Sore itu (Name) sedang merawat Akaashi yang terkena demam dari pagi. Perubahan cuaca yang cukup ekstrim Membuat Akaashi mudah terkena demam. Pria itu terbaring lemas di kasurnya. Sedangkan (Name) cukup kerepotan dengan Sachio yang juga tidak mau ditinggal olehnya.
"Mama, temenin Chio main."
"Sebentar ya Chio, mama mau nemenin ayah dulu. Ayah kan lagi sakit."
Sachio Nampak cemberut, "Yahhh Chio main sendiri dong."
"Maaf ya, Sayang. Nanti mama temenin ya."
(Name) mengecup pipi Sachio sebelum dia pergi ke kamar dengan membawa semangkuk bubur untuk Akaashi.
"Sayang," panggil (Name).
Akaashi yang belum tertidur, menoleh. (Name) duduk di samping Akaashi, Tangannya terulur menyentuh dahi suaminya. Panasnya belum turun.
"Duduk yuk, makan dulu."
Akaashi pun menurut. Baju yang dipakainya sudah sedikit basah akibat keringat yang terus keluar.
"Pusing ya?"
Akaashi mengangguk pelan. Setelah Akaashi duduk dengan sempurna, (Name) menyuapinya dengan sabar.
"Enak?"
Akaashi mengangguk, "Chio main?"
"Iya, tadi minta ditemenin, paling dia habis ini mau tidur, dia gak tidur siang tadi."
Akaashi melihat (Name) yang dengan sabar menyuapinya. Dia tau kalau Sachio sedari tadi meminta ditemani oleh (Name).
"Sayang, aku bisa sendiri, kau temenin Chio main aja."
(Name) nampak terkejut, "Beneran nih?"
"Iya, kasihan Chio sendirian mainnya, pasti kesepian."
"Kau gak apa?"
"Iya, sini."
Akaashi mengambil mangkuk dari tangan (Name).
"Yasudah. Aku nemenin Chio dulu ya."
Akhirnya (Name) menemani Sachio yang bermain di ruang tamu, dan ternyata anak itu mengantuk. Akhirnya (Name) membawa Sachio ke kamarnya dan menemaninya hingga Sachio tertidur.
Sekitar pukul 18.15, (Name) keluar dari kamar Sachio. Dia pun langsung pergi mengecek keadaan suaminya. Ternyata pria itu tengah tertidur, dia melihat mangkuk dan gelas yang sudah kosong di atas meja.
Setelah dia membereskan semuanya, (Name) berbaring di atas kasurnya. Sungguh hari yang melelahkan. Dia menoleh ke samping, menatap Akaashi yang masih tertidur.
(Name) menghela napas panjang, "Semoga kau cepat sembuh."
"Ngantuk banget," gumam (Name).
Wanita itu meraih tangan Akaashi dan menggenggamnya.
"Sayang."
Suara itu menyadarkan (Name) dan membuka matanya kembali.
"Kau bangun? Maaf ya aku membuatmu terbangun," ucap (Name) pada Akaashi yang terbangun.
"Aku sudah merasa baikan."
"Syukurlah."
Akaashi melihat wajah (Name) yang mengantuk itu tertawa kecil.
"Kau ngantuk ya?" tanya Akaashi mengelus tangan (Name).
(Name) mengangguk dengan mata yang sudah terpejam.
"Tidur gih. Gantian, aku yang jagain kau."
Akaashi memberi jarak antara mereka, tentu saja dia tidak ingin (Name) ikut tertular olehnya.
"Arigatou," ucap Akaashi pada (Name) yang sudah tertidur.
"Kau wanita yang hebat, Sayang. I love you."
"I love you," bisiknya lagi.
"I love ... you a lot."
Akaashi tertawa kecil. Tubuhnya bergerak untuk mencium dahi (Name) sebentar.
Cupp
"Ciuman di dahi tidak akan menularkan sakitku kan?" gumamnya pelan pada diri sendiri.
***
✨Tamat✨
#skrind🦊
KAMU SEDANG MEMBACA
Become His Wife? | Akaashi Keiji X Reader
Fiksi Penggemar(Full name) kini sudah memiliki marga baru? Ini bukan mimpi, kan? -Akaashi Keiji x Reader- Complete : 25 September 2021