Ainun sudah siap dengan gamis merah mudanya. Dia juga mengenakan hijab panjang dengan warna senada. Jika saja Ainun bisa melihat dirinya, mungkin dia akan sangat puas dengan penampilannya. Sederhana dan anggun meski tanpa seoles make up di wajahnya.
"Ainun. Sudah siap, belum?"
Suara Sarah dari luar kamarnya membuat Ainun bergegas meraih tongkatnya dan berjalan keluar. Begitu sampai di ambang pintu kamar, uminya menyambut Ainun dan membantunya berjalan.
"Umi udah hubungi Labib, katanya dia sudah dalam perjalanan. Mau jemput juga, tapi Umi bilang gak usah. Kita naik taxi aja, ya?"
"Umi, kata Kak Nizyam kemarin kita diantar Pak Husain, sopirnya Kak Nizyam. Kak Nizyam bisa berangkat ke kantor sendiri."
Nyaris bersamaan, keduanya berpapasan dengan Nizyam yang baru saja turun dari lantai dua. Sarah melihat menantunya yang nampak rapid an siap ke kantor itu dengan senyum manis.
"Nizyam mau berangkat sekarang? Bekalnya udah Umi siapin tadi."
"Umi, gak perlu repot-repot sebenernya. Zyam gak biasa bawa bekal, selalu makan siang di luar. Tapi makasih, nanti Zyam makan, kok," ucap Nizyam.
"Kak, Ainun pamit, ya? Doain Ainun biar bisa lihat lagi."
Nizyam tersenyum mendengar ucapan Ainun. Tangan gadis itu terulur dan Nizyam yang mengerti pun meraihnya. Sarah yang melihat interaksi keduanya juga tersenyum, apalagi melihat Ainun yang mencium punggung tangan Nizyam.
"Hati-hati di jalan ya, Kak," kata Ainun.
Nizyam bergumam.
"Zyam."
Nizyam hendak melangkah untuk berangkat, tapi Sarah malah memanggilnya.
"Iya, Umi?"
Sarah menunjuk keningnya dan kening Ainun. Nizyam yang tak paham hanya mengernyit.
"Kiss, kiss..." bisik Sarah amat pelan.
Nizyam terdiam sejenak sebelum menatap Ainun.
Gue harus akting gimana lagi, ini... batin Nizyam.
Nizyam berdehem pelan sebelum mencondongkan tubuhnya dan memberikan sebuah kecupan di kening Ainun. Ainun yang tak tau apapun sedikit terlonjak kaget. Pasalnya, setiap hari Ainun hanya sebatas mencium tangan Nizyam, laki-laki itu tidak pernah memberikan ciuman seperti ini.
"Eum, Zyam berangkat. Assalamualaikum."
Setelah mencium tangan Sarah dan membawa bekal yang sengaja disiapkan untuknya, Nizyam bergegas pergi. Di dalam mobil, pria itu bergidik sendiri saat kembali mengingat dia mencium Ainun.
"Aneh banget gue, sejijik itu sama dia."
Sementara Ainun, kini hanya bisa menyembunyikan senyumnya meskipun sia-sia. Pipinya merona ketika mengingat kembali bibir Nizyam yang mendarat di keningnya. Pasti karena Umi, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainun [END]
Romance[18+] Religi-Romance "Bahkan, batu yang ditetesi air terus-menerus akan hancur. Tapi, kenapa egomu tidak?" Ainun, gadis tuna netra yang dijodohkan dengan sepupu jauhnya, Nizyam harus menerima kenyataan jika Nizyam tak mencintainya. Nizyam hanya meng...