17

3 3 0
                                    

Dere menakar beras satu setengah cangkir, memasukkannya ke dalam mangkok plastik, lalu mencucinya dengan air wastafel di dapur indekos. Mangkok plastik berwarna kuning itu adalah perabot serbaguna bagi Dere. Bisa digunakan untuk mencuci beras, wadah saat membuat adonan gorengan, dan tempat lauk yang dimasak atau dibelinya.

Setelah dirasa air bekas cucian berasnya mulai bening, Dere memindahkan beras dari mangkok tersebut ke dalam wadah aluminium penanak nasi dan menambahkan air seukuran setengah jari telunjuknya.

Dere memasukkan wadah itu ke dalam penanak nasi lalu menancapkan kabel penanak nasi ke stopkontak dan menekan tombol cook.

Sambil menunggu nasinya matang, Dere menyambar jaketnya yang tergantung di belakang pintu kamar, menguncir rambutnya asal, lalu menutup pintu dan berjalan ke depan gerbang indekos. Di sana sudah ada beberapa ibu-ibu kompleks dan anak indekos yang punya tujuan sama dengan Dere; mencegat kehadiran Mas Juremi. Pria dengan motor tanpa pelat dan klakson yang bunyinya heboh jika ditekan sekali saja, si penjual sayur keliling.

Dere menyapa sekumpulan itu  seperlunya. Depan gerbang indekosnya didominasi oleh ibu-ibu berdaster yang sifatnya tak pernah bisa ditebak Dere. Kadang ramah, tetapi tidak jarang juga tak acuh. Mungkin tergantung suasana pagi di kehidupan rumah tangga mereka. Itu asumsi Dere saja.

Hari ini Dere ingin memasak. Sesekali, ia menuruti indra perasanya untuk mengecap rasa lauk yang berbeda dari masakan Mbok Mi. Sebagai orang rantau yang berasal dari desa, ia terbiasa makan makanan dengan rasa pedas yang dominan. Namun, sejauh ini, Dere masih merasa makanan di Solo itu tidak ada pedasnya sama sekali. Manis, entah karena cabai rawitnya yang tidak banyak, atau gulanya yang kebanyakan. Oleh karena itu, biasanya Dere harus mengakali lidahnya yang kadung akrab dengan rasa pedas. Mbok Mi bahkan sampai hafal dengan kebiasaan Dere yang selalu minta tambahan cabai rawit mentah.

Suara klakson ala penjual sayur keliling mulai terdengar lebih keras, menandakan kedatangan Mas Juremi tidak lama lagi. Ibu-ibu yang tadinya riuh bergosip pun mulai berhenti bicara ketika motor dengan gantungan kerupuk dan macam-macam jajanan itu mulai terlihat mendekat.

***

Jumlah kata=329

DeresiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang