"To, are you okay?"
Karto tertawa cengengesan, menertawakan pertanyaan Dere. Di mata Dere, tawa itu berbeda. Terselip rasa sedih, marah, dan lelah yang terlalu kentara. Tawa yang tidak seperti biasanya.
"Astaga. Khawatir nih, ceritanya."
"Pulang aja dulu, Mas. Nanti balik jam dua siang, aku mau ngampus."
"Pulang?"
Dere mendengus, kesal dengan wajah Karto yang seperti mayat berjalan. "Tidur dulu."
"Ojo ngono, lho. Aku kesemsem mengko," candanya dengan bahasa Jawa.¹
Bercanda yang sama sekali tidak perlu diutarakan, melihat lingkaran matanya yang menghitam. Entah berapa lama pria itu terjaga.
Karto mengambil tas kecil milik Dere yang tergeletak di bawah meja kasir, melemparnya ke tangan pemiliknya yang segera ditangkap gesit.
"Apa?" tanya Dere bingung dengan tasnya yang tiba-tiba dilempar.
"Pulang."
"Hah?"
"Katanya nanti kuliah. Wis, kono mulih sik."²
Dere berdecak, kesal dengan Karto yang memikirkan jam kerja Dere di saat dirinya sendiri perlu lebih diperhatikan.
Dere mengembalikan tasnya ke bawah meja. Meninggalkan Karto sendirian dalam kondisi pria itu acak-acakan seperti ini bukanlah ide bagus. Bersamaan dengan itu, toko mulai kedatangan pembeli. Membuat Karto tak jadi memprotes sikap Dere yang tetap tinggal di toko.
***
Sejak kedatangannya yang tiba-tiba sampai siang menjelang sore, Karto tak banyak bicara. Dere pun merasa tidak perlu bertanya. Menurutnya, Karto perlu waktu untuk dirinya sendiri. Melihat tampilannya pagi ini, membuat rasa penasaran gadis itu hilang, berganti dengan rasa iba.
Rambutnya yang ikal makin terlihat ikal. Wajahnya kusut dengan raut yang jelas menampakkan kurang tidur. Ia juga tidak seramah biasanya kepada para pengunjung toko. Dan, pria itu terlihat murung. Sesekali, tatapannya kosong. Seakan ada beban lebih di pundaknya. Beban yang tidak biasa.
Dere mengabari Koh Aji tentang kemunculan Karto. Rencana Koh Aji menggantikan Dere menjaga toko pun akhirnya tak jadi terlaksana.
Tepat pukul 14.00 WIB, Dere mengambil tas, lalu pamit pada Karto yang baru selesai melayani pembeli.
"Mas, aku ada kuliah sore. Nanti balik jam empat atau setengah lima."
"Oke, siap. Eh, kok balik?"
"Biar aku aja yang jaga malam. Kamu ke kos aja, tidur."
Karto mendengus, "Dibilangin jangan perhatian, kok. Dah, nggak usah balik. Besok aja kerja kayak biasa," titah pria itu tegas.
***
¹Jangan gitu, lho. Aku terpesona nanti.
²Sudah, sana pulang dulu.
Jumlah kata=346
KAMU SEDANG MEMBACA
Deresia
General FictionMimpi dan realita. Dua hal yang kadang terasa selalu berlawanan. Ternyata benar, manusia hanya bisa berencana. Terjadi tidaknya hanya Tuhan yang berkehendak penuh atas hal itu. Belajar "tidak apa-apa" atas segala yang menimpa hidupnya, Deresia memul...