Dia memang jahat. Bisa-bisanya aku jadi jatuh cinta padanya. Waktu dia bilang menyesal telah menyukaiku, aku terkejut. Hanya terkejut, tidak menyesalinya.
Tapi, sekarang ... mengapa aku sakit hati ya?
Harusnya aku percaya padanya kalau omongan dia benar. Aku dulu hanya memandangnya dari luar saja. Menghakiminya begitu saja.
Aku tersenyum kecil ketika melihat ada beberapa teman yang berada di sampingnya berfoto bersama dengan baju toganya.
Aku memberanikan diri menyapanya.
"Hai, (Name)," sapaku.
Sial, suaraku mengapa terdengar aneh. Tapi dia tersenyum.
"Ada apa?"
"Selamat atas kelulusanmu."
Akaashi bodoh! Apa yang kau bicarakan!
"Lo juga, hahaha."
"Hmm, iya. Oh ya, setelah ini kau akan kuliah/kerja?"
Dia nampak berpikir, "Sepertinya kuliah."
"Mau ambil jurusan apa?"
"Hmm, mungkin seni."
"Ohh jurusan yang bagus."
"Hahaha. Iya."
Canggung sekali Ya Tuhan.
"Akaashi, gue bareng teman gue ya. Bye!" ujarnya melambaikan tangan.
Sepertinya dia sudah membuang perasaannya padaku. Aku menghela napas panjang, yahh memang seharusnya bukan? Waktu itu aku memang pengecut. Malah membiarkan rumor tidak benar tentangnya.
***
Setelah pulang kuliah aku pergi minum dengan teman sekelas di salah satu kedai dekat kampus.
Di semester lima atau tahun ke tiga ini memang lagi banyak tugas, kami memutuskan untuk pergi ke kedai setelah jam kuliah.
"Hei sudahlah minumnya, Fendry. Kau sudah mabuk!" tukas Vinil kesal melihat tingkah Fendry.
Aku yang masih belum mabuk, memutuskan untuk pergi keluar toko dan merokok.
Ahh cukup tenang.
Tak lama kulihat beberapa gerombolan wanita masuk ke dalam kedai. Setelahnya aku terkejut.
Ini bukan mimpi kan?
Wanita itu mematung di tempat, begitu juga denganku yang tanpa sadar menjatuhkan rokok di tangan.
"Kau, Akaashi?" ucapnya ragu.
Suaranya sedikit berubah dewasa.
"(Name)?"
Dia nampak menutup mulutnya, terkejut.
"Kita di kampus yang sama?" tanyaku ketika melihat almamater yang tersampir di tangannya.
"Kau juga berkuliah di sini?"
Aku mengangguk.
"Jurusan?"
"DKV. Kau?"
"Seni rupa."
"Ternyata selama 2 tahun kita satu kampus hahaha."
"Iya ya, aneh kita gak pernah ketemu," ucapnya.
Tunggu, dia berubah. Dia nampak tidak sebar-bar dulu. Aku bisa tahu dari caranya berpakaian, dia menggunakan dress selutut yang cukup ... imut.
"Aaa. Mau minum bareng?" tanyaku.
Dia nampak kaget. Ya ampun aku takut dia salah paham.
"Ah maksudku bukan hal aneh, hanya minum saja kok," ucapku cepat.
"Aah, maaf, aku akan minum dengan teman sejurusanku."
Aku mengangguk pelan. Ah iya, ada yang ingin kutanyakan padanya.
"(Name)-san. Boleh aku meminta nomormu?"
Dia terdiam sejenak.
"Untuk apa?"
"Tentu saja untuk dihubungi."
"Untuk?"
"Siapa tau kau butuh teman curhat."
Dia mengangkat alisnya sebelah. Akaashi bodoh!
"Ahh, pasti kau ada teman curhat lain. Hahaha. Yasudah, kalau gi-"
Baru saja aku ingin beranjak pergi, dia menghentikanku.
"Mau tidak?"
"Tentu saja!"
Aku dengan celat mengeluarkan handphone.
"Arigatou, (Name)-san."
"Sama-sama."
Dia tersenyum, entah mengapa ada rasa hangat di dasar hatiku.
***
See you next chapter!
#skrind🦊
KAMU SEDANG MEMBACA
Become His Wife? | Akaashi Keiji X Reader
Fiksi Penggemar(Full name) kini sudah memiliki marga baru? Ini bukan mimpi, kan? -Akaashi Keiji x Reader- Complete : 25 September 2021