CHAPTER 1: Ragu

42.6K 2.5K 318
                                    

"Penderitaan itu masih ada, dan terus ada. Setiap luka yang hilang akan tergantikan dengan luka yang lain."

-Heavenly_Mirror

***

Alda mengusap peluhnya dengan sapu tangan berwarna biru laut. Saat ini, Alda sedang berada di Cendrawasih Elementary School. Sekolah dasar berstandar internasional yang ia pilih sejak 2 tahun lalu untuk menyekolahkan Keira dan Keila. Dua gadis kecil yang terlihat mirip, dulu Alda tidak menyadarinya tapi setelah tinggal bersama hampir 2 tahun. Alda menyadari kedua gadis itu cukup mirip atau bisa dibilang sangat mirip.

Yah, kecuali wajah dan aura yang mereka berikan. Sifatnya juga sangat mempengaruhi pembawaan kedua gadis itu. Alda tanpa sadar mengingat perkataan Aletha yang aneh.

"Mungkinkah ada sesuatu yang terjadi saat kelahiran Keira dan Nic?" batin Alda.

Alda mengelengkan kepalanya, merasa itu tidak mungkin. Suara telpon berdering berhasil menganggu pikiran Alda, Alda meliriknya sebentar dan mendengus. Ia menolak panggilan itu. Lagi, suara panggilan untuk entah kesekian kalinya hari ini. Alda kesal tanpa melihat siapa si penelpon Alda mencaci maki si penelpon.

"Andrian stop ganggu aku! Berhenti menelpon aku karena itu mengesal..." Ucapan Alda terhenti saat mendengar perkataan orang yang ia kenal.

"Andrian? Ohw, jadi Alda lagi nunggu telpon Andrian? Wah bisa gila satu universitas kalau tahu status kamu yang sebenarnya." candanya.

Alda meringis tapi di dalam hatinya ia ingin mengumpat. "Sialan!" umpat Alda.

"Bisa jangan bahas soal Andrian. Malas tau nggak! Andrian makin lama makin gila, capek sendiri gue ngehadapinnya," curhat Alda.

Mendengar keluhan Alda, gadis yang Alda ajak bicara tertawa.

"Gitu-gitu suami kamu ya Al! Nggak boleh gitu, nanti dia pergi Alda nangis. Lagian bukannya karena Alda menyangka aku, itu Andrian, makanya aku bahas dia." Alda terdiam sesuatu melintas dikepalanya benar juga.

Mengingat statusnya Alda mengelengkan kepalanya dan tersenyum miris.

"Hm, kalau dia pergi mungkin gue beneran nangis." ucap Alda lirih.

"Sayangnya dia udah bener-bener pergi." lanjut Alda dalam hati.

"Ayo ke sini! Bentar lagi penggemar-penggemar kamu datang." ejeknya.

Alda berdecih, "Penggemar apaan jangan asal ucap deh. Gue lagi jemput Keira dan Keila tunggu sebentar lagi. Setelah itu gue langsung ke sana. Ternyata dua tahun waktu yang cukup untuk anak udik kayak lo berani memerintah gue."

Gadis itu tersenyum manis, "Semua manusia berubah Al. Cepet ke restoran aku ngeri kalau nggak ada kamu."

"Bawel deh nggak usah sok polos gitu! Pacar posesif lo itu mana mungkin pergi jauh dari lo! Setelah ini gue ke sana." desis Alda.

Alda memanyunkan bibirnya tahu benar hari-harinya akan berubah buruk setelah 5 tahun ke depan. Pintu gerbang terbuka terlihat Keira dan Keila yang keluar. Pandangan Alda melintas tepat ke arah Keila. Alda bingung ini hanya kenapa Keila terlihat semakin mirip dengannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dangerous My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang