BAB 18 - Malam bersamamu 🔞

1.8K 187 51
                                    

====27 VS 17 ====





Setelah dinyatakan cukup sehat, Xiao Zhan diperbolehkan pulang dengan catatan kontrol dan terapi dua kali seminggu.

Pemuda kelinci itu cukup syok ketika ia dibawa ke apartemen baru yang belum pernah dikunjungi sebelumnya.

"Kenapa membawaku kemari? Ini apartemen siapa Yibo?" tanya Zhan heran sambil memandang ke sekitarnya.

"Ini apartemenku. Tenang saja, aku beli dengan uangku sendiri. Bukan uangmu, juga bukan uang Wangji." Xiao Zhan tersenyum melihat Yibo yang semakin dewasa.

"Apa kau membelinya untuk hidup kita kelak?" Tanya Xiao Zhan setengah berbisik.

"Memang hidup kita kelak akan bagaimana?" Goda Yibo yang membuat pemuda kelinci itu melayangkan sebuah cubitan di lengan sang Alpha mudanya.

Yibo tersenyum ketika berhasil membuat kekasihnya itu merajuk.

"Apakah kau tidak sabar dengan pemuda tampan sepertiku ini, hm?" Yibo mengalungkan lengannya dari belakang pada bahu Zhan yang tengah duduk di kursi roda itu.

"Ti-tidak! Aku bisa menunggu, kok," cebik Zhan dengan rona merah di pipinya.

"Baiklah, tunggu aku 5 sampai 10 tahun lagi."

"Ya! Wang Yibo! Apa kau bercanda denganku? Berapa usiaku jika harus menunggumu selama itu?" pekik Zhan kesal.

"Hahahahha, kau menggemaskan sekali Zhan ge." Yibo mencubit pipi Zhan yang tengah meranjuk.

"Jangan mencubitku! Ini tidak lucu! Sejak kapan kau memanggilku Zhan ge?" Zhan mengusap pipinya dan menatap Yibo penuh curiga.

Setelahnya, ia terdiam dan menghela napas berat. Memang benar, sudah sewajarnya Yibo mengatakan  5 atau 10 tahun lagi karena usia Yibo yang sebenarnya telah menginjak 27 tahun kelak. Usia yang sudah cukup untuk menikah, lalu bagaimana dengannya? Jika harus menunggu selama itu, maka usia Xiao Zhan sudah menginjak 36 tahun.

Rasanya ia tidak ingin terlihat lebih tua dari kekasihnya ini. Membayangkan rambut Zhan yang akan memutih terlebih dulu membuat pemuda itu takut.

Yibo berjongkok di hadapan Xiao Zhan, lalu menggenggam kedua tangan pemuda itu.

"Entah sekarang atau 5 sampai 10 tahun kemudian, aku masih akan tetap sama. Setelah ini, kau akan menjadi tanggung jawabku. Jadi aku harus menjadi sukses sebelum minta izin pada kedua orang tuamu untuk membawamu bersamaku di sisa hidupku," ucap Yibo meyakinkan.

Di usianya yang masih muda, Yibo telah memiliki pandangan yang luas. Sungguh ia tertampar oleh ucapan bocah itu.

Xiao Zhan mengangguk pelan, ia tahu perasaan Yibo tidak akan pernah berubah.

"Kau pernah bilang padaku, jadikan aku sebagai alasanmu untuk hidup, dan sekarang, tunggulah aku. Aku akan kembali padamu dengan pantas sebagai Wang Yibo. Sebagai lelaki dewasa yang siap untuk menemanimu di sisa hidupku, sebagai alasan terkuatku untuk tetap tinggal."

"Kau mau ke mana? Kenapa seakan-akan kau akan pergi lagi?" Raut wajah Zhan menjadi begitu gelisah ketika Yibo mengatakan hal seperti itu.

"Kau pikir aku akan ke mana, hm? Aku tidak akan selamanya berlindung dibalik bayang-bayang Wangji, 'kan?" ujar Yibo yang segera menaruh tas berisi pakaian Xiao Zhan selama di rumah sakit. Dia kemudian membuka dan menatanya di lemari seolah barang-barang itu adalah miliknya.

Zhan menatap Yibo yang tengah sibuk, sejenak menelan ludahnya dengan berat mencoba  memberanikan diri untuk membicarakan perihal ibunya.

"Yibo, ibumu sudah mengetahui bahwa kau bukan Wangji," ucap Zhan hati-hati demi melihat reaksi  Yibo yang yang menghentikan aktivitas dan terdiam.

"Sudah kuduga, akan tiba saatnya mereka semua tahu. Baiklah aku akan bersiap untuk mengundurkan diri dari rumah sakit dan menemui orang tua Wangji." Yibo hendak beranjak ketika tangan Zhan mencegahnya.

"Aku ikut."

"Ini bukan urusanmu, aku akan mengurusnya sendiri."

"Apa pun yang menyangkut dirimu adalah urusanku," ujar Zhan keras kepala.

"Keras kepala."

"Kau juga," balas Zhan tak mau kalah.

"Baiklah aku tak akan pergi."

"Yibo!" pekik Zhan kesal merasa di permainkan.

"Aku akan menikmati menjadi Wangji dulu sebelum mendapatkan pekerjaan baru."

Zhan memicingkan matanya demi melihat perubahan sikap Yibo yang sangat cepat.

"Kau tidak bohong?"

"Tentu. Sudahlah ayo sekarang kita makan dulu."

"Tunggu sebentar!"

"Apa lagi, hm?"

"Bisakah kau mengambilkan krukku?" Zhan menunjuk posisi kruk yang berada di pojok lemari pemberian dari dokter di rumah sakit.

"Rasanya tidak nyaman duduk di kursi roda seperti ini. Aku merasa seperti orang lumpuh saja. Hng ... lagipula aku ingin ke toilet," ujar Zhan dengan setengah berbisik di ujung kalimatnya demi menahan hasrat ingin buang air kecil itu.

Yibo menggelengkan kepalanya.
Dengan sekali ayunan, Yibo menggendong Zhan menuju toilet.

"Tu-tunggu, kau mau bawa aku ke mana?" pekik Zhan sedikit panik.

"Bukankah kau mau buang air kecil? Lakukanlah!" Yibo mendudukkan Zhan di kloset setelah mereka sampai di toilet.

"Aish, aku masih punya malu Yibo!" ujar Xiao Zhan kesal.

"Bukankah kita sudah melakukannya sekali? Aku bahkan sudah melihat seluruh tubuhmu."

Xiao Zhan melempar Yibo dengan tisu gulung dan berteriak pada pemuda itu.

"Jangan pengintip dan berbaliklah! Jika kau mengintip, maka aku akan berteriak!" ucap Xiao Zhan memperingati sambil membuka celananya. 

Sembari berbalik memunggungi Xiao Zhan, Yibo berkata, "Baiklah, apa kita bisa melakukannya dengan lebih lembut?"

Sontak ucapan Yibo membuat wajah Zhan merah padam. Yibo berbalik demi melihat wajah sang kekasih yang memerah. Ia kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Xiao Zhan hingga jarak antara keduanya sangat dekat.

"Apa kau mau?" bisiknya setengah menggoda hingga membuat pemuda kelinci itu merasa terbakar. Aura alpha yang mendominasi membuatnya seakan  jatuh ke dalam dunianya hingga suara bariton itu kembali menggema di telinganya.

"Lao Xiao, Zhan ge, Xiao Zhan." Suara desahan Yibo yang menggairahkan pada akhirnya meruntuhkan rasa ego omega itu yang secara tak sadar mengangguk pelan.

"Baiklah ayo kita bermain," ucap Yibo yang langsung menggendong Xiao Zhan, membiarkan celana yang masih menjuntai itu jatuh dan mengekspos separuh bagian tubuh sang kekasih.

"Lakukanlah dengan lembut, pinggangku masih sakit". Lagi-lagi mulut dan otak Xiao Zhan bekerja tidak sinkron dan membuatnya memejamkan mata sambil komat kamit merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana bisa dia tergoda dengan mudah?

"Hm." Yibo membawa Xiao Zhan ke kamar kemudian mendudukkan lelaki yang lebih tua darinya itu di tepi ranjang.

Dengan sangat hati-hati, Yibo melepaskan celana dalam yang mengganggunya. Membuat milik Zhan yang kecil itu terlihat menegang di bawah sana.

"Jangan melihat milikku seperti itu! A-aku malu."
Xiao Zhan menutupi miliknya dengan kedua tangan dengan cepat.

"Kau mau, 'kan?" Yibo mengulas smirk dari wajah tampannya hingga membuat Zhan menelan ludah dengan berat.

Jujur, jika mengingat lagi kejadian saat itu, baik Zhan maupun Yibo tengah dipengaruhi emosi dan kepedihan. Jadi bagaimana Zhan ingat atau bahkan menikmati setiap moment panas pada malam itu?
Hanya keinginan untuk memiliki dan emosi yang mengiringi malam itu.

Namun tidak dengan saat ini, setiap detik, setiap pergerakan yang dilakukan Yibo, semua membuat bulu kuduk Zhan berdiri. Rasanya ada kupu-kupu menari di perutnya. Sangat menyenangkan, hangat dan lembut.

Zhan mengalungkan kedua tangannya pada leher Yibo dan berbisik tepat di telinga pemuda itu. "Lakukan dengan sangat pelan dan hati-hati."

"Pinggangmu bagaimana? Ini akan sakit," desah Yibo tepat di telinga Zhan.

"Tidak apa-apa,"  jawab Zhan cepat.

Bagaimana ia bisa menahan desahan yang keluar dari mulut lelaki itu? Jika tubuhnya langsung terangsang ketika suara bariton itu menggema di telinga Zhan dan membuat seluruh tubuhnya terasa tersengat aliran listrik.

Desahan Yibo memang sangat ganas dan berbahaya.

Yibo membaringkan Zhan dengan sangat hati-hati mengingat Zhan baru saja menjalani operasi di pinggulnya yang retak.

Lelaki itu membuka kancing kemeja Xiao Zhan satu persatu sembari mencium lembut bibir sang kekasih. Lidahnya bermain di dalam rongga mulut Zhan, mengeksplor setiap inchi tanpa melewatkannya sedikit pun.

Tangan Yibo bermain liar menjelajahi tubuh mulus sang kekasih hingga manik mata itu terperangkap oleh dua tonjolan kecil di dada Zhan. Dengan napas memburu,  Yibo menjilati gundukan coklat itu dan membuat Zhan mengerang nikmat.

"Nghhh ... Yibo ...." Zhan merasakan sensasi yang begitu nyata hingga tanpa sadar desahan-desahan itu keluar dari mulutnya.

Sentuhan Yibo bagai candu dan membuatnya menginginkan lagi dan lagi.

Yibo menggigit gundukan coklat itu hingga membuat Zhan sedikit meringis.  Melihat reaksi Xiao Zhan, Yibo beralih pada leher jenjang sang kekasih, menjilat dan menggigitnya hingga meninggalkan jejak merah keunguan.

Melihat Zhan tanpa sehelai benang pun membuat napsu alpha muda itu makin memuncak. Yibo membuka celananya dan mengeluarkan pusaka miliknya yang besar hingga membuat Zhan berjengit.

"Milikku besar, kau harus siap untuk memuaskannya." Yibo mendekatkan miliknya pada wajah Zhan, meminta pemuda itu untuk mengulumnya.

Zhan menggenggam milik Yibo yang sudah menegang di sana. Dengan sengaja ia memainkan tangannya, melingkar pada milik Yibo hingga membuat pemuda itu mengumpat.

"Shit!" Rangsangan yang diberikan Zhan membuat milik Yibo tegang sempurna. Dia membiarkan sang kekasih mengulum dan bermain dengan miliknya.

"Zhan, aku tidak tahan ingin memasukimu," ujar Yibo yang sudah tak kuasa menahan napsunya lagi.

Yibo menggeser tubuh Xiao Zhan hingga membuat kekasihnya itu meringis.

"Aachh."

Yibo menatap pinggul Zhan, ia kemudian mengecup pinggul pemuda itu di mana bekas jahitan yang baru saja mengering masih terpampang nyata di sana. Dengan lembut, Yibo mengecup bekas jahitan itu dan menitikkan air mata.

Rasa sakit yang kau miliki adalah milikku.

Zhan berjengit kaget ketika merasakan sesuatu yang basah menyentuh kulitnya. Dia kemudian mendongak melihat apa yang Yibo lakukan.

Zhan menarik kepala Yibo untuk kembali menatapnya, dengan lembut Zhan mengusap air mata yang keluar dari sudut mata sang kekasih.

"Tidak apa-apa," bisik Zhan yang kemudian menarik kepala Yibo dalam dadanya. Ia tahu, Yibo pasti merasa bertanggung jawab atas kejadian yang menimpanya.

"Cukup lakukan dengan sangat lembut, mengerti?" pinta Zhan yang mendapat anggukan lemah dari Yibo.

Pemuda itu kemudian mengangkat kedua kaki Xiao Zhan dan menaruh pada bahunya.

Xiao Zhan berusaha tidak membuat Yibo panik, ia menggigit bibir bawah ketika Yibo mengangkat kakinya dan menaruhnya di atas bahu. Rasanya seperti digores oleh benda tajam ketika tulang pinggulnya bergeser.

Bekas operasinya kembali berdenyut nyeri.

Tidak ingin membuat Yibo khawatir, Zhan menarik tengkuk Yibo dan menciumnya kembali.

Dengan mengikuti ritme yang Zhan mainkan, Yibo perlahan memasukkan satu jarinya pada hole Zhan, mengeksplor bagian bawah yang mulai basah.

Setelah beberapa saat, ia kembali memasukkan jari satunya dan membuat Zhan mencengkram bahu Yibo sembari mendesah.

Rasa sakit dan nikmat yang datang bersamaan membuat pemuda itu tidak tahan. Dia memutar kepalanya ke kanan dan kiri demi merasakan sensasi yang memabukkan itu.

"Ini akan sakit, kita sudah pernah melakukannya sekali, aku mohon bertahanlah," pinta Yibo ketika ia mengocok miliknya yang sudah tegang sempurna agar dapat memasuki lubang milik Zhan dengan benar.

Yibo sedikit mengangkat pinggang Zhan demi memasukkan miliknya pada lubang sempit sang kekasih.

"Argh ...." Zhan memejamkan mata dengan kedua tangan yang mencengkram sprei demi menahan sakit ketika milik Yibo tertanam sempurna dalam holenya.

"Apa aku boleh bergerak?" tanya Yibo hati-hati yang dijawab oleh anggukan pelan dari sang kekasih.

Perlahan Yibo menggerakkan miliknya sembari mencium bibir Zhan guna mengurangi rasa sakit pemuda itu.
Semakin lama gerakan itu semakin cepat dan tak terkendali. Zhan meremas rambut Yibo dan sesekali mencakar bahunya saat hujaman benda tumpul itu menemukan titik prostatnya.

"Aaarrrhhhh, Yibo ...," erang Zhan dengan napas terengah. Ia kemudian memejamkan mata lalu bergumam, "Cukup satu ronde. Lain kali saat aku kembali sehat, kau bebas lakukan apa pun pada tubuhku. Empat atau lima  ronde pun terserah padamu. Sekarang aku lelah, rasanya badanku remuk semua."

Bak sebuah habit yang melekat, Zhan berbicara tanpa berpikir. Ia kemudian memejamkan mata, membiarkan tubuhnya masih dalam keadaan telanjang. Saat ini Zhan hanya ingin memejamkan matanya sesaat.

Yibo mengecup kening Xiao Zhan lalu menyelimuti pemuda kelinci itu dan mendekapnya. Ia mengusap sayang punggung pemuda kelincinya. Namun, matanya menerawang entah apa yang saat ini Yibo pikirkan.

.

.

Zhan membuka mata ketika sinar matahari menyelusup ke sela jendela kamar. Dia menoleh ke samping dan tidak menemukan siapa pun di sana.

Seingatnya, semalam ia telah melakukan malam panas dengan Yibo. Lalu ke mana pemuda itu pergi?

Zhan melihat dirinya sudah mengenakan pakaian tidurnya. Pasti Yibo yang membersihkan sisa-sisa semalam dan mengganti pakaiannya.

Zhan bangun dengan mata yang masih setengah terpejam, ia mengucek mata dan menggeliat saat sudut matanya menangkap secarik kertas di atas nakas dekat dengan sarapan yang ia yakin Yibolah yang menyiapkan untuknya.

Zhan mengambil kertas itu dan membacanya.

[Aku sudah meminta Dylan menemanimu, ia sekarang sedang dalam perjalanan. Aku harus melakukan sesuatu. Tunggu aku pulang -WEB- ]

"Tidak, apa dia ... ah, tidak mungkin! Yibo, kan, tidak mengetahuinya," ucap Zhan sembari meremas kertas kecil itu.

"Tapi perasaanku tidak enak."


Cklek



Bunyi pintu terdengar dengan sosok Dylan yang muncul sambil mengunyah sarapannya.

"Gege, kau sudah bangun?" tanya Dylan saat masuk dan melihat sang kakak tengah duduk di atas ranjang dengan wajah yang terlihat gelisah.

"Dylan, Yibo memberi tahumu ke mana ia akan pergi?" tanya Zhan khawatir.

"Tidak, tapi tadi kakak ipar bilang akan membuat perhitungan dengan orang yang mencelakaimu. Kurasa dia sudah menemukan pelakunya."

"Oh tidak! Dylan tolong antar aku ke rumah sakit sekarang! Aku harus mencegahnya."

"Kenapa ke rumah sakit? Apa kau sakit lagi?".

"Antarkan saja aku ke sana!" seru Zhan dengan nada sedikit meninggi.


Zhan  berusaha turun dari ranjang ketika tubuhnya langsung jatuh dengan rasa sakit di bagian bawahnya.

"Gege, apa yang kau lakukan?" Dylan segera membopong Zhan kembali ke ranjang.

"Dylan aku mohon antar aku sekarang sebelum terlambat."  Zhan memohon dengan sangat pada Dylan yang kini merasa sedikit bingung atas sikap Xiao Zhan saat ini.

27 VS 17 [TAMAT] proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang