Chapter 13

201 49 93
                                    

"Sehun."

Jina terdiam melihat Sehun yang kini beranjak dari duduknya mendekatinya dengan tatapan tajam itu. Ia tersentak saat Sehun mendorong tubuhnya kedinding mengukungnya.

"Bagaimana kencanmu? Apa kau bersenang senang dengan pria itu?" Tanya Sehun dingin

Jina menggigit bibirnya berusaha untuk tidak menatap mata Sehun yang dipenuhi kilatan marah. Entah kenapa melihat Sehun seperti ini membuat Jina takut.

"Kenapa diam? Apa sekarang kau mendadak bisu?"

Sehun mengangkat dagu Jina supaya wanita itu menatapnya. Ia meremas kuat bahu wanita itu membuat Jina meringis.

"Sehun lepaskan."

Sehun melepaskan bahu Jina namun sebelum itu ia kembali mendorong tubuh mungil itu jatuh keatas ranjang. Sehun menindih tubuh Jina mencium bibir Jina kasar melumatnya. Sehun meremas payudara Jina membuat wanita itu memberontak.

Jina memukul bahu Sehun kuat tapi tetap saja pria itu bahkan tidak bergeming sedikitpun dan masih menciumnya memperlakukannya seolah olah ia adalah wanita murahan.

"Kau wanita jalang, kau sekarang istriku dan berani berani kau keluar dengan pria lain saat malam pertama kita!!" Teriak Sehun sebelum melepas paksa pakaian yang dipakai Jina membuat wanita itu setengah telanjang

Jina terisak saat Sehun mulai menghisap putingnya dan meremas dadanya yang tidak tertutupi apapun. Jina memberontak mendorong wajah Sehun namun tetap saja itu tidak berhasil.

"Lepaskan aku bajingan! Aku berhak keluar dengan pria manapun karna kau juga bukan suami yang baik untukku."

Sehun tertawa sarkas ia menahan dua tangan Jina diatas kepala wanita itu menghentikan Jina yang hendak memberontak.

"Kau jalang, aku ini suamimu dan kau harus mematuhi seluruh perkataanku. Aku tidak suka melihat barangku bersama pria lain."

Jina meringis ia menatap tak suka Sehun yang dengan beraninya mengatainya jalang "Aku bukan jalang brengsek!! Lepaskan aku dan ceraikan aku malam ini juga. Aku tidak sudi hidup bersama orang yang hanya menganggapku barang."

Sehun tertawa remeh "Kau mau aku menceraikanmu eh? Itu tidak akan pernah terjadi, karna sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu."

"Kau brengsek Sehun kau brengsek." Seru Jina yang lagi dan lagi kembali terisak

Sehun terdiam melihat Jina yang kini menangis ia melepas tangan Jina menjauhkan tubuhnya melihat wanita itu yang langsung meringkuk menjauh.

"Kau bajingan! Apa kau pikir kau bisa memperlakukanku semaumu hah? Kau itu tidak mencintaiku dan tidak punya hak untuk mengatur hidupku sesukamu. Aku berhak bahagia bersama pria lain."

Sehun mengeraskan rahangnya mengepalkan tangan kuat. Ia menatap tajam Jina sebelum membanting pintu keras berlalu meninggalkan Jina sendirian.

Selepas kepergian Sehun Jina kembali terisak seorang diri, diperlakukan seperti jalang oleh Sehun sudah cukup merusak harga dirinya. Jina menangis hingga pada akhirnya ia jatuh tertidur.

...

Jina mengerjabkan matanya saat merasa sinar matahari masuk dibalik jendela kaca besar. Ia bangun dan masuk kedalam kamar mandi membersihkan tubuhnya. Setelah menghabiskan waktu tiga puluh menit Jina keluar dan mengambilkan pakaian biasa untuk ia pakai. Jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi masih awal dan ia harus menyiapkan sarapan pagi.

