-15-

358 125 25
                                    

"Bener, Njun?" Suara Mark mengalihkan atensi Jaemin dari ponsel pada kedua sohibnya.

"Apa yang bener? Ngomong itu diselesain dulu baru nanya, bego amat sih. Otak lo pindah ke kaki?" cibir Renjun tajam seperti biasa.

Mark menggerutu pelan, sementara Jaemin tertawa saja. "Lo, katanya kemaren ngasih minuman ke Milenium, bener?"

"Milenka," ralat Renjun. Tidak menggubris Mark, dia tetap fokus menata tumpukan kertas diatas meja.

"Jangan-jangan lo naksir Kim Nara?" Jaemin ikut bertanya penasaran. Jadi, gosip yang beredar tentang Renjun si manusia batu mendekati salah satu siswi itu benar?

"Kalo iya kenapa? Kalo nggak juga kenapa?" Huang Renjun dengan segala macam sikap tidak peduli serta cuek setengah mati begini menyukai seseorang? It's okay, besok hujan meteor, pikir Jaemin dan Mark nyaris bersamaan.

"Serius, njing. Lo digosipin anak satu sekolah tau nggak!"

"Kok lo ngegas, Mark?" komentar Jaemin dengan tawa. Mark menghela napas panjang, habis bagaimana lagi, Renjun ini selalu susah ditebak.

"Gue gak punya waktu buat main cinta-cintaan," kata Renjun. Menghentikan gerakan tangan yang telaten merapikan berkas sekolah, mata rubahnya kini balas memandang Mark serta Jaemin yang menyimak dengan serius. "Kemaren gue ngerasa keterlaluan sehabis marahin Milenka."

Dua orang terdekatnya ber-oh ria. Hilang sudah rasa ingin tahu mereka. Lagipula apa yang diharapkan dari Renjun? Ketua osis yang belum lama ini dilantik tersebut lebih menyukai buku dibanding manusia sungguhan.

"Kirain lo suka sama Milenium," sahut Mark.

Renjun melirik tak terima. "Nama dia Milenka!" protesnya membetulkan.

"Iya deh iya." Mark mengalah, tidak mau berdebat lama-lama dengan Renjun yang hobi sekali mengoreksi kesalahan orang lain.

"Nana!" Di depan kelas Ryujin memanggil. Dengan senyum lebar Jaemin melangkah keluar.

"Iya, sayang," sahut Jaemin. Sampai dihadapan Ryujin dia bertanya, "Kenapa? Tumben ke kelasku."

"Ah, cuma mau bilang entar pulang sekolah kamu balik duluan aja. Aku mau jenguk mamahnya Kak Jungwoo, beliau sakit." Senyuman manis Jaemin pudar seiring ucapan yang dilontarkan Ryujin dengan santai.

"Aku anter."

"Nggak usah, aku gak enak sama mamahnya Kak Jungwoo."

"Kenapa? Aku gak bakal ganggu."

"Aku bilang nggak usah ya gak usah, mamah taunya aku sama Kak Jungwoo masih pacaran. Kalo ada kamu nanti malah canggung."

Seberusaha keras apapun Jaemin mengulas senyum disaat kecewa, Ryujin selalu punya cara untuk mematahkan hatinya.

"Ryujin ... sebenernya selama ini gue bingung, harus bertahan tanpa lo jadiin prioritas, atau pergi dengan perasaan yang seutuhnya sayang sama lo," lirih Jaemin getir. "Maaf gue terlalu berharap, meski dari awal gue tau kalo cuma jadi pelarian."

Perkataan Jaemin seperti tamparan telak untuk Ryujin. Terlebih ketika dia melihat pemuda yang sudah lama mengejar cintanya berbalik menjauh—entah ke mana—padahal sebentar lagi bel masuk berdering.

"Lo mau bengong gitu aja, Kak? Denger ya, sesabar apapun seseorang, kalo nggak dihargai ya bakalan pergi. Jangan mentang-mentang lo dicintai terus lo bersikap sesuka hati, manusia punya batas dan harga diri masing-masing." Milenka yang sejak tadi berdiri disudut lorong sembari menguping mendekati Ryujin. "Kalo sekarang lo nggak ngejer Kak Jaemin, lo bakal selangkah kehilangan orang setulus dia."

Bola mata cantik Ryujin berkaca-kaca. Kemudian mengangguk mengikuti ucapan Milenka mengejar Jaemin sebelum kekasihnya benar-benar lepas. Dalam hati Ryujin mengutuk sikapnya yang tidak memikirkan perasaan Jaemin.

Milenka membuang napas kasar. Bukankah tadi adalah kesempatan emas untuk merebut Jaemin dari Ryujin? Lantas mengapa dia malah menjadi orang yang membuat Ryujin menyadari pentingnya Jaemin bagi gadis itu? Ah, mungkin karena Milenka tahu kalau Jaemin tidak akan pernah memilihnya.

"Sekarang ... gue yang seribu langkah ngejauh dari Kak Jaemin."

•••

[END] Tikung || Njm VS HrjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang