13...

78 15 62
                                    

Pulang sekolah seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, mereka berkumpul di rumah Mina untuk mengerjakan tugas kelompok bahasa Inggris. Besok adalah hari dimana mereka persentasi. Langkah gontai akibat penat menerpa, membuat mereka melambat akhirnya.

"Lo berisik! Ngapain ikut, sih? Kelompok lo bukan disini!" Gerutu Doyeon kepada Hendery yang sejak tadi mengekor di belakang tubuhnya. Pria itu terus saja menanyai persoalan tidak penting, dan Doyeon sangat malas untuk menjawab.

"Lo kenapa sih? Dari kemaren jutek banget sama gue?"

Doyeon melirik tajam. "Tanya aja sama kodok!"

"Ihh, kok jahat?"

"Bodo!"

"Berantem mulu, ntar jadian, loh." Celetuk Lucas.

"Eww, amit-amit!" Sergah Doyeon.

"Haha," Dejun yang berada di samping Lucas tertawa renyah melihat reaksi gadis itu, serta wajah Hendery memelas sedih.

Selagi mereka berjalan menuju rumah Mina, Si pemilik rumah malah tidak ada dan masih berada di sekolah bersama Mark. Katanya, menunggu Mark yang masih mengerjakan piket siang.

Di kelas, tersisa keduanya. Mereka berdua menyapu lantai bersama. Sesekali Mina bertanya untuk meringankan suasana. Karena memang ruangan begitu hening, pun senyap.

"Mark, kamu gak lagi terpaksa, kan?"

Mark yang sibuk menyapu, segera menoleh menatap wanita cantik disana. Gadisnya... Begitu cantik nan ceria. "Terpaksa karena apa?" Kemudian bertanya ia.

"Aku takut kamu masih terlalu banyak pikiran dan harus maksain hafal dialog bahasa Inggris yang enggak sedikit itu." Khawatir Sang gadis.

"Gak apa-apa kok. Saya gak terlalu mikirin."

Selesai menyapu, Mina melangkahkan tungkainya mendekati pria bersurai legam. Mark juga sudah menaruh sapu di tempat semula. Ia hendak mengambil tas di bangku. Namun saat berbalik, tiba-tiba Si gadis memeluk pinggangnya spontan.

Mark tercekat di tempat yang sama dan jantungnya berdebar tanpa diperintah. "Aku percaya kamu," kata Mina, seraya mengikat kedua tangan di pinggang Sang pria.

Bagai penenang tanpa henti, pelukan hangat Sang gadis serta untaian kata biasa namun sangat berarti, membuat Mark memejamkan mata.

Ia balas pelukan hangat gadis itu dengan merengkuh tubuh mungil ke dalam dekapannya. Mengelus lembut bahu sempit Mina, merasa hangat. "Saya cinta sama kamu."

Jangan tanya bagaimana perasaan gadis yang berada di dekapan Mark saat ini. Dia nyaris tidak bernafas. Jantungnya bergemuruh tidak santai. Bagai deburan ombak menghujam bebatuan tanpa henti, seperti itulah definisi yang bisa Kang Mina jelaskan.

"Saya beruntung telah mengenal seseorang sepertimu. Seseorang yang selalu berada di sisi, walau dalam keadaan tidak baik begini," tulus Mark, kemudian mengelus damai punggung kecil itu.

Beberapa menit saling merengkuh, Mina mulai mengendurkan tautan tangan pada tubuh pria di depannya setelah menghirup aroma tubuh Mark yang selalu menjadi candu untuknya. Kemudian menatap lekat netra legam itu yang tenang bagai danau tanpa riak. Yang bisa menenggelamkan ia kapan saja. "Kamu tau, kan? Kalau aku juga beruntung kenal sama kamu," tutur Mina dengan seutas senyum hangatnya.

Mark balas tatapan itu. Tanpa sadar, tangan bebasnya ia gunakan untuk merengkuh ceruk leher Mina agar wajah mereka lebih berdekatan. Semakin mengikis jarak yang sudah sempit sejak tadi.

Tau apa yang akan pria itu lakukan, dengan sukarela Mina memejamkan mata. Hingga beberapa detik setelahnya, Mina merasakan benda kenyal nan dingin menyentuh bibirnya.

The Predator || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang