Haloo! Assalamualaikum. Makasih untuk 85 vote di part sebelumnya. Di part ini aku menargetkan 90 vote kalau bisa 100 wkwkw... I know itu agak mustahil, but... Kalau kalian sadar nulis itu gak gampang, pasti kesampaian kok 100 vote di part ini. Jangan lupa dikomen. Aku akan usahakan nulis lebih baik lagi dan semoga cerita ini gak semakin membosankan. Misal memang kalian merasa demikian, aku minta kritik dan sarannya ya... Aku juga masih belajar nulis soalnya. Langsung aja kalian komen, kasih kritik atau sarankan apapun. Pengen tau aja sih menurut kalian Cerita ini tuh kurang apa.
Udah segitu aja deh kayaknya. Terima kasih udah membaca☺️
Disclaimer!
Semua karakter hanya fiksj dan cerita ini hanya karangan penulis. Apabila ada kesamaan unsur intrinsik cerita, harap dimaklumi.
©Cactusnrj
10/02/2022
Nizyam kembali menghadapi satu kenyataan yang tidak dia inginkan. Sekitar tiga bulan lalu, tanpa sadar Nizyam sudah merebut kesucian Ainun, istrinya sendiri. Bukan dosa, tapi sebuah kesalahan karena Ainun kala itu tak menginginkannya. Nizyam juga tak pernah sekalipun menginginkan itu dalam sadarnya. Dia memang tidak menyukai Ainun, tapi dia tak ingin merusak satu hal yang dimiliki Ainun. Nizyam yakin, suatu hari mereka akan bercerai dan dia tidak ingin menyentuh Ainun hingga ketika Ainun pergi, Ainun masih "utuh". Nyatanya, semua tak sesuai harapannya. Ketika dia hendak menceraikan Ainun untuk Angel, gadis itu mengandung anaknya. Nizyam memang brengsek, tapi dia tidak sekejam itu untuk mencampakkan darah dagingnya sendiri.Jam sudah menunjukkan pukul dua malam, tapi Nizyam masih tak bisa tidur. Terlalu bingung. Dia dihadapkan dua pilihan antara Angel dan Ainun. Jika Nizyam waras, tentu dia harus memilih Ainun, istrinya yang tengah mengandung anaknya. Sayangnya, Nizyam sudah gila hingga sulit untuk memutuskan hal semudah itu.
Nizyam mengusap kasar wajahnya. Dia bangkit dari posisinya yang terlentang kemudian duduk di ranjang. Dia menatap foto keluarganya, ada Papa, Mama, dan Nizyam. Nizyam merindukan mereka sekarang. Seandainya Mamanya masih ada, Nizyam punya tempat bercerita. Seandainya Papanya masih hidup, dia bisa meminta bantuan padanya. Yah, seandainya papanya masih hidup, dia juga tak akan menikah dengan Ainun sekarang.
"Kenapa sih, Papa minta Nizyam menikahi Ainun? Kenapa harus dia?" monolog Nizyam tanpa sadar.
Helaan nafas keluar dari bibir Nizyam. Dia bangkit dan keluar kamar; lebih tepatnya ke dapur untuk mengambil minum. Namun, langkahnya terhenti ketika melewati kamar Ainun yang tepat berada di dekat tangga. Pria itu pun iseng membuka pintu kamar Ainun. Pelan, amat pelan, Nizyam tak ingin menimbulkan suara. Pria itu sangat terkejut ketika melihat Ainun yang dibalut mukenanya tengah tidur di atas sajadah. Tanpa ba-bi-bu, Nizyam masuk dan berlutut di dekat Ainun. Dia hanya khawatir jika sesuatu yang buruk terjadi pada gadis itu.
"Ai," panggil Nizyam dengan pelan.
Ainun menggeliat pelan, sepertinya dia terlelap. Menyadari itu, Nizyam perlahan mengangkat tubuh Ainun dan meletakkannya di ranjang. Meskipun ragu, Nizyam mencoba melepaskan mukena yang masih melekat di tubuh gadis itu dengan amat pelan dan hati-hati. Nizyam tidak suka kepergok melakukan hal-hal semacam ini. Yah, meskipun Ainun buta dan tidak bisa melihatnya, tapi itu memalukan menurut Nizyam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainun [END]
Romansa[18+] Religi-Romance "Bahkan, batu yang ditetesi air terus-menerus akan hancur. Tapi, kenapa egomu tidak?" Ainun, gadis tuna netra yang dijodohkan dengan sepupu jauhnya, Nizyam harus menerima kenyataan jika Nizyam tak mencintainya. Nizyam hanya meng...