9

0 1 0
                                    

Suasana kampus bisa dibilang masih cukup sepi. Mata kuliah pagi biasanya dimulai pukul 08.30 WIB atau bahkan lebih. Jadi, wajar jika masih belum banyak mahasiswa yang datang.

Dere memutuskan berjalan melalui gedung rektorat, memilih jalur memutar untuk menuju ruang kelas matkul pertamanya. Sesekali di perjalanan, ia bertemu kakak tingkat atau teman seangkatannya. Dari sekian orang yang berpapasan dengannya, hanya ada beberapa yang ia kenal. Kebanyakan adalah teman-temannya di LPM, organisasi kampus yang diikutinya. Dere menyapa mereka dengan menganggukkan kepala dan tersenyum singkat.

"Dere!"

Dere menoleh, matanya menangkap seorang gadis dengan tubuh mungil sedang memanggilnya dari belakang. Jilbab segi empat warna merah bata terlihat anggun di kepalanya. Warna itu juga serasi dengan gamis panjang yang dikenakannya. Karin.

Dere tersenyum tipis, "Hai!"

Karin dengan gerakan cepat menggandeng tangan Dere, membuat Dere cukup terkejut tapi tidak tahu harus bereaksi apa. Jadi, gadis itu membiarkan tangan mereka bergandengan. Seperti anak kecil saja, begitu batin Dere. Namun, jauh di lubuk hatinya ada perasaan senang. Entah karena apa, Dere tidak tahu. Untuk kali pertama semasa kuliah, ia merasakan kehadiran teman dalam hidupnya. Kehadiran yang ia rasa dekat.

"Kamu nggak tanya kenapa aku rajin hari ini?" tanya Karin.

Dere masih terdiam, lebih tepatnya bingung kenapa mendadak Karin bertingkah seolah mereka akrab. Dere tahu sejak lama, Karin adalah satu-satunya orang yang kerap menunjukkan usahanya untuk mendekati Dere. Namun, tetap saja ia merasa ini terlalu tiba-tiba.

Karin menatap Dere yang masih diam dengan gemas, "Kan biasanya jam segini aku belum sampai kampus."

"Ohh ... iya tumben," sahut Dere mengiyakan.

"Persiapan mental, De. Huh!"

"Karena Pak Darma, ya?"

Karin tertawa. Kepalanya kemudian mengangguk cepat, membenarkan tebakan Dere. Dere hanya tersenyum paham. Detik selanjutnya, Karin terus nyerocos perihal rasa tidak suka dan kekesalannya pada dosen muda itu. Darma Prawira. Dosen mata kuliah Geometri Euclid yang terkenal dengan cara mengajarnya yang killer.

Tanpa terasa, tangan keduanya masih tertaut sampai di depan kelas.

***

Jumlah kata=312

DeresiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang