"Sepertinya kau akan betah di sini," ucap Akaashi menoleh ke arah (Name).
Benar saja, mata wanita itu berbinar sejak menginjakkan kaki di Desa Ryuku Mura.
"Keiji kita bisa melukis, membuat tembikar, menenun, trus juga ada pertunjukkan budaya!!" seru (Name) ketika melihat foto-foto serta pajangan yang terpajang.
"Sudah kuduga," gumam Akaashi pelan.
"Keiji, aku mau cobain semuanya! Boleh kan? Boleh kan?" tanya (Name) memasang wajah memohon yang menjadi senjata andalannya.
Akaashi tak bisa berbuat apa-apa, istrinya pasti akan terus membujuknya hingga Akaashi mengiyakan.
Memang jiwa seni istrinya itu sudah mendarah daging.
"Iya boleh, Sayang," jawab Akaashi mengelus rambut panjang hitam (Name).
"Arigatou, Keiji!" serunya mengecup pipi Akaashi cepat.
"Sayang! Bukan Keiji!" titahnya.
"Aku maunya Keiji."
"Ish kau ini," ujar Akaashi mencubit pipi (Name).
***
Kini keduanya tengah bermain dengan tanah liat, tepatnya mereka sedang membuat mangkok kecil.
Sedari tadi (Name) sangat fokus mengerjakan tugasnya, sedangkan Akaashi nampak tidak jago dalam hal tersebut. Pria itu beberapa kali gagal, dan sudah menyerah untuk membuatnya lagi.
"Arghh, aku tidak bisa! Gagal!" ucap Akaashi pelan dengan kesal.
Akaashi memerhtikn istrinya yang nampak fokus, pria itu mengulas senyum.
"Fokus banget," gumam Akaashi.
Tangannya ia cuci dan setelahnya terulur ke arah (Name), "Ini rambutnya kemana-mana."
Akaashi menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinga (Name).
"Arigatou," ucap (Name) tanpa melihat Akaashi.
"Sayang, aku tunggu di luar ya," ucap Akaashi.
(Name) pun menoleh dan mengangguk. Akaashi berjalan keluar ruangan tersebut.
Sembari menunggu (Name), Akaashi memutuskan untuk melihat pajangan yang ada di salah satu ruangan.
Hmm, cukup menarik ternyata, batin Akaashi.
Sekitar dua puluh menit berlalu akhirnya aku memutuskan untuk membeli oleh-oleh beberapa patung shisa kecil. Shisa adalah makhluk suci yang dikenal sebagai dewa pelindung Okinawa dan penghalau makhluk jahat.
"Keiji, aku nyariin ke mana-mana," tukas (Name) yang baru saja menghampiri Akaashi di depan toko oleh-oleh.
"Aku telpon dari tadi!" (Name) memukul lengan Akaashi, mungkin karena (Name) panik tidak bisa menghubungi Akaashi.
Akaashi mengecek handphonenya.
"Gomen, aku tidak menyadarinya, Sayang," tutur Akaashi.
Namun, Pria itu melihat raut wajah (Name) yang masih khawatir, Tangannya terulur mengelus rambut istrinya itu.
"Gomen gomen, jangan marah dong. Udah selesai buat mangkok tanah liatnya?"
(Name) berdecak pelan, "Udah. Nanti sore baru bisa diambilnya. Kau beli apa?"
"Ah ini, aku beli beberapa patung shisa kecil."
(Name) melongo ke dalam kantung belanja dan mengangguk.
"Warna-warni, lucu. Aku mau satu."
"Iya, Nanti buat kita satu, nanti taro di dekat pintu masuk rumah kita ya."
"Oke."
Sambil bergandengan tangan, Akaashi dan (Name) berjalan kembali ke dalam.
"Habis ini mau apa?"
"Ah itu, nanti ada parade seperti seni pertunjukan tradisional khas sini. Aku mau liat."
"Yaudah, aku ikut aja."
"Kau mau ikut nonton?"
"Iya."
"Kukira kau tidak mau karena bosan."
"Enggak, Sayang. Aku temenin."
"Tumben."
Akaashi hanya tersenyum sambil mengelus rambut hitam panjang (Name).
***
See you next chapter!
#skrind🦊
Cr foto : japantrips.com
KAMU SEDANG MEMBACA
Become His Wife? | Akaashi Keiji X Reader
Fanfic(Full name) kini sudah memiliki marga baru? Ini bukan mimpi, kan? -Akaashi Keiji x Reader- Complete : 25 September 2021