Chapter 17

169 43 103
                                    

Dengan langkah tergesa Jina memasuki pekarangan mansion mewah didepannya. Ia sudah beberapa kali menginjakkan kakinya kedalam rumah ini membuatnya sudah dikenal oleh para pelayan. Namun berbeda dengan sebelumnya saat ini Jina tidak menyunggingkan senyum ramahnya seperti biasa, wajahnya yang tertekuk terlihat sangat jelas bahwa wanita itu sedang dalam mood yang buruk.

Begitu sampai didepan pintu Jina menarik nafas panjang sebelum masuk dan langsung disambut oleh pelayan yang memang sudah ada disana. Jina menarik senyumnya saat wanita paruh baya menyapanya dengan senyum ramah yang Jina kenal sebagai kepala pelayan di mansion mewah ini.

"Nona Jina, selamat datang." Sapa wanita paruh baya itu sembari membungkuk hormat

"Apa appa ada didalam?" Tanya Jina mengalihkan pandangannya kesembarang arah mencari sosok yang ingin ia temui

"Tuan sedang berada di halaman belakang nona." Balas wanita paruh baya itu sebelum kembali melanjutkan "Nona ingin bertemu dengan tuan? Kalau begitu mari nona saya akan mengantarkan anda bertemu dengan tuan." Tawar wanita paruh baya itu ramah yang disambut gelengan pelan oleh Jina

"Tidak perlu bi, saya akan menemui appa sendiri saja." Seru Jina tersenyum lembut namun masih terlihat jelas guratan resah dari mata wanita itu membuat wanita paruh baya hanya mengangguk lemah sebelum membiarkan Jina berjalan seorang diri menuju halaman belakang

Jina sudah sangat mengenal dengan jelas letak dan bagaimana bangunan mansion mewah ini. Bahkan setiap sudut ruangannya Jina sudah tidak terasa asing lagi. Mansion ini sudah bagaikan rumah kedua baginya. Jika biasanya Jina kesini dalam suasana hati yang baik maka berbeda dengan kali suasana hatinya benar benar buruk.

Melangkah sedikit keluar dari lorong panjang Jina langsung disungguhkan halaman belakang yang terlihat sangat asri dan mewah dengan berbagai macam tumbuhan yang tumbuh menghiasi. Matanya tertuju pada satu sosok yang sedari tadi ia cari. Sosok yang sedang duduk menyendiri diatas kursi taman dengan pandangan menatap kedepan dimana air pancur berada.

Melihat tubuh ringkih pria yang sudah ia anggap sebagai ayah keduanya Jina lantas tersenyum lembut. Ini benar benar senyum tulus yang ia tampilkan semenjak ia melangkahkan kaki kedalam mansion mewah ini karena sejak tadi Jina hanya memaksakan senyumnya.

"Appa, aku datang."

Suara lembut Jina membuat sosok itu dengan cepat membalikkan tubuhnya. Jina langsung tersenyum lebar saat pria paruh baya itu menatapnya dengan senang sembari merentangkan kedua tangannya. Seolah mengerti lantas Jina berlari kecil memeluk tubuh ringkih pria paruh baya itu mencari secercah kehangatan disana.

"Kau sendiri nak? Tidak bersama Sehun?"

Pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh pria paruh baya yang telah menjadi ayah mertuanya ini lantas membuat Jina menggelengkan kepala.

"Aku merindukkan appa." Ucap Jina tanpa membalas pertanyaan yang diajukan oleh pria paruh baya itu

Seolah mengerti lelaki dengan perbedaan umur yang cukup jauh hanya tersenyum kecil. Ia menepuk lembut kepala wanita yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri penuh kasih sayang.

"Appa juga merindukanmu nak." Ucapnya membawa Jina duduk ditempat yang tadi ia duduki

Jina tersenyum lembut tanpa melepas pandangannya dari wajah lelaki paruh baya yang kini sudah termakan usia dengan beberapa kerutan yang terlihat sangat jelas diwajah tampannya.

"Apa ada yang ingin kau katakan nak? Appa tau kau kesini ingin membicarakan sesuatu kepada appa." Seru pria paruh baya itu seolah tau apa yang Jina pikirkan "Apa ini mengenai masalah bulan madumu dengan Sehun." Sambung pria paruh baya yang langsung membuat Jina menunduk

Late Feeling Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang