4

1 3 0
                                    

Karto Atmaja. Pria 25 tahun asal Ponorogo itu lebih dulu menjadi karyawan toko daripada Dere. Tepatnya tiga tahun sebelum Dere mendaftar. Berbeda dengan Dere yang berstatus pekerja paruh waktu, pria dengan panggilan Karto itu memiliki jam kerja dari pagi sampai menjelang malam.

Karyawan toko hanya ada dua, Dere dan Karto. Ketika ada pesanan pelanggan yang minta dikirim, Karto lah yang bertugas mengantar. Jika pesanan dalam jumlah banyak, ia mengendarai mobil boks. Namun, jika lokasi yang dituju masih area kota dengan jumlah pesanan tidak banyak, Karto memakai motor toko atau meminjam sepeda Dere. Mungkin itulah kenapa warna kulitnya cenderung gelap. Hampir setiap hari, ia harus berkawan dengan paparan sinar matahari di jalanan.

"Dere, nanti kardus-kardus di gudang udah bisa mulai ditata, ya!" titah Koh Aji yang disambut anggukan Dere.

Pria 60 tahun beradarah China yang masih terlihat bugar itu bernama Christian Aji Pramono. Seorang duda anak satu dengan berbagai macam usaha sebagai sumber kekayaannya. Menurut cerita yang Dere dapat dari Karto, istri Koh Aji yang bernama Erlin meninggal ketika melahirkan anak mereka satu-satunya. Meski tidak terlalu sering menanggapi Karto yang banyak bicara, Dere percaya bahwa cerita yang satu itu ada benarnya.

"Kamu nanti antar barang, To? Kemana?" tanya Dere basa-basi pada Karto yang sedang sibuk dengan lembaran nota penjualan di tangannya.

"Deket sini, kok. Pinjam Biru bentar, yak!" pintanya seperti biasa.

Biru adalah julukan Karto untuk sepeda Dere. Sejak bulan-bulan awal Dere bekerja, Karto memang lebih suka mengantar barang dengan sepeda gadis itu meski sudah disediakan motor khusus untuk keperluan toko.

"Biru itu maknanya damai, De. Itulah kenapa baju perang tidak didesain berwarna biru," beber Karto ketika mencetuskan teori absurd-nya.

Waktu itu, Dere yang baru satu bulan bekerja hanya menanggapi celoteh Karto dengan senyuman ala karyawan baru. Senyum tipis layaknya menghormati, namun berdecak malas dalam hati.

"Biru laut, biru langit, damai kan liatnya?" begitu konklusi Karto.

Lamunan Dere seketika buyar ketika Karto menepuk pundaknya pelan.

"Malah nglamun! Pindahin kardus dari gudang dulu, yuk. Mumpung aku belum mulai nganter," ajaknya pada Dere.

Dere bergegas menyusul langkah pria itu menuju gudang stok yang letaknya di belakang toko.

Satu hal lagi tentang Karto. Meski kadang menyebalkan, ia cukup perhatian.

***

-nglamun=melamun

Jumlah kata=360

DeresiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang