"Mari, Bu." Dere undur diri dari ibu-ibu dan beberapa wanita muda yang mengerubungi barang bawaan Mas Juremi.
Plastik putih di genggamannya menampakkan berbagai macam sayur, bumbu dapur, dan kue-kue kecil yang biasa dikenal dengan sebutan umum jajanan pasar.
Segera sesampainya di dapur, Dere memisahkan isi plastik belanjaannya. Seikat kangkung yang dicabut langsung beserta akar serabutnya, setengah potong kubis dan dua buah wortel kecil yang dibungkus jadi satu dalam plastik bening ukuran kecil, serta dua ikat kecil sawi hijau. Dere membagi ikatan kangkungnya menjadi dua bagian. Satu bagian untuk dimasak pagi ini, dan satu lagi untuk lain hari. Sisa sayuran yang lain ia masukkan semua ke dalam kulkas kecil yang merupakan fasilitas bersama warga indekos.
Tiga buah roti harga seribuan dan sebungkus kerupuk tidak Dere keluarkan dari kantong plastik. Kerupuk udang seharga dua ribu rupiah itu akan menjadi pendamping sarapannya pagi ini. Sedangkan untuk rotinya, ia berencana untuk memakannya saat sarapan besok.
Dere mulai meracik bumbu yang diperlukan untuk memasak tumis kangkung. Ia mengiris sepuluh cabai rawit hijau, satu setengah siung bawang putih, dan tiga siung bawang merah. Setelah itu, ia memetik daun dan batang kangkung yang belum menguning tanda layu, kemudian mencucinya bersih.
Saat Dere mulai memanaskan minyak dalam wajan dan menumis bumbu, Mustika datang menyusul ke dapur.
"Wow! Mau masak apa, De?" Mustika bertanya sambil kepalanya celingak-celinguk penasaran memperhatikan bahan masakan Dere.
Kepalanya masih terbungkus handuk, tanda gadis itu baru saja mencuci rambutnya.
"Tumis kangkung, Mbak. Sampeyan udah beli sarapan? Atau mau masak juga?"
Mustika terkekeh, menertawakan pertanyaan Dere. "Nggak bisa masak. Kayak nggak tahu aja, kamu."
Dere tersenyum, menyetujui pengakuan Mustika barusan. Tetangga kamarnya itu memang hampir tidak pernah mengunjungi dapur indekos, apalagi memakai kompor gas.
Mustika membuka pintu kulkas, matanya menelusuri setiap makanan yang ada sampai menemukan kepunyaannya.
"Yah, sisa satu tok," keluhnya pelan dengan tangan kanan memegang kemasan roti tawar yang isinya tinggal satu lembar.
***
sampeyan=kamu
tok=sajaJumlah kata=314
KAMU SEDANG MEMBACA
Deresia
General FictionMimpi dan realita. Dua hal yang kadang terasa selalu berlawanan. Ternyata benar, manusia hanya bisa berencana. Terjadi tidaknya hanya Tuhan yang berkehendak penuh atas hal itu. Belajar "tidak apa-apa" atas segala yang menimpa hidupnya, Deresia memul...