Chapter 23

165 26 44
                                    

Jina mengerjapkan matanya beberapa kali saat sinar matahari menganggu tidurnya. Ia terbangun mendudukkan tubuhnya guna mengumpulkan nyawanya yang sebagian masih tertinggal di alam mimpi.

Kepalanya terasa sangat pusing dan ia merasa tubuhnya sedikit terhuyung begitu kakinya menginjak lantai. Tunggu dulu, Jina merasa asing dengan kamar ini. Ini tidak seperti kamarnya.

Jina tersentak begitu menyadari bahwa saat ini ia sedang tidak berada dikamarnya. Ia memekik dan langsung memeriksa pakaiannya dan langsung mendesah lega saat mendapati ia masih berpakaian lengkap seperti semalam.

Tapi bagaimana bisa ia berada dikamar asing ini, Jina ingat dengan persis semalam ia tidur dikamarnya dengan Sehun. Berbicara tentang Sehun, kemana perginya pria itu?

Jangan bilang jika saat ini ia diculik? Tapi siapa yang akan menculiknya?

Rasa takut tiba tiba naik membuat tubuh Jina mendadak bergetar ia takut sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Jina tersentak saat kenop pintu perlahan terbuka. Dengan was was Jina mengambil vas yang berada diatas nakas sebagai senjata.

Jina membulatkan matanya begitu melihat pria tinggi yang kini berdiri menatapnya heran.

"Apa yang kau lakukan?"

"S-sehun?"

Sehun, pria tinggi itu menaikkan alisnya bingung saat Jina menatapnya horor "Kau kenapa?"

"Sialan, kupikir aku telah diculik." Jina berlari menghambur memeluk tubuh Sehun dengan erat. Jina sangat takut memikirkan bahwa ia telah diculik oleh seseorang dan kini ia mendesah lega begitu melihat Sehun yang berada didepannya

Sehun semakin bingung melihat Jina yang tiba tiba memeluknya dan juga perkataan wanita itu. Maksudnya memangnya siapa yang berniat menculik Jina? Jikapun ada yang menculik wanita itu maka Sehun sendiri tidak akan tinggal diam. Terlebih ayahnya yang memang sangat menyayangi Jina pasti pria paruh baya itu tidak akan membiarkan siapapun menculik menantunya.

Namun disatu sisi Sehun senang melihat sisi lemah Jina yang seperti dulu.

"Tidak ada yang menculikmu, jadi jangan khawatir." Sehun membalas pelukan Jina mengusap punggung mungil itu lembut "Aku ada bersamamu." Bisik Sehun kemudian

Lagi Jina mengerjapkan matanya beberapa kali ia memekik saat menyadari posisinya yang sedang memeluk Sehun dan langsung mendorong tubuh pria itu menjauh.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Huh?"

"Tidak tidak tidak." Jina menggeleng heboh "Kau, kau membawaku kemana Oh Sehun? Dimana ini?"

Sehun menatap Jina lamat sebelum berdeham pelan "Keluar jika kau mau tau."

Jina mendengus dengan cepat keluar dari kamar itu dan dirinya semakin dibuat bingung melihat interior asing ruangan yang terlihat sangat mewah dipenuhi dengan berbagai macam minuman dan sofa besar serta televisi.

"Sebenarnya ini dimana sih." Gerutu Jina menaiki tangga didepannya dengan kesal

Jina melebarkan matanya melihat pemandangan didepannya. Lautan membentang luas didepan matanya, Jina mengerjapkan matanya beberapa kali guna memastikan tidak ada yang salah dengan penglihatannya.

"Bagaimana kau suka?"

Jina menoleh melihat Sehun yang kini berdiri disampingnya "Kapan kau membawaku kesini?"

"Saat kau tidur."

"Kau menyewa kapal ini?"

"Tidak, ini milikku."

Late Feeling Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang