Chapter 20

171 35 54
                                    

Jina mengerjapkan mata saat sinar matahari menganggu tidurnya. Ia menautkan alisnya bingung saat merasa berat dibagian perutnya. Ia melirik sekilas kebawah dan tangan besar kini memeluk perutnya erat.

Jina menahan nafas saat hembusan nafas lain beserta dengkuran halus yang kini menggelitik kulit lehernya.

Oh tuhan, katakan padanya jika apa yang ia pikirkan tidaklah benar. Perlahan Jina menoleh ia melebarkan mata saat mendapati Sehun yang tertidur tanpa mengenakan atasan apapun. Nafasnya semakin tercekat Jina benar benar merutuki dirinya. Dengan cepat Jina bangkit duduk.

Jina semakin dibuat frustasi saat mendapati tubuhnya hanya memakai bra hitam. Perlahan Jina menyibakkan sedikit selimut dan jantungnya semakin dibuat berdegup kencang. Sehun pria itu hanya memakai boxser dan bertelanjang dada.

Astaga jadi semalam mereka benar benar melakukan itu. Jina menepuk dahinya frustasi. Semalam bahkan ia meyempatkan diri untuk untuk minum dengan Sehun demi menghilangkan rasa canggungnya. Jina tau dirinya tidak kuat dengan alkohol dan malah dengan tidak tau dirinya ia meminum minuman sialan itu sangat banyak.

Arghhh...

Jina memekik histeris membuat Sehun dengan cepat bangkit dari tidurnya. Ia menatap khawatir Jina "Apa yang terjadi? Kau tidak apa apa?"

Bukannya menjawab Jina malah menatap nyalang Sehun yang masih memasang raut bingung dengan guratan khawatir. Tanpa aba aba ia langsung memukul tubuh Sehun dengan bantal membabi buta.

"Brengsek kau Oh Sehun! Apa yang telah kau lakukan padaku sialan!"

Sehun yang masih memahami apa yang terjadi saat ini hanya bisa meringis saat Jina memukul tubuhnya tanpa ampun.

"Sialan kau Oh Sehun, katakan padaku apa yang telah kau lakukan!"

"Hentikan Jina, aku tidak melakukan apapun padamu semalam."

"Tidak, kau berbohong. Aku tidak menyangka kalau ternyata kau sangat brengsek Oh Sehun." Jina memukul tubuh Sehun dengan cairan bening yang telah keluar dari pelupuk matanya

Sehun yang tidak tahan melihat Jina yang sudah menangis menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

"Aku tidak melakukan apapun padamu semalam."

"Lalu kenapa kita tidak memakai pakaian?"

Astaga sudah Sehun duga Jina mabuk semalam hingga tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi semalam. Memang pada awalnya mereka berdua ingin melakukan hal yang sudah sepatutnya sepasang suami istri lakukan. Tapi itu tidak jadi karna saat Jina mabuk pria itu mengacaukan segalanya.

"Kau tidak ingat apapun, kau mabuk semalam Jina dan kau mengacaukan semuanya."

Jina menatap Sehun lekat membuat pria itu menghela nafas pelan.

"Semalam kau mabuk dan kita tidak melakukan apapun. Kau muntah dan mengenai pakaianmu dan juga pakaianku makanya aku membuka seluruh pakaianmu dan hanya menyisakan pakaian dalam saja. Kau tidak meninggalkan satupun pakaianmu dikamarku. Jadi aku tidak memiliki pilihan lain." Jelas Sehun

Sejenak Jina terdiam ada sedikit perasaan lega begitu mendengar penjelasan Sehun bahwa tidak terjadi sesuatu antara mereka. Jina akui dirinya merasa sangat bodoh karna sempat terbuai dengan ajakan Sehun dan hampir melepaskan keperawanannya kepada pria itu. Tapi sepertinya tuhan masih berpihak padanya agar Jina bisa belajar untuk tidak mengambil keputusan yang gegabah yang akan membuatnya menyesal dikemudian hari.

"Aku tau kau belum siap kita bisa melakukannya lain kali. Aku akan menunggu sampai kau siap melakukannya." Bisik Sehun pada telinga Jina

Lagi Jina terdiam namun begitu menyadari posisi intim keduanya dengan cepat Jina mendorong tubuh Sehun menjauh. Jina turun dari ranjang dengan selimut yang melilit tubuhnya membuat Sehun hanya bisa menatap heran Jina.

Late Feeling Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang