Ucapan Abimana masih terngiang dalam otak Ainun. Baru tiga hari lalu memang, jadi masih segar di ingatan. Ainun dan kedua orang tuanya bersama kakaknya sudah berdiskusi. Kedua orang tua Ainun menyerahkan keputusan sepenuhnya di tangan Ainun. Namun, Rizwan agaknya sedikit menentang perjodohan ini karena terkesan terlalu buru-buru. Dia masih ragu apakah Nizyam bisa mencintai adiknya dan menjadi imam yang baik untuknya. Rizwan pernah dengar jika Nizyam suka berfoya-foya dan membuat masalah sejak SMA. Rizwan takut adiknya disakiti atau semacamnya. Dia tidak akan rela.
"Ai..."
Ainun yang sedang melipat pakaian itu sedikit tersentak saat mendengar suara kakaknya.
"Astaghfirullah, Kak. Ai kaget. Kapan masuknya? Kok gak salam?" kata Ainun.
"Udah ketuk pintu, udah salam juga. Kamu ngelamun, gak denger Kakak. Masih mikirin yang kemarin?" tanya Rizwan.
Ainun mengangguk. "Iya, Kak. Jujur, Ai senang karena ada yang mau nikahin Ai sama anaknya, tapi Ai juga agak ragu. Kak Nizyam kayaknya gak suka sama Ai. Kak Nizyam ganteng gak? Apa dia cocok sama Ai?"
Rizwan duduk di depan adiknya kemudian menghembuskan nafas berat. "Kakak juga takut, Ai. Kakak sayang banget sama kamu, kalau ada hal buruk yang terjadi sama kamu, Kakak akan sangat merasa bersalah. Lagipula, Kakak belum nikah. Masa kamu ngelangkahi Kakak? Terus soal Nizyam, dia cukup ganteng. Cocok kok sama kamu, kan cantik," kata Rizwan sambil tersenyum.
"Gitu, ya? Terus apa Kak Nizyam mau menerima Ainun, kan Ainun buta. Ainun gak bisa ngurus dia dengan maksimal. Pasti Kak Nizyam terpaksa. Ai mau tolak aja, deh. Ai kasihan sama Kak Nizyam. Dia kan, normal. Gak kayak Ai, buta dari kecil. Gak berpendidikan, gak punya karier, beda kaya perempuan di luar sana."
"Loh, kok ngomong gitu? Kamu memang buta, Ai. Kamu juga gak berpendidikan. Tapi kamu gadis shalihah, gadis idaman. Laki-laki yang menjadikan kamu pendamping hidupnya pasti sangat beruntung. Kakak aja, pengen nyari perempuan kayak kamu. Kamu gak sempurna secara fisik, tapi kamu sempurna dari segi iman dan ketulusan hati. Lagipula... Kayaknya Umi sama Abi kasih waktu cukup panjang buat kamu ambil keputusan. Coba tanya Allah, baiknya gimana. Nanti Kakak bantu doa juga. Tapi, emang Kakak pribadi gak suka sama dia, sih. Katanya dia waktu muda badung. Udah, tapi tanya Allah aja, deh."
Ainun mengangguk. "Udah pasti. Ai pasti tanya Allah. Kan, Allah itu paling tau apa yang Ai butuhkan. Kalau memang harus, yah... Ai akan terima pernikahan ini. Kasihan juga, Om Abi sakit keras gitu."
Rizwan tersenyum. Dia menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Ainun kemudian mengangkat tangannya dan mengusap kepala adiknya.
"Kamu memang gadis yang baik, Ai. Kakak gak akan biarin seorang pun nyakitin kamu. Kakak akan menjadi yang pertama menghajar siapapun yang nyakitin kamu."
"Gak akan, Kak. Insyaallah gak ada yang nyakitin Ai. Ai percaya, Allah akan selalu melindungi Ai, jadi Ai gak takut. Ai gak akan sedih," ujar Ainun sambil tersenyum lebar.
Rizwan hanya tersenyum dan berusaha mempercayai ucapan adiknya.
***
Kata dokter, kondisi Abimana mengalami penurunan. Pria tua itu kembali tak sadarkan diri dan harus dipindahkan ke ruang ICU lagi, padahal baru kemarin dipindahkan ke bangsal. Hal ini membuat Nizyam semakin tak karuan pikirannya. Masalah di perusahaan belum selesai sepnuhnya, sekarang papanya harus kembali bertaruh nyawa. Bahkan ucapan Abimana masih terngiang di pikirannya. Dia akan dinikahkan dengan Ainun, sepupu jauhnya yang buta.
Nizyam tidak punya pilihan lain jika memang papanya menginginkan dia menikahi gadis itu. Hanya menikah kan? Itu mudah, menurutnya. Ijab qabul, jalani beberapa bulan, lalu bercerai dengannya. Belajar agama? Bahkan Nizyam bisa menonton ceramah di Youtube, kenapa harus dinikahkan dengan gadis buta? Papanya memang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainun [END]
Romance[18+] Religi-Romance "Bahkan, batu yang ditetesi air terus-menerus akan hancur. Tapi, kenapa egomu tidak?" Ainun, gadis tuna netra yang dijodohkan dengan sepupu jauhnya, Nizyam harus menerima kenyataan jika Nizyam tak mencintainya. Nizyam hanya meng...