Jaemin pikir dengan memberitahu Doyoung di mana keberadaan Milenka adalah keputusan yang tepat. Namun, sedikit ia sesali ketika melihat Milenka dimarahi habis-habisan oleh kakak pertamanya.
"Gue sama Doyoung susah payah ambil elo dari ayah! Kalo kena masalah gini terus lo bakal dibawa ayah lagi, mau?!" seru Kai. "Mau lo, Milenka?!" ulangnya saat tak mendapati jawaban.
Kini mereka berada disekitar gang perumahan yang sepi—sebenarnya karena sedang maghrib—di mana keadaan benar-benar sunyi dan pas sekali untuk Kai meluapkan emosi.
"Bang, udah jangan dimarahin," mohon Doyoung sembari merengkuh Milenka yang gemetar ketakutan. Rasa-rasanya Doyoung ingin menangis melihat adik badung yang selama ini ia jaga dimarahi. Begitulah Doyoung, sikap galaknya terhadap Milenka semata-mata agar orang lain tidak memarahi adiknya duluan. Dan Kai, merupakan orang yang paling Doyoung tidak mau sampai emosi pada adik mereka, karena tiap kata yang keluar dari bibir Kai akan sangat menyakiti hati.
"Nggak usah dibelain! Nih anak makin gede makin nggak tau diri!" sungut Kai. Biar bagaimanapun dia juga tidak ingin kehilangan Milenka, tapi Milenka malah tampak abai terhadap kakak-kakaknya.
"Bang ... tolong." Doyoung bisa merasakan gerakan bahu Milenka didekapannya yang kian bergetar. Tidak lama setelah itu, isakan tangis lolos. Demi Tuhan, adiknya yang bahkan tidak sudi meneteskan air mata sedikitpun saat mendengar kabar ayah mereka menikah lagi, sekarang tengah sesegukan.
Renjun serta Jaemin yang masih disana menatap iba. Kali pertama keduanya melihat sisi lemah seorang Milenka. Ingin ikut campur, tapi sadar bukan siapa-siapa. Jaemin tak menyangkal, ada perasaan sesak ketika mendengar isakan tangis Milenka.
"Kita nggak seharusnya disini." Renjun berujar seraya mengajak Jaemin menjauh, dia paham kalau kakak-beradik itu membutuhkan privasi agar masalah mereka cepat selesai.
Mengangguk sungkan, Jaemin ikut melangkah meski sesungguhnya enggan meninggalkan Milenka, terlebih bersama kakak pertamanya yang kelihatan masih sangat kesal.
"Dek, nggak usah nangis," ucap Doyoung berusaha menenangkan sambil sesekali menyeka sudut matanya sendiri yang berair.
Kai menghela napas panjang, jujur saja dia merasa heran karena tak seperti biasanya Milenka mudah menangis begini, sampai sesegukan pula. Sangat tidak mencerminkan Milenka.
"Bang," panggil Milenka pelan. Melepas rengkuhan Doyoung, gadis itu mendongak dan bertanya, "Kak Jaemin udah pergi?"
"Iya." angguk Doyoung menatap sedih wajah sembab sang adik.
"Dia pasti terngiang-ngiang karna tadi ngeliat gue nangis, terus bakal mikirin cara buat ngehibur gue." Milenka mengusap kasar air mata buaya yang tersisa dipipi seraya mengulas senyum penuh kemenangan. Sementara kedua abangnya melongo, syok berat hingga nyaris pingsan.
Doyoung mendadak menyesal, sudah ia korbankan satu-dua tetes air mata saat Milenka terisak, tapi ternyata adiknya cuma akting nangis supaya di notice gebetan.
"TANGKEP SETAN LAKNAT ITU, DOYOUNG!" teriak Kai ketika Milenka dengan kecepatan petir, kilat, gledek beserta antek-anteknya yang lain berlari sekuat tenaga.
Degup jantung Kai dan Doyoung berdetak hebat, apalagi saat adik sintingnya menengok sebentar untuk melempar senyuman psikopat yang membuat mereka merinding.
"BERENTI, SETAN!" Doyoung berteriak frustasi melihat Milenka sudah hampir mencapai pagar rumah mereka.
"BACOT! LO ABANGNYA SETAN!" balas Milenka, mengangkat tangan mengacungkan jari tengah meledek kakak-kakaknya yang mengejar dibelakang. Sudah Milenka teguhkan dalam hati untuk memberi pelajaran berharga pada kedua kakaknya, yakni; mengunci pintu dan menelantarkan mereka diluar rumah. Milenka tahu caranya ini memang amat mulia, jadi silakan saja kalau mau mencoba.
•••
Bang Doy
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Tikung || Njm VS Hrj
Fanfiction"Buset, Kak Jaemin makin lama makin cakep deh!" "Pacarnya aja cantik." Kretek-kretek. Definisi patah hati sebelum berjuang. [Chatting singkat, secret admirer, cinderella.] Part pendek dan diawal kebanyakan berisi chatting, Hrj baru mulai ambil bagia...