ia tidak tahu alasan pemuda itu mengikutinya karena apa. Karena penasaran, pria itu keluar dari tempat persembunyiannya. Menatap bengis ke arah pemuda bersurai legam di depannya.
"Ngapain lo ngikutin gue?"
Mark diam, tak menjawab. Ia menatap datar pria itu. Menjelajahi satu-persatu tubuh dari orang yang akan ia mangsa. Pria itu tidak terlihat lemah. Badannya lumayan kekar, wajahnya sangar, dan surai keriting bewarna coklat mendominasi.
Namum Mark tidak merasa terintimidasi dengan wajah seram itu. Di kantung jaket yang ia kenakan sudah ada cutter yang amat tajam. Siap untuk merobek bagian wajah pria itu. Kemudian keadaan tempat yang cukup mendukung membuat Mark menyeringai senang.
"Punya urusan apa lo sama gue?!"
Tak kunjung dijawab, pria itu bertanya lagi.
"Bahkan dosa sendiri tidak ingat?"
"Ha? Apa? Ngomong apa lo kaga kedengeran."
Mark melangkah mendekati pria itu. Kemudian dengan gerakan santai ia mengeluarkan benda tajam dan langsung menyayat pipi Sang lawan. Seolah tak terjadi apapun, bahkan Mark tak berekspresi setelah membuat seseorang di depannya terluka.
Pria bersurai keriting terkejut setengah mati saat dengan tiba-tiba benda tajam menyayat wajahnya. Rasa pedih langsung menjalar bersamaan dengan tetesan darah yang mulai mengucur.
"ANJING, APA-APAAN?!!"
Pria itu langsung berada di puncak emosinya. Dengan gegabah ia maju, hendak melayangkan satu pukulan ke kepala pemuda itu. Namun dengan cepat Mark mengarahkan cutter-nya tepat di depan wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Predator || Mark Lee
Mystery / Thriller🚫17++ "Kenapa kau ingin membunuhku?" "Dasar tidak tau diri! Kau mengumpat ku tadi!" ... "Mati! Mati! Mati!!" .... "Jangan pernah melukai makhluk hidup, karena itu perbuatan yang salah." "Kalau dia mengganggu?" "Tidak perlulah membalas dengan kekera...