Jina turun menuruni tangga dan langsung berlalu menuju dapur yang dibantu arahkan oleh maid yang ada dimansion besar Sehun.

Jina mengambil alih dapur dan menyuruh maid untuk mengerjakan pekerjaan lain dan membiarkannya yang memasak sarapan pagi. Kali ini Jina memasak makanan yang biasa ibunya masak untuk sarapan.

Setelah menghabiskan waktu selama lima belas menit Jina selesai dengan masakannya dan mulai menghidangkan diatas meja makan. Ia berjalan kembali menuju kamarnya untuk mengganti baju yang lebih baik lagi karna hari ini ia berencana untuk pergi kekantor.

Namun saat membuka pintu kamarnya Jina tersentak kaget melihat Sehun yang tidur diatas ranjangnya tanpa mengenakan atasan. Jina menyernyitkan dahinya bingung dan memilih untuk membiarkan Sehun tidur disana beranjak menuju walk in closet mengambil pakaian kantor dan mulai memakainya.

"Kau mau kemana?"

Lantas Jina memekik kencang ia terkejut bukan main melihat Sehun yang berdiri melipat kedua tangannya didepan pintu. Jina dengan cepat menutupi tubuhnya dengan baju. Astaga, perlu kalian ketahui saat Jina tidak memakai apapun selain pakaian dalam.

"Kenapa kau masuk? Keluar!!"

Sehun tidak mengubris ia semakin masuk mendekati Jina yang kini memundurkan tubuhnya was was.

"Menjauhlah, apa yang akan kau lakukan."

Sehun tidak menjawab ia semakin mendekati Jina hingga wanita itu membentur dinding dan sekarang Sehun mengukungnya "Kau mau kemana?"

"Kekantor tentu saja, kenapa kau berada dikamarku sana keluar. Aku ingin memakai bajuku." Seru Jina mendorong sedikit tubuh Sehun

Sehun mengangkat sebelah alisnya dan menjauh dari tubuh Jina ia menatap tubuh Jina dari atas kebawah membuat wanita itu bergedik ngeri.

"Kenapa menatapku begitu? Sudah sana keluar."

"Tubuhmu bagus juga, kapan kau akan melaksanakan tugasmu sebagai seorang istri." Tanya Sehun tanpa melepas pandangannya

Jina melotot "Brengsek, ternyata kau sangat mesum. Keluar dari pandanganku Oh Sehun. Dan jangan pernah berharap apapun terhadap tubuhku." Teriak Jina

Sehun terkekeh mendengar teriakan Jina "Akan kuantar kau kekantor, jadi tunggu aku." Setelah mengatakan itu Sehun beranjak keluar

"Tidak perlu, aku akan naik taksi saja. Kau perlu sarapan aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Aku terburu buru tidak memiliki waktu menunggumu." Balas Jina ketus

Sehun membalikkan tubuh seringai terlihat jelas diwajah tampannya ia menatap Jina yang masih tidak bergeming ditempatnya "Tunggu aku atau kau akan tau akibat tidak mendengar perintahku."

Jina terdiam melihat Sehun yang kini beranjak ia mendengus sebal "Memangnya kau siapa menyuruhku menunggumu. Dasar pria gila!!" Teriak Jina yang entah masih bisa didengar Sehun tapi sungguh ia mau Sehun bisa mendengar teriakannya

Sedangkan disisi lain Sehun terkekeh pelan mendengar teriakan Jina. Ia tidak mengerti mengapa tiba tiba pergi kedalam kamar Jina dan menjahili wanita itu. Karna ini kali pertama Sehun melakukan itu, biasanya ia akan bersikap ketus atau bahkan tidak peduli.

Sehun sedikit tidak mengerti namun ia juga tidak mau mengambil pusing. Toh ini juga sedikit menyenangkan melihat wajah kesal Jina. Sehun berjalan menuju kamarnya dan masuk kedalam kamar mandi guna membersihkan dirinya.


Tbc.

Late Feeling Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang