Chapter 10

241 74 171
                                    

Jina menatap pantulan dirinya dicermin besar yang berada didalam ruangan yang sudah didekor semewah mungkin. Gaun putih yang terbalut indah ditubuhnya dengan wajah yang sudah dihiasi sedemikian rupa hingga membuat kecantikannya tampak berkali kali lipat.

Jina menarik ujung bibirnya tersenyum. Ia tidak tau senyum apa yang saat ini sedang ia tampilkan apa itu senyum bahagia atau kesedihan. Sudah seminggu waktu berlalu dan kini seperti yang dikatakan appa kalau ia dan Sehun akan melangsungkan pernikahan.

Jina kembali duduk menunggu ayahnya menjemputnya. Ia tidak tau apakah ini keputusan yang tepat atau tidak karna saat ini ia benar benar bingung. Jina hanya mengikuti kata hati. Seperti jawaban yang telah ia berikan kepada Yeri sebelumnya.

"Sayang ayo, Sehun sudah menunggumu." Pria paruh baya mendekati wanita cantik yang sedang terduduk dengan senyum cerah diwajahnya. Ia melihat dengan seksama bagaimana anaknya yang terlihat sangat cantik dihari paling bahagia untuk dirinya tanpa terasa setetes air mata turun dari pelupuk matanya mengingat putri kecilnya akan menikah dan mulai membina keluarganya sendiri dengan pria yang kini akan menjadi suaminya

"Kau terlihat sangat cantik hari ini, appa bahagia sekali. Kau akhirnya menikah dan memiliki seseorang yang akan menyayangimu sama seperti appa dan eomma."

Jina tersenyum kecil membalas uluran tangan pria paruh baya itu ia mengenggam dengan erat tangan yang sudah merawat dan menyayanginya sejak kecil hingga kini "Appa jangan menangis kau membuatku sedih, terlebih wajah appa terlihat sangat menakutkan saat menangis."

Pria paruh baya itu terkekeh pelan mendengar guyonan anak semata wayangnya "Kau ini selalu saja mengejek appamu."

"Karna hanya appa yang tidak akan marah ketika aku ejek." Balasnya tersenyum indah entah kenapa berbicara dengan appanya membuat sedikit beban dihati Jina menghilang

"Yayaya appa mengerti, berhentilah bersikap kekanakan mulai sekarang, karna sebentar lagi kau akan menjadi seorang istri."

"Baiklah appa aku akan berhenti bersikap kekanakan hm?"

Pria paruh baya itu tersenyum mengangguk ia memberikan lengannya yang langsung disambut hangat oleh wanita cantik itu. Jina mengenggam erat lengan appanya. Setelah keluar dari ruang tunggu kini ia berjalan diatas altar yang sudah didekor semewah mungkin. Begitu banyak pasang mata yang kini menatapnya dengan pandangan memuja dan senyum cerah. Namun itu semua tidak berlaku untuk pria yang berdiri didepan sana. Sehun pria itu hanya menatapnya dengan pandangan dingin tidak mencerminkan raut kebahagiaan menjalani pernikahan.

Jina mencoba untuk tersenyum walaupun sangat sulit. Ia melihat dimana Yeri yang duduk dibarisan paling depan bersama Lucas dan beberapa sahabatnya yang lain.

"Aku berikan putriku yang berharga ini padamu, kuharap kau tidak akan menyakitinya. Aku mempercayaimu Sehun."

Jina terdiam saat tangannya digenggam dengan erat oleh Sehun. Pria itu membawanya mendekat kedepan dimana sang pastor berada dan kemudian berdiri dengan khidmat saat proses yang paling sakral akan dimulai.

Sehun menatap wajah wanita yang sedari tadi menunduk dengan tenang tidak bisa dipungkiri jika wanita didepannya ini terlihat sangat cantik. Terlebih gaun yang digunakan wanita itu sangat indah menampilkan lekukan tubuhnya yang menggoda.

"Kalian sudah siap?" Pertanyaan penghulu membuat Jina kini mendonggakkan wajahnya mengangguk dapat ia lihat wajah tampan Sehun yang sedang menatapnya intens buru buru Jina mengalihkan tatapan kearah lain. Sehun tersenyum tipis kemudian mengangguk membuat pastor mulai menjelaskan beberapa kewajiban pernikahan

Late Feeling Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang