3...

182 38 120
                                    

Selasar siang begitu menyengat seolah membakar kulit manusia yang terkena terpaan-nya. Muda-mudi itu kini telah berada di dalam sawah yang belum tertanam padi. Air kotor berwarna coklat sampai sejengkal tangan di atas tungkai mereka. Ada yang bergidik geli karena tak terbiasa, ada yang bermain lempar-lemparan lumpur, dan ada pula yang hanya duduk di pinggiran tanah sembari memperhatikan teman-temannya.

"Eww, geli bingit...!" Keluh Doyeon, merasa jijik dengan lumpur yang menenggelamkan sebagian kakinya.

"Ribet banget sih jadi cewe. Kalo geli keluar sana!" Hendery yang berdiri tak jauh dari gadis bersurai hitam kecoklatan itu mencibir.

"Lo tuh ya, nyambung....mulu kaya pipa rucika. Lama-lama gue babat juga tuh bibir." Tak terima, Si wanita menyahut sembari mendelik ke arah Hendery.

"Dua cabe-cabean lainnya mana?"

Bukan Hendery. Itu Lucas yang bertanya. Tak menatap Sang wanita karena dia masih fokus mengobok-obok lumpur. Hanya mengobok, tidak niat mencari katak.

"Siapa?" – Doyeon

"Hyewon sama Yoojung lah, lo pikir siapa lagi? cabe-cabean di kelas kan cuma kalian berempat." Sambar Hendery, yang semakin membuat Doyeon naik pitam.

Gadis itu bersiap-siap mengambil lumpur, lantas berjalan mendekat ke arah Hendery, dan meletakkan tangannya yang kotor tepat di wajah si pria.

"ANJING, APA-AP–"

"WOYY, DI SINI BANYAK KODOK!"

Teriakan Mina membuat Hendery menghentikan ucapannya. Dia langsung merinding mendengar panggilan Si gadis berponi gerbang itu.

Banyak kodok?

Dia harus keluar dari sawah ini. Tak jadi mengumpat pada Doyeon walau sudah geram dengan wanita itu, Hendery lebih memilih menyelamatkan nyawanya.

"Mark, kamu yang ambil aku yang pegangin toplesnya." Ujar Mina, lantas menyodorkan toples plastik di hadapan anak laki-laki itu.

Mark mengangguk, lantas perlahan menangkap satu kodok dengan hati-hati, lalu menaruhnya ke dalam toples seperti arahan Si gadis.

"Satu kelompok cuma butuh satu kodok, kan?" Tanya Mark menatap netra legam wanita di hadapannya, lantas menyeka lumpur di wajah Sang gadis. Yang sejenak sempat membuat Mina terenyuh saking lembutnya tatapan itu. Dia sampai tidak sadar, sentuhan tangan pada tangan Mark tadi semakin membuat wajahnya kotor.

"I--iya,"

Mengalihkan kecanggungan, Mina menoleh ke arah lain.

"DEJUN! LO NGAPAIN DUDUK AJA? SINI DONG!" Panggil gadis itu akhirnya.

Sejujurnya tak masalah jika Dejun hanya duduk di sana sambil mengamati dirinya dan juga Mark yang berusaha mencari kodok berdua. Tapi...entah kenapa Mina canggung lama-lama.

Yang dipanggil tak berkutik sedikitpun. Dia terlalu malas untuk berjalan mendekat. Sementara kelompok mereka sudah menemukan kodok dan segera mendekat ke pinggiran sawah, kelompok Lucas, Hendery, dan Doyeon masih bermain-main sejak tadi.

Bahkan saat ini Doyeon tengah mengejar kedua pria yang sepertinya benar-benar sangat ketakutan dengan hewan berwana hijau itu.

"PERGI LO JAUH-JAUH PERGIIIII." Teriak Hendery ketakutan setengah mati. Bahkan ia memanjat satu pohon yang entah apa dia pun tidak tahu demi menjauh dari Doyeon yang mengejarnya sambil memegang kodok.

"Hendery....kamu kenapa pergi dari aku? Aku maunya digendong sama kamu." Tutur Doyeon dengan suara kecil, seolah katak itu yang berbicara.

"Lucas....kamu juga kenapa jauhin aku? Aku mau digendong sama kamu juga." Lanjutnya.

The Predator || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang